CINTA SEORANG PANGERAN

Berkata jujur (4)



Berkata jujur (4)

0Nizam duduk dengan tenang dihadapan Cynthia, Pangeran Thalal dan Arani. Wajahnya yang bagaikan dewa dari Yunani terlihat seperti permukaan lautan yang tenang dan damai. Tapi entah mengapa ketenangan itu malah menciptakan suatu atmosfer yang terasa sangat panas menyelimuti seluruh ruangan dan mentransfer kegelisahan pada ketiga makhluk yang duduk didepannya.     
0

Cynthia sudah merasakan perutnya sedikit mual dan tertekan. Sudah hampir satu jam mereka duduk seperti ini. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Nizam. Arani sedari tadi hanya bisa menundukkan kepalanya dengan pasrah. Kalau seandainya Nizam bermurah hati mungkin kesalahannya akan dimaafkan tetapi jika tidak mungkin Ia akan diberhentikan dan kalau Ia diberhentikan maka semua keluarganya akan ditarik kedudukannya dari perusahaan pemerintah. Mereka hanya akan bisa berkarir di perusahaan swasta.     

Semua kekayaan inventaris akan ditarik dari bersiaplah untuk menghadapi kehidupan yang serba kekurangan dalam beberapa generasi ke depan. Itu adalah perjanjian yang tertulis disaat Arani menandatangani kontrak menjadi Asisten pribadi Putra Mahkota. Kesalahan fatal akan menyebabkan Ia kehilangan nyawa dan kesalahan tidak fatal akan dipecat dengan ketentuan itu.     

Pangeran Thalal terlihat sedikit lebih tenang walaupun tetap Ia terlihat gugup. Nizam menyiksa mereka secara mental. Membiarkan mereka duduk tanpa melakukan apapun dan berbicara apapun dihadapan Nizam yang terlihat santai sambil sesekali Nizam memainkan laptopnya memeriksa email yang masuk, pergerakan saham beberapa perusahaannya, atau melakukan transaksi bisnis lainnya.     

Mereka bertiga diminta duduk berkumpul dihadapan Nizam untuk diinterogasi tapi mereka malah hanya disuruh diam menyaksikan Nizam yang duduk tenang. Tetapi jika ada diantara mereka yang mencoba bicara atau bergerak maka Nizam akan menatap mereka dengan tatapan yang tajam menakutkan. Nizam benar-benar menteror mereka.     

Akhirnya Pangeran Thalal tidak tahan lagi. Sehingga Ia kemudian berdehem kecil. "Kakak Aku merasa Kau lebih baik memukulku daripada Aku gelisah menunggumu bicara."     

Nizam menyimpan laptopnya dengan perlahan ke atas meja. Ia duduk dengan menegakkan tubuhnya. Sambil melipat kedua tangannya di dada Nizam menjawab dengan sangat tenang tapi menusuk.     

"Benarkah??"     

Pangeran Thalal menganggukan kepalanya. Cynthia langsung memegang tangannya. "Kamu jangan gila. Kau lihat tatapannya begitu menusuk. Ia tidak main-main sekarang" Cynthia berbisik ketakutan. "Ssst..diamlah!!" Pangeran Thalal menyuruh Cynthia diam karena perkataan Cynthia akan semakin memancing kemarahan Nizam.     

Cynthia menelan ludahnya yang terasa seret. Ia melihat ke kiri dan ke kanan mencari bantuan. Ia sangat berharap Alena datang menjadi dewa penolong lagi untuk mereka. Tetapi Cynthia heran sedari tadi Alena tidak menampakkan batang hidungnya. Dan Nizam sekali pandang pada Cynthia tahu bahwa Cynthia berharap Alena akan datang.     

Nizam berdiri dengan tubuh jangkungnya, Sial saat Nizam sedang marah aura ketampanannya malah terlihat semakin mempesona. Nizam berdiri menyender ke meja marmer dibelakangnya. Ia menyilangkan kakinya sambil tetap melipat kedua tangannya. Lalu kata-katanya meluncur sedingin salju dimusim dingin. "Kalau Kau berharap Alena datang menyelamatkan Kalian. Kalian salah karena Aku sudah memintanya pergi dari tadi pagi."     

Cynthia langsung merutuk dalam hatinya, pantas saja dua orang pengawal Nizam Ali dan Fuad tidak ada di depan apartemen Nizam. Digantikan oleh pengawal yang lain.     

"Bangun Kamu Thalal!!" Kata Nizam dengan suara yang terdengar seperti gemuruh petir disiang hari bolong. Sangat menakutkan dan hampir membuat jantung terasa lepas dari tempatnya. Pangeran Thalal sontak berdiri tapi itu membuat Cynthia ikut berdiri. Tapi Pangeran Thalal menyuruh Cynthia untuk duduk kembali. Ia melotot pada Cynthia sehingga kemudian Cynthia tahu bahwa ini tidak main-main.     

Pangeran Thalal berdiri saling berhadapan dengan Nizam. Pangeran Thalal menundukkan kepalanya dengan hormat. Tapi kemudia ada Sambaran angin yang berhembus ke arahnya. Pangeran Thalal adalah pangeran Azura dan Ia sudah berlatih ilmu beladiri sejak kecil. Ia jelas tahu bahwa akan ada pukulan yang mengarah kepadanya. Maka Ia menyalurkan tenaganya ke seluruh permukaan tubuhnya dan mengencangkan otot-otot tubuhnya sehingga kemudian Ketika Nizam memukulnya Ia dapat mengurangi rasa sakitnya. Dan kemudian, Buk!! pukulan Nizam bersarang di wajahnya. Tubuh Pangeran Thalal langsung terdorong ke belakang walaupun tidak terjerembab. Cynthia memekik histeris. Ia mau bangun tetapi kemudia terdengar suara Nizam,     

"Duduk!! Kau sedang hamil. Kalau sampai Kau keguguran maka Aku akan membuat suamimu mendekam di penjara"     

"Nizam tolong hentikan, Aku yang bertanggung jawab. Suamiku sudah mencegah Aku tapi Aku tetap memaksa, Aku mohon ampuni dia"     

Nizam tidak berkata apapun mendengar kata-kata Cynthia, sehingga membuat     

Cynthia langsung mengkeret ketakutan. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain ketika melihat Nizam mengangkat tubuh Pangeran Thalal dengan mudah dan mulai menghajarnya tanpa belas kasihan. Pukulan Nizam bertubi-tubi melayang ke arah wajah dan beberapa bagian tubuh lainnya. Pangeran Thalal tidak melawan sedikitpun Ia hanya tetap bertahan sambil menguatkan tubuhnya. Setiap tubuhnya terjerembab maka Nizam mengangkatnya kembali dan kemudian menghempaskannya oleh pukulan yang keras.     

Nizam baru berhenti memukul ketika Arani berlutut di hadapannya dan membenturkan kepalanya ke lantai berkali-kali hingga darah mengalir dari keningnya. Nizam tahu bahwa Arani akan terus membenturkan kepalanya ke lantai sampai Ia mati atau Nizam melepaskan Pangeran Thalal.     

Nizam lalu menghempaskan tubuh adiknya ke lantai. Pangeran Thalal langsung berlutut di depan kakaknya sambil menundukkan wajahnya yang babak belur. Darah menetes di hidung dan bibirnya. Nizam masih tampak tenang melihat tetesan darah yang mengalir dari kedua manusia yang duduk di hadapannya. Ia lalu meraih tempat tisu dan melemparkannya kehadapan Pangeran Thalal dan Arani, "Hapus darah kalian, Aku tidak ingin Alena melihatnya."     

Cynthia menangis tertahan melihat wajah suaminya yang biru lebam. Ia tidak mengira Nizam begitu tega menghajar adiknya sendiri. Mengapa Nizam begitu jahat. Mengapa suaminya hanya diam tidak melawan. Bukankah suaminya juga memiliki keahlian ilmu bela diri. Mengapa Ia diperlakukan tidak adil. Terus mengapa Arani malah membenturkan kepalanya ke lantai hingga berdarah. Cynthia menutup mukanya yang pucat pasi. Air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.