CINTA SEORANG PANGERAN

Pemikiran Alena



Pemikiran Alena

0Nizam mengerutkan keningnya. Nizam sudah mengupayakan untuk menyewa pengacara sebanyak mungkin untuk menolong Alena tetapi Doni menyebutkan bahwa semua pengacara yang berpengaruh sudah ada dipihak Hartono. Rupanya Hartono menggelontorkan banyak uang agar Alena bisa dipenjara. Ia benar-benar tidak main-main. Ia menyewa semua pengacara ternama di Indonesia. Ia juga mengancam semua media massa yang berpihak pada Alena. Sehingga semua berita yang beredar menyudutkan Alena.     
0

Hartono sudah merasa gila dan putus asa karena kehilangan anak semata wayangnya. Apalagi Istrinya sekarang hanya duduk meratap-ratap memanggil nama Andre. Sehingga Hartono tetap pada pendiriannya bahwa Alena penyebab semua penderitaan anaknya. Bagaimana Andre tergila-gila pada Alena dan berniat tidak mau melepaskan Alena. Hingga akhirnya Ia terbunuh oleh Nendri.     

Sehingga akhirnya Nizam sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyewa para pengacara kecil. Ia juga tidak bisa membungkam para media massa di Indonesia karena memang Ia tidak mempunyai wewenang untuk itu. Nizam jadi kesal Ia merasa tidak berdaya untuk menyelamatkan Istrinya sendiri.     

"Arani apakah sudah ada berita dari Pangeran Thalal? Mengapa Ia masih belum datang juga. Aku telepon juga Ia tetap tidak menjawab. Mampir kemana dulu mereka? Apa mereka bersenang-senang dulu? Bukankah Aku sekarang sedang kesulitan. Kalau seandainya mereka benar-benar pergi bersenang-senang dulu. Aku bersumpah akan menghajar mereka dengan kedua tanganku" Nizam jadi marah-marah sendiri.     

Nizam tadi menelpon ke Hotel Gardenia. Ia menerima jawaban bahwa yang datang hanya pasukan pengawal yang berjumlah 90 orang selain para pelayan dan pegawai lainnya. Pangeran Thalal dan Cynthia serta sepuluh pengawal tidak ada. Bukankah Ia menerima laporan dari Kedubes Azura bahwa yang aka datang sekitar 150 orang.     

"Ia bahkan membawa orang cukup banyak dari Azura. Kalau sampai mereka tidak ada gunanya. Lihat saja nanti..Aku akan menghentikan keuangannya dariku selama tiga bulan" Nizam berkata lagi. Nizam memang memberikan tunjangan keuangan yang cukup besar untuk semua adik-adiknya setiap bulan dari keuntungan perusahaan yang Nizam miliki.     

Arani tidak menjawab. Ia sendiri sedang mencari tahu kemana kah Pangeran Thalal dan Cynthia pergi. Seharusnya Pangeran Thalal dan rombongannya sudah tiba pukul 4. Tapi selain rombongan yang lain. Pangeran Thalal dan Cynthia malah menghilang entah kemana.     

Alena sendiri tidak memperhatikan suaminya yang sedang morang-maring. Ia malah memutar otaknya sambil duduk disamping Nizam mencoba berpikir keras. Bagaimana bisa Sisca yang katanya gila bisa tiba-tiba datang ke konferensi pers dan mengatakan segala macam omong kosong. Apa Sisca bisa sembuh begitu cepat dan kemudian berniat melawannya.     

Sebenarnya Alena sudah mendapatkan peringatan dari Edward tentang Sisca, Edward juga menjelaskan semua yang Ia ketahui pada Alena. Tetapi Alena tidak terlalu mempercayainya bahkan Ia mengomel-ngomel pada Edward untuk menjaga jarak dengannya. Alena tidak mau kalau Nizam salah paham lagi.     

Tetapi apa yang dikatakan oleh Edward ternyata benar terjadi hari ini. Kejadian itu sangat mengejutkan dirinya. Sisca muncul dengan kondisi sangat sehat dan mengancamnya. Untungnya Edward yang datang mengenakan jaket dan topi membantunya untuk mencoba bersikap tenang. Alena langsung dapat mengenali Edward yang berupaya meyakinkan Alena untuk menerima bantuannya.     

Setelah lama berpikir keras Alena kemudian mendapatkan suatu pemikiran.     

"Nizam!! Apa mungkin Sisca selama ini hanya berpura-pura gila?" Tiba-tiba Alena berkata. Nizam mengerutkan keningnya.     

"Bagaimana bisa itu terjadi? Untuk divonis gila seseorang harus bisa melalui serangkaian proses. Apa dia begitu hebat hingga bisa mengelabui tes kejiwaan?"     

"Kalau Ia benar-benar gila, bagaimana bisa Ia sembuh demikian cepat. Seseorang akan membutuhkan banyak waktu untuk menghilangkan kegilaan. Ia pasti berpura-pura gila. Setahuku Sisca adalah murid yang cerdas. Ia selalu ranking satu di kelas. Ia juga pandai berakting karena dulu Ia mengikuti ekstrakurikuler teater. Pasti sangat mudah baginya untuk berpura-pura." Alena bersikukuh dengan pendapatnya.     

" Kalau benar Sisca dulu cerdas berarti dia adalah Murid cerdas yang terjebak cinta seseorang yang bodoh" Kata Nizam mencemooh Sisca dan Andre sekaligus.     

"Tapi Nizam kalau Andre tidak bodoh, mungkin Kamu sudah kehilanganku sekarang"     

Alena sedikit tidak nyaman karena Nizam menyebutkan Andre orang yang bodoh.     

"Kau ini memang naif. Sudah tahu Andre yang menyebabkan semua permasalahan ini masih saja terus membelanya." Nizam jadi kesal dengan sikap Alena.     

Alena terdiam, Ia tidak ingin berdebat dengan Nizam dalam situasi seperti ini. Ia lalu mencoba mengalihkan pembicaraan "Aku tetap berpikir kalau Kita bisa membuktikan bahwa Sisca berpura-pura gila atau malah gila sekalian kita dapat mematahkan kesaksiannya."     

Nizam mengangkat bahunya tetapi kemudian Ia menyadari tentang adanya kemungkinan kebenaran dari kata-kata Istrinya "Kau memang benar sangat tidak mungkin seseorang bisa dengan mudah sembuh dari penyakit kejiwaan. Ngomong-ngomong ternyata Kamu cerdas juga." Nizam tersenyum melihat Alena.     

"Nyawaku sedang diujung tanduk. Aku tidak bisa bersikap bodoh. Nizam bagaimana kalau Aku nanti dipenjara?" Alena menatap Nizam dengan cemas.     

"Aku akan menemanimu di penjara" Nizam menjawab dengan datar. Mata Alena terbelalak lebar. Mana ada di dunia ini seorang istri dipenjara dan suaminya akan menemani nya dipenjara. Seorang pangeran, putra mahkota akan ikut dipenjara dengan Istrinya. Tidak tahan Alena tertawa terbahak-bahak sampai badannya terbungkuk-bungkuk membuat Nizam menjadi kesal.     

"Apa yang Kau tertawakan? Apa Kau pikir Aku bercanda? Aku akan ada disampingmu seumur hidupku. Dan Aku akan selalu mengikutimu walaupun harus dengan merangkak." Nizam berkata sambil cemberut.     

Nizam mencubit kedua pipi Nizam oleh kedua tangannya lalu menggoyang-goyangkannya ke kanan dan ke kiri. "Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Azura Nizam. Ini di Indonesia bukan di Azura. di Negaramu mungkin Kau bisa bertindak seenaknya. Tapi disini adalah Indonesia semua ada aturannya"     

"Oh ya..Apa Kau tidak tahu bahwa aturan mungkin buta tapi tidak bisa mengelak dari kekuasaan uang. Jangankan di negara berkembang seperti Indonesia. Di negara adikuasa saja the power of money masih berlaku. Aku akan berikan apapun yang mereka minta agar Aku bisa menemanimu di penjara. " Kata Nizam sambil mencibir.     

Bukannya terharu dengan kalimat Nizam, Alena malah menatap penuh hasrat ketika bibir Nizam mencibir. Tangannya lantas merangkul leher Nizam.     

"Nizam..apa Kau mau menengok seseorang sekarang?" Kata Alena sambil memejamkan matanya. Bibirnya terbuka seumpama kelopak mawar yang merekah. Nizam mengerutkan keningnya. Heran melihat kelakuan Istrinya.     

"Apa maksudmu? Aku tidak akan menengok siapapun" Kata Nizam kebingungan.     

"Maksudku, Apa Kau berminat untuk menengok anakmu sekarang. Ia pasti sedang merindukanmu sekarang"     

Nizam tersedak Ia paham apa yang dimaksud Istrinya sekarang. Ia mendorong kening istrinya dengan telunjuknya.     

"Kau memang gila!!" Katanya sambil menggelengkan kepalanya tapi Ia tidak menolak ketika ditarik Istrinya masuk ke dalam kamar. Ia juga butuh pelepasan terhadap kepalanya yang pusing berdenyut-denyut sejak kemarin.     

Arani menatap mereka dengan heran. Bukankah sekarang baru pukul 8 pagi. Mereka bahkan baru keluar dari kamar. Mengapa sekarang mereka masuk lagi ke dalam kamar. Sedangkan pertemuan dengan para pengacara akan berlangsung dua jam lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.