CINTA SEORANG PANGERAN

Kesaksian Niken (1)



Kesaksian Niken (1)

0Tampak sosok wanita muda cantik berambut panjang dan berwajah sendu. Wajahnya muram dan mata berkaca-kaca. Ia langsung menatap ke arah Sisca. Sisca melotot melihat nya. Bagaimana bisa adiknya ada di sini dan akan bersaksi untuk Alena yang berarti akan melawannya. Melawan Kakaknya sendiri.     
0

"Izinkan Saya memperkenalkan dia yang Mulia. Dia adalah Niken. Adik Kandung dari Saudari Sisca." Lila memperkenalkan Niken kepada Hakim Ketua.     

Sisca langsung berteriak keras. "Apa yang Kau lakukan disini??" Ia sudah akan menerjang adiknya sendiri seandainya tidak ditahan oleh pengacara Tuan Hartono.     

Niken menatap wajah Sisca dengan sedih. " Maafkan Aku Mbak, Aku tidak tahan menyaksikan kebohongan mu. Mbak Sisca menyia-nyiakan pengorbanan besar yang Aku berikan. "     

"Yang Mulia, Kesaksian Saya sudah cukup. Jika yang Mulia berkenan ijinkanlah Nona Niken mengungkapkan semua kebohongan yang selama ini dibuat oleh Saudari Sisca." Kata Lila sambil turun dari tempat saksi     

Hakim Ketua langsung menyetujuinya bahkan tanpa meminta persetujuan dari hakim anggota. Saksi berupa adik dari saksi utama pasti sangat menarik. Apakah kesaksiannya nanti akan memberatkan atau malah meringankan Alena masih belum jelas.     

"Yang Mulia, Saya tidak mengizinkan adik Saya untuk bersaksi?" Tiba-tiba Sisca berteriak.     

"Lho memangnya apa hak Saudari sehingga melarang seseorang untuk bersaksi?" Kata Hakim Ketua sambil mengerutkan keningnya.     

"Saya sebagai Kakak Kandungnya" Kata Sisca dengan tegas.     

"Saudari Sisca berdasarkan pasal 168 KUHAP, Ada tiga orang yang tidak bisa menjadi saksi. Yang pertama adalah seorang saksi yang mengundurkan diri, kedua seseorang yang memiliki pertalian darah dengan terdakwa, ketiga adalah suami atau istri dari terdakwa. Saudari Niken adalah adik Anda dan bukannya Adik Saudari Alena. Dia bersedia dengan sukarela untuk bersaksi jadi tidak ada alasan untuk melarangnya. Sekarang mari kita tanya sekali lagi. Apakah Saudari Niken bersedia untuk menjadi saksi?" Tanya Hakim Ketua dengan tegas.     

"Saya bersedia" Niken menjawab dengan wajah muram walaupun tenang.     

"Silahkan, dan bagi Saudari Sisca. Mohon untuk tidak mengganggu atau mengintimidasi, Karena apabila seseorang mengetahui duduk perkara suatu kejahatan dan dia secara sengaja tidak melapor maka akan dikenakan pasal tindak pidana"     

Sisca langsung terdiam geram. Matanya menatap tajam ke arah adiknya seakan-akan ingin membunuhnya.     

"Saya tidak menyangka bahwa Kakak Saya telah menipu saya selama ini. Dia berpura-pura gila hanya untuk menarik simpati Andre. Teganya dia menelantarkan anaknya sendiri hanya untuk menjadi memenuhi keinginan nya menjadi istrinya Andre.     

Saya berpikir bahwa Kakak saya gila karena anaknya diambil oleh Andre, tetapi ternyata dia sendiri yang menyerahkan langsung kepada Tuan Hartono. Dia berharap akan mendapatkan simpati dari orang tua Andre sehingga Andre akan memperistrinya tapi nyatanya tidak. Walaupun akhirnya Andre menikahinya hanya untuk membuat status anak itu jelas. Kemudian Andre menceraikannya seminggu setelah pernikahan.     

Bahkan membuat Andre menjadi kalap sehingga membuat bangkrut Ayah Kami hingga kemudian Ayah Kami meninggal dunia."     

Niken terdiam sambil menyeka air matanya. Kemudian Dia melanjutkan perkataannya.     

"Lalu ketika Andre akhirnya mencintai anak itu dan tetap tidak memperdulikan kakak Saya, Mbak Sisca lalu berpura-pura gila. Saya tidak menyangka Kalau Dia berpura-pura gila. Saya baru mengetahuinya ketika Andre meninggal. Dan Kakak Saya lalu pulang ke rumah dalam keadaan kondisi normal. Ia menyuap para petugas rumah sakit Jiwa.     

Pada mulanya Saya tetap diam tetapi ketika dia lalu berkomplot dengan Ayah Andre untuk menjebloskan Kakak Alena ke penjara maka Saya tidak bisa diam. Apalagi karena mereka menjebloskan Kakak Alena hanya karena ingin membersihkan nama baik Andre. Kakak Saya bersedia bekerja sama karena dia dijanjikan akan diberikan uang sebanyak lima milyar."     

Sisca berteriak histeris. " Kamu adik yang tidak tahu diuntung. Bagaimana bisa Kau menjerumuskan Kakak sendiri?"     

"Selama ini Saya menganggap bahwa Kakak saya adalah korban, Sehingga Saya sampai nekad mau membalaskan dendam Dia, Saya juga berupaya merebut kembali anaknya. Tapi nyatanya Saya salah. Kalau tidak mendengar dari mulut dia sendiri. Mana saya Tahu Pak Hakim. Untungnya Saya berhasil mereka perbincangan Kami" Air mata Niken mengalir semakin deras. Membuat suasana jadi hening.     

Hakim menjadi terenyuh, tetapi tetap tidak kehilangan akal sehat. " Apa Saudari membawa barang bukti??"     

" Saya membawa buku harian Kakak Saya sewaktu di SMA yang saya temukan empat hari yang lalu dan rekaman percakapan Saya dengan Kakak Saya dua hari yang lalu ketika saya memprotes fitnahan dia terhadap Kakak Alena. Di buku harian itu tertulis lengkap bahwa apa yang Kakak Saya katakan tentang Kakak Alena adalah suatu kebohongan."     

"Anda menemukan buku itu empat hari yang Lalu tetapi mengapa baru berkata sekarang?"     

"Saya baru tahu Kakak Saya mengatakan hal yang bohong dua hari yang lalu saat Kakak saya bersaksi. Dan ketika Saya tanyakan secara pribadi, dia malah menyuruh Saya untuk diam. Saya tidak bisa membiarkan seseorang yang tidak bersalah untuk dihukum"     

"Apakah Anda Tahu tentang Almarhum Andre dan Nendri?"     

Niken terdiam lalu kemudian menganggukan kepalanya dengan lemah, " Saya tahu mereka Yang Mulia"     

Ruang Sidang kembali bergemuruh, Sisca malah menatap wajah Niken semakin buas. Tangannya mencengkram pegangan kursi dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.