CINTA SEORANG PANGERAN

Lahirnya Sang Pewaris Tahta (1)



Lahirnya Sang Pewaris Tahta (1)

0Wajah Alena semakin pucat pasi, Ia sudah melepaskan gigitannya. Matanya menatap wajah Nizam dengan pandangan meng-ibakan. Hati Nizam menjadi seperti diremas-remas. "Nizaam...lakukan sesuatu. Aku belum pernah merasakan sesakit ini. Sakitnya hampir sama ketika Kau menyakitiku ada malam itu." Nafas Alena terengah-engah. Tetapi kemudian rasa sakitnya mulai menghilang kembali. Nafas Alena sedikit tenang. Tapi keringatnya mengalir dengan deras. Tangannya mencengkram lengan Nizam yang besar dan keras karena otot bisep nya.     
0

Nizam mengusap keringat di kening istrinya penuh rasa sayang dan iba. "Maafkan Aku Alena, Ya Alloh Ya Rabb... Alena, Aku selalu menyakiti mu..." Mata Nizam berkaca-kaca dengan sedihnya. Saat Alena masih gadis Ia merobek tubuhnya dengan kasar dan buas karena pengaruh zat aprodisiak dalam minuman Salwahya. Kemudian untuk membuatnya hamil Ia harus memaksa Alena bercinta hingga Alena jatuh sakit. Lalu sekarang untuk melahirkan anaknya Alena juga merasakan kesakitan yang tidak terhingga.     

Sekarang Dokter meminta izinnya untuk melakukan induksi kepada Alena. Bagaimana bisa Nizam menahan ini semua. Ia menjadi gelisah dan kebingungan.     

"Bagaimana Yang Mulia??" Tanya Dokter Gillbert. Seakan meminta izin. Ia juga terlihat sangat gelisah. Posisi dia sebenarnya hanyalah Dokter pendamping bagi Dokter Desy karena Nizam lebih percaya pada Dokter Desy.     

Bersama seorang temannya. Serta dua orang perawat. Sisanya malah dua orang pelayan dari Azura yang selalu ada disamping Alena. Dokter Gillbert belum pernah menangani pasien dengan pengawalan yang begitu ketat sehingga Ia menjadi stress sendiri. Ia menjadi tidak sabar dan ingin segera menyelesaikannya. Tetapi kemudian Dokter Desy berkata:     

"Alhamdulillah.. bukaannya sudah naik menjadi bukaan tujuh. Yang Mulia Alena, sebentar lagi. Sebentar lagi Anda akan melahirkan. Dokter Gillbert!! Agaknya tidak usah di induksi karena sebentar lagi Yang Mulia akan melahirkan.. Pembukaannya sudah naik lagi.     

Cynthia yang berdiri di samping Nizam langsung komat-kamit berdo'a. Ia berdiri agak jauh dan berada disamping Arani yang menyaksikan dengan cermat. Arani bertanggung jawab terhadap kelahiran sang penerus tahta. Makanya Ia tidak ingin momen penting ini sampai terlewatkan olehnya.     

Arani melihat Alena sudah mulai lemas, Ia lalu melirik ke arah pelayan yang berdiri mengawasi proses kelahiran Alena.     

"Berikan Yang Mulia minum air madu dan korma untuk menambah tenaga," Kata Arani. sambil mengambil sebuah botol minuman yang sudah Ia siapkan melalui seorang pelayan itu. Cynthia mengambil botol itu lalu memberikannya pada Nizam. Nizam meminumkan cairan penambah tenaga kepada istrinya.     

Bibir Alena tampak gemetar tapi Ia tidak menolak ketika Nizam meminumkan cairan manis itu. Rambut Alena kusut Masai acak-acakan. Nizam lalu mengikatnya aga tidak terlalu acak-acakan. Tenaga Alena yang hilang seperti timbul kembali.     

"Alena, gigitlah lagi tubuhku kalau itu bisa mengurangi rasa sakitmu" Kata Nizam sambil memberikan bahunya lagi.     

Alena mengejang hebat ketika tubuhnya mendorong dia untuk mengeden. Dokter Desy mengelus perut Alena. "Tahan Yang Mulia jangan mengeden nanti akan membuat jalan lahir membengkak. Tenaga yang Mulia juga akan habis. Tarik nafas, lemaskan panggulnya... sebentar lagi yang Mulia.." Kata Dokter Desy dengan lembut.     

Alena menganggukan kepalanya, Ia tidak Ingin menggigit lagi, bau amis darah yang tertinggal di lidahnya membuat Alena jadi mual.     

"Berzikirlah !!" Kata Nizam sambil gemetaran. Ia sendiri terus-menerus berdzikir agar hatinya menjadi tenang. Alena mencengkram kemeja Nizam dengan kuat.     

Ketika perasaan mulas sudah semakin kuat mencengkramnya. Alena merintih sambil berkata, "Niizaaam...lain kali kalau hamil, harus giliran kamu yang hamil. Biar Kamu bisa merasakan penderitaan ini..." Kata Alena sambil bercucuran air mata.     

Spontan semua orang yang sedang tegang itu menatap wajah Alena yang begitu pucat pasi. Tidak ada yang tidak ingin tertawa mendengar kata-kata Alena yang absurd termasuk Nizam.     

"Iya...sayang lain kali biar Aku yang hamil dan melahirkan" Kata Nizam mengiyakan.     

"Berjanjilah Nizam... Aduuh... seandainya Kamu tahu apa yang kurasakan kali ini.. niscaya kamu tidak akan pernah bisa menyakitiku. Berjanjilah jangan pernah menyakitiku"     

"Aku tidak akan pernah menyakiti mu" Nizam berkata dengan sungguh-sungguh.     

"Kau jangan....Aaakh.... aduuh..kau jangan ingkar janji" Alena menangis terisak-isak.     

"Tidak akan Alena" Kata Nizam sambil mengelus rambut Alena.     

"Kalau kau ingkar janji Aduuh....mmm....saaakiit...kalau kau ingkar janji akan kusumpahi kau jadi ...ko..kodok..." Alena mengejang menahan tubuhnya agar Ia tidak mengedan. Kakinya Ia tekan ke atas ranjang kuat-kuat.     

Dokter Desy kemudian membuka kedua kaki Alena dan melebarkannya, Ia melihat kepala bayi yang sudah mulai menyembul keluar. rambut sang jabang bayi terlihat dari luar.     

"Sudah pembuatan lengkap, Alhamdulillah.. bersiaplah Yang Mulia untuk mengedan. Tarik nafas dan ikuti instruksi kami.."     

Alena menganggukan kepalanya. "Berjuanglah Sayang!! " Kata Nizam sambil membetulkan kepala Alena yang berada di pelukannya. Badan Nizam berasa meriang, mukanya belum pernah sepucat ini. Ia merasakan perasaan yang semakin tidak karuan. Ia gelisah melihat Alena yang merintih dan sesekali menjerit. Perut Nizam terasa mulas. Ia sangat gugup apalagi saat Alena mulai diinstruksikan untuk mengedan.     

" Ayo.. Yang Mulia ini saatnya mengedan.. mengedan pada hitungan ke tiga...satu...dua...tiga.."     

Alena mengedan sekuat tenaga. Ia mendorong bayinya keluar..     

"Ayo..Yang Mulia..Iya..terus..bagus..." Alena mengedan lagi sambil berteriak sekuat tenaga hingga kepala bayi meluncur ke tangan Dokter Desy.     

Tiba-tiba....Bruk.. terdengar suara tubuh yang terjatuh ambruk dari tempat tidur ke lantai ruangan mengiringi tangisan bayi yang keluar. Suara tangisannya yang kencang membuat Nizam tidak mampu menahan perasaan. Tubuh besarnya langsung terkapar dilantai.     

Arani dan yang lain melongo melihat badan tinggi besar tergelak tidak berdaya di atas lantai rumah sakit. Bagaimana bisa Nizam yang begitu gagah berani dan perkasa itu terjerembab pingsan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.