CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Kau....!!!!



Alena, Kau....!!!!

0Sambil tersenyum, Alena terus menyusupkan tangannya. Sesekali Alena meringis karena memang bekas melahirkannnya masih perih. Ia menggerakkan tangannya dan ketika tangannya beraksi Nizam masih belum sadar juga. Alena mengerutkan keningnya padahal perasaan Ia sudah menggerakkan tangannya dengan cukup maksimal. Akhirnya Alena mencabut sesuatu. Efeknya langsung terasa oleh Nizam.     
0

"Aaakh....." Mata Nizam terbelalak, Mulutnya berteriak. Tubuhnya langsung terbangun dengan wajah merah. Ia langsung berbalik melihat ke arah Alena. "Apa yang terjadi..aduuh..sakit!! Alena..Kau??? Apa yang Kau lakukan? "     

Alena tertawa sambil Ia membuang barang bukti ditangannya dengan segera. Beberapa helai rambut berjatuhan dari tangan Alena. Tangan Nizam menggosok-gosok tempat Alena mencabut rambutnya. Rasanya masih terasa sakit.     

"Saakiit sekali. Apa yang telah Kau lakukan padaku??" Nizam meringis. Alena menutup mulutnya menahan tawa.     

"Akhirnya Kau bangun juga. Mengapa Kamu pingsan. Itu anak-anak mu sudah lahir."     

"Oh...ya?? Alena..Aduh..mengapa Aku bisa pingsan??" Nizam memegang kepalanya Ia melupakan rasa sakit pada tubuh bagian bawahnya. Posisinya masih duduk disamping Alena. Ia lalu melihat ke kiri dan ke kanan.     

"Mana Anakku?? Mana dia?? Alena.. benarkah Kau sudah melahirkan? " Nizam memegang perut Alena. Perut yang begitu besar itu kini sudah terlihat datar. Ia langsung mencium perut Alena. "Alhamdulillah..Kau sudah melahirkan..mana mereka? Apakah mereka laki-laki? atau bagaimana? "     

Alena jadi merasa geli dan sedikit ngilu Ia Mendorong kepala Nizam. "Di perutku sudah kosong. Tuh.. bayi-bayi mu ada di ranjang bayi. "     

Dengan gemetaran Nizam turun dari ranjang. Ia lalu berjalan menghampiri ranjang bayinya. Ia melihat bayi-bayinya yang tertidur dimasing-masing ranjang. Yang satu ranjangnya berwarna merah muda dan yang satunya berwarna biru. Nizam langsung memalingkan wajahnya ke arah Alena.     

"Apakah mereka laki-laki dan perempuan? Tanya Nizam kepada Alena. Alena menganggukan kepalanya. "Ya Alhamdulillah mereka sepasang. Aku sangat stress takut mereka laki-laki dua-duanya.     

Airmata Nizam langsung meleleh.     

Ya Tuhan..Ya Alloh..Ya Rabb.." Tubuh Nizam turun dan berlutut dilantai segera sujud syukur Ia benar-benar menangis dalam sujudnya. Ia merasakan betapa besar karunia-Nya. Ia telah menjadi seorang Ayah sekarang. Seperti ada getaran batin. Merasakan Ayahnya sedang menangis bayi-bayi itu langsung menangis.     

Nizam segera bangun dan menepuk-nepuk tubuh bayinya. tapi mereka malah menangis semakin keras. Alena menjadi panik juga.     

"Panggilkan Dokter Desy cepat!!! Bayi-bayi itu mungkin kelaparan"     

"Iya..iya..."Kata Nizam sambil membuka pintu. Begitu pintu dibuka semua mata memandangnya dengan tatapan gembira. "Syukurlah Yang Mulia sudah siuman..."     

Wajah Nizam jadi memerah.." Ha...ha...ha...Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kaget mendengar suara bayi. terimakasih.. terimakasih" Katanya sambil tersipu-sipu malu.     

"Bayiku menangis..." Kata Nizam pada Dokter Desy. Dokter Desy segera masuk diikuti oleh para perawat dan pelayan.     

"Mari Yang Mulia Saya ajarkan untuk memegang bayi pada saat Yang Mulia Putri Alena menyusui" Kata Dokter Desy.     

Nizam bengong, "Aku.. tidak berani memegang bayi" Katanya dengan gugup. Keringat dingin langsung mengalir lagi. Melihat Nizam kembali panik, Alena langsung berkata, "Kau jangan pingsan lagi. Tolonglah...bisa habis kalau kau pingsan lagi. Apa kau ingin menjadi botak??" Kata Alena misruh-misruh.     

Nizam menatap Alena dengan pandangan tidak mengerti. Nizam saja tidak mengerti apalagi Dokter Desy dan yang lainnya.     

Tapi kata-kata Alena mengurangi ketegangan Nizam. Ia lalu diminta untuk mencuci tangan dan menyeterilkannya.     

"Mana dulu yang akan Anda pegang? Laki-laki atau perempuan?" Tanya Dokter Desy.     

Nizam menjawab dengan mantap, "Anak Perempuan dulu.." Kata Nizam sambil mengulurkan tangannya. Seorang Ayah kelak akan lebih dekat dengan anak perempuan dan Seorang anak laki-laki akan lebih dekat dengan ibunya.     

Dokter Desy tersenyum sambil memberikan bayi perempuan ke Ayahnya. Dengan hati-hati Nizam menggendongnya. "Assalamualaikum Alexa Aqila Nizamnanda Al-Walid. Alexa namamu berarti pelindung masyarakat yang cerdas. Kaummu di Azura kurang memiliki nasib yang baik. Mereka terkungkung oleh adat. Maka kau sebagai anak perempuan ku. Luruskan jalan mereka agar mereka bisa berdiri setara dengan kaum pria tetapi tetap tidak melupakan kodratnya sebagai seorang wanita" Lalu dengan suara parau dan menahan haru Nizam melantunkan adzan ditelinga bayi mungil.     

Mata Alexa membuka sedikit dia tampak menyukai adzan yang dilantunkan ayahnya. Mulutnya membuka seakan ingin mengatakan sesuatu. Ia masih sangat mungil dan tidak berdaya. Setelah selesai melantunkan adzan. Ia memberikan bayi itu kepada ibunya. "Alexa.." Kata Nizam sambil memberikan bayi itu kepada Alena.     

"Nama yang sangat indah..." Kata Alena sambil memeluk bayinya. Dengan dibantu oleh seorang perawat Alena mencoba menyusui bayinya.     

Kemudian Nizam mengambil bayi yang satunya lagi. Mengecup keningnya dan berkata," Assalamualaikum Axel Khalfani Nizamnanda Al-Walid" Katanya sambil menatap bayi tampan itu. Nizam kembali melantunkan adzan ke telinganya. Suaranya kini tidak terlalu parau karena sudah bisa menahan perasaannya.     

Setelah selesai melantunkan adzan, Nizam berkata dengan lemah lembut. " Axel..Kau adalah pewaris tahta setelah Aku. Kuberikan Kau nama Axel Khalfani yang artinya Pemimpin yang akan membawa kedamaian. Kepimpinanku akan membawa banyak perubahan yang pastinya akan menjauhkan Azura dari kedamaian dan ketenangan. Maka Aku harap setelah Aku turun tahta maka Kepemimpinan mu kelak akan membawa kedamaian bagi seluruh kerajaan Azura."     

Nizam berkata dengan suara yang tajam. Semua yang merasakan bulu kuduknya merinding mendengar kata-kata dari calon Raja Azura.     

Nizam tampaknya sudah menyiapkan nama-nama itu jauh-jauh hari tanpa sepengetahuan Alena. Nama dua namanya terdapat pada nama kedua anaknya. Alangkah cerdas suaminya. Ketika Nizam membawa Axel kepadanya. Dokter Desy segera memberikan posisi yang nyaman untuk bayi-bayi itu menyusu.     

Tetapi sayangnya air susu Alena belum lancar keluar. Selain itu put"ngnya juga belum keluar sempurna sehingga bayi-bayinya kesulitan untuk menghisapnya. Nizam menatap merasakan kasihan melihat mulut bayi-bayi itu kesulitan menghisap put*ng payudara Alena. Nizam lalu berbisik. "Apa perlu Aku bantu agar put"ngnya bisa segera keluar dan sedikit memanjang"     

"Apa Kau bisa melakukannya??" Alena menatap keheranan.     

"Tentu saja.." Kata Nizam sambil mengelus kepala Alexa dan Axel. Semua yang ada diruangan tidak mendengar bisik-bisik mereka. Tetapi mereka sangat menyukai kemesraan yang ditampilkan oleh Nizam dan Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.