CINTA SEORANG PANGERAN

Takdir sedang menolongku



Takdir sedang menolongku

0Alena merengut ditarik Nizam untuk masuk ke aula tempat Edward mengadakan konferensi pers. Ia tidak ingin menghadiri konferensi pers. Ia tidak nyaman ada diantara Edward dan Nizam. Tapi kali ini Nizam bersikeras dan tidak mau mengalah, Ia malah menatap Alena dengan gusar. "Mengapa kau tidak mau melihat Edward? Apakah kau memang memiliki perasaan kepadanya? karena kalau memang tidak ada apa-apa harusnya Kau tidak keberatan berada di dekatnya" Kata Nizam sambil cemberut.     
0

"Mengapa otakmu jadi bodoh. Sudah berulang kali aku bilang kalau aku tidak mencintai Edward. Mengapa Kau masih meragukan cintaku kepadamu. Aku tidak ingin bertemu dengannya karena Kau selalu lepas kendali kalau berada dekat dengan Edward"     

"Tentu saja Aku lepas kendali. Dia selalu mencintaimu dan tidak pernah menyerah. Padahal dia sudah menikah. Dia pria terbodoh yang ada dimuka bumi ini." Nizam berkata tanpa sadar bahwa sebenarnya tingkah dia dan Edward tidak jauh berbeda. Ia memiliki Rheina tetapi tetap menginginkan Alena untuk menjadi istrinya. Ibarat menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.     

Tiba-tiba Alena menatap Nizam dengan tajam. Ia meletakkan kedua tangannya di pipi Nizam. "Yang Mulia.. apakah hanya Edward yang sudah menikah tapi mencintaiku? Bukankah kau juga memiliki Rheina disampingmu saat menikahiku"     

Muka Nizam merah padam kata-kata Alena menusuk hatinya. "Alena..mulutmu begitu tajam. Kau menyakitiku. Kau tahu bagaimana posisiku ketika menikahimu. Aku tidak berdaya sehingga Aku harus menikahi Rheina."     

Melihat muka Nizam yang begitu mendung dengan mata berkaca-kaca, Alena menjadi menyesal, Ia segera memeluk Nizam dan berbisik lembut ditelinganya. "Maafkan Aku, maafkan Aku.. Nizam, Aku benar-benar mencintaimu. Baiklah..Aku bersedia untuk ikut menghadiri konferensi pers Edward. Tapi berjanjilah kau tidak akan membuat keributan. Kasihan Lila. Coba lihat dari tadi wajahnya begitu menyedihkan."     

Nizam menganggukkan kepalanya dengan patuh. Ia mengecup pipi Alena dan segera menuntunnya masuk ke dalam aula. Niat Nizam sebenarnya adalah duduk diam-diam di belakang aula tetapi kemudian Mr. Aresca melihat Nizam sehingga Ia tiba-tiba berdiri dan mengangguk.     

Semua mata sontak menatap ke arah pasangan yang baru datang. Nizam tertegun, ini diluar ekspektasinya, Ia sengaja masuk melalui pintu belakang agar bisa diam-diam duduk di belakang memperhatikan jalannya konferensi pers. Ia lupa kalau fostur tubuhnya yang tinggi besar dan wajah tampannya akan sangat mudah dikenali orang dari jarak pandang berapapun. Apalagi ini hanya ruangan sebesar aula.     

Akhirnya tidak bisa dihindari lagi karena semua mata sudah tertuju ke arah mereka, dengan sedikit kebingungan Nizam melangkah ke depan sambil menuntun Alena. Wajah Edward yang memang dari semula terlihat sedang tidak baik semakin muram melihat pasangan yang datang ke depan. Ini adalah konferensi pers tentang lagu terbarunya, Mr.Aresca diminta duduk di depan untuk menghormati kedudukannya sebagai CEO sekaligus mempromosikan hotel Gardenia secara langsung. Tetapi kemudian duduk bersama satu meja dengan Nizam dan Alena sungguh tidak terbayangkan sebelumnya. Hati Edward mendadak menjadi sangat rumit.     

Nicole melepaskan tangan Ruth dari mulutnya. Ruth melihat ke arah Nizam dan Alena. Ia benar-benar terpaku dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia speechless, dia bagaikan orang yang baru bangun tidur dari tidurnya yang panjang. Nicole tertawa geli melihat tingkah Ruth sedangkan Santiago hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Seorang wanita yang mengagumi ketampanan seorang pria menurutnya bukanlah hal yang memalukan. itu adalah hal yang wajar.     

Seperti ketika kita memandang keindahan alam semesta. Yang salah adalah jika kita memandangnya dengan tatapan nafsu dan ingin memiliki yang bukan haknya. Bukankah yang berbahaya itu adalah pandangan kedua dan bukannya pandangan pertama.     

"Ruth..Ruth..Kamu sadar?" Kata Nicole karena Ia melihat Ruth yang terkesima melihat Nizam. Ia benar-benar ingin muntah darah.     

Nizam tersenyum kaku sambil menyalami Edward dan Mr. Aresca. Alena malah langsung duduk setelah dipersilahkan oleh manajer Edward. Alena menatap Lila yang ada di samping Edward. Mereka saling tersenyum. Alena menganggukan kepalanya seakan memberikan hormat dan permintaan maaf atas segala yang terjadi karena kesalahan dirinya.     

"Mohon Ijin yang Mulia.." Kata seorang moderator perbincangan hari ini kepada Nizam.     

Di pojok aula tampak seorang wanita berkacamata hitam dan menenteng tas Hermes. Dia tersenyum sumringah, "Tuhan sudah mentakdirkan kalian bersama dalam suatu tempat. Dan Aku akan segera menyaksikan riwayat mu akan berakhir, Alena. " Muka cantik wanita itu kemudian berubah dari sumringah menjadi langsung berkerut menakutkan.     

Matanya nyalang menatap Alena. Wajahnya begitu mengerikan dengan ekspresi yang sangat rumit. Sangat terlihat dimatanya Ia seakan ingin membunuh Alena. Tidak sedikitpun matanya Ia lepaskan dari wajah Alena. Tangannya kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.