CINTA SEORANG PANGERAN

Bangun, Nizam!!!



Bangun, Nizam!!!

0Pangeran Thalal masih melongo membuat wajah tampannya sangat menggemaskan. Ada perawat dipojokan sana yang sedang membersihkan peralatan bekas mandi bayi melirik wajah pangeran Thalal. Melihat mulut terbuka lebar dan mata melotot membuat perawat itu ingin memampirkan mulutnya untuk menutupi mulut yang ternganga itu.     
0

Cynthia menyikut suaminya agar segera mingkeum. Pangeran Thalal segera tersadar lalu menelan ludahnya yang terasa seret. "Bagaimana bisa Singa Azura pingsan? Kakakku mampu melawan seekor kuda mengamuk dengan tangan kosong.     

Ia bisa menghantam seekor singa yang akan memangsaku saat berburu di Afrika hanya dengan menendangnya. Ia sekali berlatih bisa melawan selusin orang sekaligus. Ia bisa menghindari peluru dengan meloncat dan mengelak. Dia tidak akan pernah jatuh walau dipukuli bertubi-tubi. Lalu bagaimana bisa dia pingsan. Hallo sweet heart jangan membuat lelucon April Mop bukan pada waktunya." Kata Pangeran Thalal tertawa terbahak-bahak bagaikan mendengar lelucon yang lucu.     

Mulut Cynthia langsung memberengut kesal, dikiranya dia bercanda. Masa sih bercanda disaat genting. Apa suaminya tidak melihat wajah cantik Arani yang sedatar tembok China saat berbicara tadi. Wanita besi tangan kanan Nizam itu mana pernah bercanda kalau deretan giginya saja jarang terlihat. Dia itu lebih serius daripada dirinya.     

"Apa Kau pernah melihat wanita itu bercanda?" Kata Cynthia pada suaminya sambil berbisik. Tawa Pangeran Thalal langsung berhenti. Istrinya memang benar, Arani belum pernah bercanda. Wajahnya selalu serius dan tenang. Ia bukan orang yang suka bicara sembarangan.     

Pangeran Thalal menatap Arani dengan wajah serius. Arani menganggukan kepalanya. Wajah Pangeran Thalal langsung pucat dan panik. "Lalu bagaimana dengan dia, Kakakku..bagaimana?.. Aduuh..keponakanku, bagaimana nasibnya nanti" Pangeran Thalal sambil meraup kedua bayi itu dengan kedua tangannya.     

"Kakakmu itu cuma pingsan bukannya mati. Jangan berlebih-lebihan." Kata Cynthia sambil cemberut melihat suaminya yang bagai kebakaran jenggot.     

Tiba-tiba Dokter Desy muncul dari pintu ke arah kamar Alena. "Mohon maaf mengganggu, Bayinya akan disusui terlebih dahulu. Dan ini sangat penting." Kata Dokter Desy sambil menganggukan kepalanya dengan hormat.     

"Tapi mereka belum diadzani" Kata Arani dengan kebingungan. Ia menatap Pangeran Thalal. Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau..Aku tidak mau, Mengadzani Pangeran dan Putri Mahkota adalah hak Ayahnya. Kakakku bisa memenggal leherku kalau Aku melakukannya."     

Arani lalu terdiam, Ia memahami perkataan Pangeran Thalal. " Baiklah kalau begitu, bawa saja bayinya masuk. Kegiatan menyusui lebih mendesak, kasihan bayi-bayinya" Kata Arani sambil menyuruh para pengasuh itu untuk membawa para bayi ke Alena.     

Ketika bayi-bayinya di bawa, Alena sudah dipindahkan ke kamarnya yang biasa. Ranjang yang dipakai bukanlah ranjang pasien tetapi ranjang biasa yang dibeli dari luar, khusus untuk tidur Alena dan Nizam. Sekarang di sampingnya sudah ada dua ranjang bayi lengkap dengan kelambunya. Syukurnya karena berat badan bayi-bayi itu cukup. Yang laki-laki memiliki berat badan 3,5 kg dan yang wanita lebih ringan yaitu sekitar 3,2 kg maka mereka tidak perlu masuk ke inkubator.     

Alena tampak sangat berbahagia melihat bayi-bayinya. Ia segera memeluk mereka satu persatu. Karena ayahnya pingsan maka Alena belum memiliki nama untuk bayi-bayi mereka. "Yang Mulia apakah ingin menyusui mereka satu persatu atau sekaligus berdua?" Kata Dokter Desy sambil tersenyum.     

"Apakah bisa Aku menyusui mereka berdua sekaligus?" Kata Alena dengan mata berbinar.     

Dokter Desy menjawab, " Tentu Yang Mulia, mari Saya ajarkan caranya. Bagusnya adalah Yang Mulia harus mengikuti pembelajaran ini. Karena untuk permulaan, menyusui bayi kembar sangat memerlukan bantuan pasangan. Memang sih ada para pelayan dan pengasuh. Tetapi lebih bagusnya adalah Ayahnya sendiri. Tetapi sayangnya Yang Mulia masih pingsan"     

Alena baru sadar kalau Nizam masih pingsan. "Mengapa Ia bisa sampai pingsan dan tidak bangun-bangun. Tolong bawakan Ia ke sampingku, Aku akan mencoba membangunkannya." Kata Alena sambil berpikir keras bagaimana Ia dapat membuat suaminya tersadar dari pingsannya.     

Dokter Desy melihat dengan wajah menahan senyum," Yang Mulia tidak dapat menahan perasaan bahagia karena mendengar tangisan anaknya yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya Pangeran Nizam perasaannya sangat halus."     

"Begitulah suamiku, dia tipe orang dengan wajah Aquaman tetapi hatinya Afgan. Galaknya kaya macan tapi hatinya kucing. Bagaikan buah durian, berduri di luar tapi lembek di dalam. Menyebalkan.." Kata Alena sedikit morang-maring.     

"Ha..ha...ha.. Yang Mulia Anda sangat lucu sekali. Pantas saja Yang Mulia Nizam sangat mencintai Yang Mulia.." Kata Dokter Desy tidak tahan untuk tidak tertawa. Untungnya Dokter Desy pernah menonton film Aquaman yang diperankan oleh Jason Mamoa. Pemeran Aquaman itu memiliki badan yang tinggi besar tapi Nizam sendiri tidak sebesar itu. Ia tinggi besar tapi terlihat sangat good looking dan tidak mengerikan. Ia bagaikan patung pualam yang terpahat dengan sempurna.     

"Tolong bawakan Ia ke sampingku, Aku akan mencoba untuk membangunkannya..."     

"Kami tadi sudah mencoba berbagai cara untuk membangunkannya tetapi Yang Mulia masih belum siuman juga" Kata Dokter Desi sambil menyuruh perawat untuk membawa Nizam dari sofa di ruangan dekat ruang bersalin untuk dibawa ke samping Alena.     

"Dia tidak akan mempan dibangunkan dengan cara demikian, Tidak Ngefek, mungkin Aku akan mencoba cara lain. Hitung-hitung balas dendam ketika dia membangunkan Aku" Kata Alena dengan mata yang berkilat-kilat dengan liciknya.     

Dokter Desy tertegun tidak mengerti. " Apakah Yang Mulia menemukan cara tradisional untuk membangunkan orang yang pingsan?" tanya Dokter Desy dengan kening berkerut.     

"Entahlah, tapi Aku akan mencobanya. Aku harap semua meninggalkan ruangan ketika Dia sudah berada di sampingku"     

Tidak lama kemudian, Nizam dibawa menggunakan tempat tidur beroda. Lalu oleh beberapa perawat dan pelayan tubuh besarnya digulingkan ke atas ranjang Alena. Tubuh besar itu berguling dengan tidak berdaya. Para perawat sampai berkeringat menggulingkan tubuh Nizam.     

"Berat Yah?" Kata Alena sambil tertawa kecil. Para perawat dan pelayan menganggukan kepalanya mengiyakan. Tubuh Nizam begitu keras dan berotot. satu kakinya saja begitu panjang dan kekar apalagi seluruh tubuhnya.     

"Kalian baru segitu sudah berat apalagi Aku hampir tiap malam sebelum perutku besar ditindihi olehnya" Alena menggerundel pelan-pelan Ia mengingat kebiasaan Nizam kalau habis mencapai puncak, tubuh Nizam akan terhempas ke atas tubuhnya dan itu sangat berat rasanya.     

"Bagaimana Yang Mulia?? Yang Mulia berkata apa?" Tanya Dokter Desy mendengar Alena menggerundel dengan mulut komat-kamit. Dikiranya Alena memberikan perintah lagi, tetapi Dokter Desy tidak mendengarnya     

Alena menyeringai sambil memerah, " Tidak ada apa-apa. Sekarang tolong tinggalkan Kami berempat di ruangan ini"     

Dokter Desy tertegun," Berempat??" Berempat bagaimana? bukannya Alena cuma ingin dengan Nizam. Kenapa sekarang jadi berempat. Siapa dua orang lagi yang diminta untuk tinggal. Para pelayankah? atau dirinya dan perawat? Tapi kemudian Alena berkata lagi menghempaskan apa yang ada dalam benaknya.     

"Iya berempat, Aku, suamiku dan bayi-bayiku" Alena menjawab dengan santai.     

Dokter Desy tertawa kecil, mentertawakan kebodohannya. Benar juga, kan sekarang mereka berempat dengan si kembar. Lalu para pelayan, perawat dan Dokter Desy mengundurkan diri. Hingga tinggal mereka berempat.     

Alena memiringkan tubuhnya, walaupun masih terasa perih dan sakit tapi Alena menahannya. Ia mengusap wajah suaminya dengan lembut, "Bangunlah Nizam..!!" Katanya sambil menyentuh pipi Nizam yang terasa dingin.     

"Nizam bangunlah!! Kau jangan membuatku takut.." Kata Alena lagi sambil menurunkan usapannya ke dada Nizam. Kemeja Nizam yang biasanya rapi jali kini tampak kusut karena tadi di tarik-tarik Alena saat akan melahirkan. Alena terus mengusap-ngusap dada Nizam sambil berkata-kata. Tangannya lalu semakin turun ke bawah dan makin bawah. Tubuh Nizam mulai bereaksi ketika tangan halus Alena mengusap area perutnya. Nizam sedikit mengernyitkan keningnya. Tetapi matanya masih belum membuka. Tangan halus istrinya membuat seluruh syarafnya mulai bereaksi. Ini adalah naluri tubuhnya terhadap rangsangan tubuh istrinya.     

Alena tersenyum semakin licik. "Kau masih belum bangun juga. Jangan salahkan Aku kalau Aku bertindak kejam. Sekali-kali kau harus tahu bagaimana rasanya dibangunkan dengan cara yang biasa Kau lakukan kepadaku..." Kata Alena sambil menyusupkan tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.