CINTA SEORANG PANGERAN

Pilihlah, Edward!!



Pilihlah, Edward!!

0Tubuh Edward yang memang sedang dalam keadaan lemas langsung tersungkur di hadapan Lila dan Alena. Keningnya bahkan terbentur lantai hingga kemudian terluka, darah mulai mengalir membasahi muka tampan Edward . Sisca sangat emosi ketika menendang Edward sehingga tenaga yang dikeluarkan sangat kuat. Sedangkan tubuh Edward begitu lelah karena mentalnya yang sedang tercabik-cabik. Sehingga sangat wajar kalau Edward langsung tersungkur. Lagi pula Edward tidak memiliki ilmu bela diri tingkat dasar sekalipun. Sebagai anak tunggal, Ibunya tidak pernah mengijinkan Edward mendalami olah raga yang sifatnya keras, Ia tidak ingin Edward celaka karena pukulan atau tendangan.     
0

Jadi memang ketahanan tubuhnya sangat berbeda dengan tubuh Nizam yang terbiasa belajar ilmu bela diri dari usia tiga tahun termasuk Pangeran Thalal. Bagi mereka tendangan atau pukulan bukanlah perkara yang aneh. Babak belur adalah makanan mereka sehari-hari ketika sedang berlatih. Para pangeran jumlahnya cukup banyak. Sehingga ketika mereka berlatih mereka benar-benar saling memukul dan melukai bukan sekedar berlatih main-main. Prinsipnya siapa yang lemah maka Ia akan babak belur.     

Tangan Edward meraba keningnya. Ia melihat darah di tangannya. Tetapi Edward tidak merasakan kesakitan sedikitpun. Ketakutan para wanita yang di depannya dicelakai sisca lebih besar dibandingkan rasa sakit pada keningnya. Edward bangkit dan kembali berjalan menuju mereka. Tapi Sisca kembali mengejarnya, dengan kekuatan penuh Ia kembali menendang Edward hingga Edward terhuyung, kali ini Ia tidak terjatuh karena Ia mencoba menahan posisinya. Sisca semakin geram, Kepalanya lantas menoleh mencari sesuatu. Ia lalu melihat sebuah piala yang ada lemari sudut ruangan itu. Sisca berlari mengambilnya lalu dengan sekuat tenaga piala itu dipukulkan ke punggung Edward hingga Edward terjatuh.     

Sisca melihat tubuh Edward yang kembali tersungkur tapi Edward masih belum mau menyerah, Ia merasakan punggungnya teramat sakit sehingga Ia merasa kesulitan untuk bangun. Ia lalu mencoba merangkak ke arah Lila dan Alena. Sisca melemparkan piala yang masih dipegangnya ke punggung Edward. " Buk..." suaranya begitu keras. Tubuh Edward langsung terhujam kembali ke lantai.     

Kaki Sisca yang sedang mengenakan hak tinggi kemudian menghajar tubuh Edward bagaikan orang gila. "Lihat..Alena..Lihat Edwardmu.. Aku tahu kalau kau tidak mencintai Edward. Tapi Kau menyayanginya. Karena memang Kau begitu baik hati. Kau lihat Aku menghajarnya." Kata Sisca sambil dengan gemas menendang Edward berkali-kali.     

Lila dan Alena melotot melihat Edward ditendang berkali-kali. Mereka ingin berteriak mencaci maki Sisca tetapi mulut mereka tertahan oleh lakban. Mereka hanya bisa melihat Edward yang meringkuk tidak berdaya. Air mata Lila dan Alena tidak tertahankan lagi meluncur berurai membasahi pipi mereka. Alangkah biadabnya perbuatan Sisca terhadap Edward. Ia sudah berdarah-darah tapi Sisca terus menendangnya.     

Alena menatap Sisca dengan pandangan penuh kebencian. Seumur hidupnya Ia belum pernah membenci seseorang seperti Ia membenci Sisca. Entah terbuat dari apa hati wanita itu sebenarnya. Mengapa ada setan berwujud manusia.     

Betapa ibanya hati Alena melihat tubuh Edward yang terkapar. Apalagi kemudian setelah Sisca kelelahan menendangi Edward, Edward kembali bergerak bahkan karena Ia tidak bisa merangkak kini Ia merayap. Sisca mendiamkan Edward merayap menuju Lila dan Alena yang terikat di kursi     

"Pergillah Edward selamatkan mereka. Kau hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka, Jika Kau menyelamatkan Alena maka Aku akan menembak mati istrimu. Jika Kau menyelamatkan Lila maka Aku akan menembak mati Alena." Suara Sisca begitu dingin tapi rasanya bagaikan ribuan pisau yang menghujam di hati Edward. Bagaimana bisa Ia memilih satu dari dua wanita yang begitu berharga dalam hidupnya. Yang satu adalah istrinya yang sangat Ia sayangi, yang satunya lagi adalah wanita yang sangat Ia cintai bisa. Bagaimana bisa Ia memilih.     

Sisca sengaja menyimpan Alena dan Lila dengan jarak yang agak berjauhan. Ia benar-benar kejam dengan menyiksa perasaan Edward. Edward terdiam menghentikan gerakannya. Ia menatap Lila dan Alena bergantian. Lila dan Alena membalas tatapan Edward dengan uraian air mata. Masing-masing dari mereka menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dalam hati Lila ingin rasanya berteriak kepada Edward untuk menyelamatkan Alena. Karena Lila merasa hidupnya tidak berharga. Sementara Alena selain ada seseorang yang sangat mencintainya Ia juga sedang mengandung seorang anak.     

Sementara itu Alena juga ingin rasanya berteriak agar Edward pergi ke arah Lila. Biarkan Lila tahu bahwa Edward lebih memilih Lila dibandingkan Alena karena memang Lila adalah istrinya dan berhak ada disamping Edward. Sementara Alena sendiri tidak takut mati, Ia optimis bahwa sebentar lagi suaminya akan menyelamatkan dia.     

"Mengapa Kau diam Edward?? Pilihan yang sangat sulit bukan?? Kamu sekarang baru tahu siapa Aku sebenarnya. Kau mengusikku maka pembalasanku lebih kejam. Aku puas, sangat puas.. cepatlah merangkak... Aku akan menghitung sampai lima. Jika kau tidak memilih maka Aku akan menembak kedua-duanya" Sisca berkata sambil melangkah mendekati seorang laki-laki yang merupakan asistennya dari Indonesia.     

"Kemarikan pistolmu, Arya" Kata Sisca sambil mengulurkan tangannya. Arya memandang Sisca dengan seribu pertanyaan. Sisca adalah orang yang menyewa dirinya untuk membantu semua niat sisca dalam melakukan balas dendam. Arya adalah seorang mafia tingkat tinggi yang membawahi hampir seluruh penjualan obat-obatan terlarang di Indonesia. Sisca menjanjikan sejumlah uang yang membuat Ia tidak bisa menolaknya. Maka dengan kemampuannya bernegosiasi tingkat tinggi Ia menyewa komplotan mafia di Amerika. Sehingga mereka benar-benar bisa melakukan sejauh ini.     

Bertahun-tahun malang melintang di dunia hitam Arya belum pernah melihat wanita yang begitu dingin hatinya. Kalau melihat laki-laki yang bertindak kejam, Ia mungkin sudah sering tetapi melihat perempuan berhati begitu dingin seperti Sisca Ia baru pertama kali. Dengan sedikit gemetar Arya memberikan senjatanya kepada Sisca. Arya masih tidak percaya kalau Sisca akan tega menembak Alena.     

Karena Arya bergerak lambat, Sisca mengambil pistol itu dengan kasar, "Kau malah lambat seperti orang bodoh. Jangan sampai Aku menyesal telah meminta bantuanmu" Kata Sisca mengomel.     

"Ayo Edward bergeraklah!! Pilihlah... Aku hitung mulai dari sekarang, 1...2..."     

" AAA....AAA..." Edward berteriak dengan suara keras. "Kau setan wanita!! Hatimu terbuat dari batu. Kenapa kau tidak bunuh saja Aku..." Edward menggerung bagaikan suara gemuruh petir dilangit yang gelap.     

Sisca tidak menjawab, malah meneruskan berhitungnya..." 3...." Sisca tersenyum melihat Edward merayap cepat bagaikan orang gila. Sisca berhenti berhitung melihat Edward gerakannya menjadi cepat. Sisca merasa ingin sesuatu yang lebih dramatis. Ia tiba-tiba menarik pelatuk dari pistol yang Ia pegang.     

"DOR!!!"     

" Akh...Sisca...Kau!!!!" Edward memekik keras. Sisca menembak pahanya dengan tidak berperasaan. Darah langsung menyembur dengan deras. Mata Lila dan Alena makin melotot. Mereka langsung bergerak-gerak dengan histeris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.