CINTA SEORANG PANGERAN

Larilah Sisca !! Lari yang Jauh Menuju Kematian.



Larilah Sisca !! Lari yang Jauh Menuju Kematian.

0Imran mengendap-endap sambil memperhatikan ke-empat polisi yang sibuk memeriksa mobil mereka. Ia terus mendekati mobil yang didalamnya hanya berisi Sisca di kursi belakang. Sekali lirik Imran tahu bahwa siska sedang duduk sambil ketakutan. Mulutnya dilakban dengan tangan terborgol.     
0

Semua polisi itu sibuk memperhatikan dan memeriksa ban mobilnya yang kempes berat.     

" Bagaimana bisa mobil kita dua bannya meletus secara bersamaan." Kata polisi yang mengemudikan mobilnya sambil berjongkok.     

" Sepertinya ini ditembak orang, Sial!! Apa komplotan si wanita bedebah itu datang untuk membebaskannya." Kata polisi yang bernama Jack sambil melihat ke dalam mobil memastikan Sisca masih ada didalam.     

"Agaknya kecil kemungkinan ada komplotannya yang akan menyelamatkannya. Begitu banyak anggota wanita itu yang terluka dan tertangkap. Kalaupun ada yang selamat mereka akan lebih memilih untuk melarikan diri." Kata polisi yang bernama Toni sambil memperhatikan lubang pada ban mobil     

" Kita tidak bisa mengganti ban mobil dengan ban cadangan karena ban cadangan cuma satu. Kemungkinan kita harus menunggu mobil yang dari belakang untuk membawa wanita itu" Kata Jack sambil melihat ke arah jalan seakan tidak sabar menunggu kedatangan mereka.     

"Kalau ada mobil yang datang, Aku tidak mau ikut. Aku lebih baik menunggu disini. Aku muak duduk satu mobil dengan wanita iblis itu. Sungguh Aku tidak mengerti ada wanita begitu jahat" Kata Polisi yang bernama Daniel sambil kemudian mengeluarkan sebungkus rokok kemudian merokok dengan nikmatnya.     

"Iya benar, untung sekali ada lakban di dalam mobil jika tidak maka dia akan terus mencaci maki dan bersumpah serapah di dalam mobil" Kata Jack sambil menggosok-gosok dagunya.     

Imran tersenyum senang melihat mereka malah mengobrol sehingga Ia dengan leluasa membuka pintu mobil. Ia tambah lebar tersenyum melihat Mulut Sisca tertutup lakban. Melihat seseorang datang dengan fostur tubuh seperti orang dari kerajaan Azura. Mata Sisca terbuka lebar. Ia menebak-nebak siapa pria itu. Kawan atau musuh? Dan Sisca langsung pucat ketika dengan kekuatan kilat pria itu menariknya keluar dari mobil lalu menggusurnya ke dalam hutan kemudian menghilang ditelan kegelapan malam.     

Sisca meronta-ronta ketika tubuhnya ditarik bagaikan sekarung beras. Apalagi bahunya yang terluka, terasa sangat perih karena tubuhnya ditarik dan digusur bagaikan sampah. Tahulah Sisca bahwa pria ini bukanlah seseorang yang akan membebaskannya. Tetapi Ia adalah musuhnya. Seorang teman tidak akan memperlakukannya seperti itu. Wajah Sisca kemudian pucat ketakutan. Ia ingin berteriak-teriak untuk meluapkan perasaan ketakutannya. Udara malam seakan membekukan setiap persendiannya. Rasa beku itu bukanlah karena cuaca tapi karena rasa takut yang merayap.     

Wajah Nizam yang begitu dingin terbayang dipelupuk matanya. Ia sangat membenci Nizam melebihi rasa bencinya pada Edward tapi Ia tidak berdaya menghadapi Nizam. Karena berulangkali orang yang telah membantunya untuk membalas dendam berkata bahwa Ia tidak boleh menyentuh Nizam. Sebenarnya Sisca sudah membayangkan kesulitan yang akan Ia peroleh, karena Nizam begitu kuat melindungi istrinya. Tetapi amarah dan kebenciannya membuat Sisca mengambil setiap langkah yang memberikannya kesempatan sekecil apapun itu.     

Air mata Sisca sekarang meleleh karena rasa takut yang teramat sangat. Ia benar-benar sudah menyadari bahwa orang yang menggusurnya adalah orang suruhan Nizam. Dari awal Ia sudah memperhitungkan resiko yang akan Ia terima dengan sangat baik. Ia sebenarnya lebih suka ditahan polisi atau dihukum mati sekalian. Jatuh ke tangan Nizam seribu kali lebih menakutkan daripada jatuh ke tangan yang berwajib.     

Walaupun Sisca seorang psikopat tapi Ia masih memiliki belas kasihan pada tubuhnya sendiri. Ia akan mati sekarang. Tapi kematian seperti apa yang akan Ia terima.     

Imran terus menarik tangan Sisca yang terborgol ke depan. Darah di bahunya langsung merembes keluar karena pelurunya masih ada di dalam. Sisca meraung-raung kesakitan tapi tangisannya terhalang lakban dimulutnya. Tapi Imran terus menariknya tampa belas kasihan. Banyak semak berduri disepanjang jalan di dalam hutan kerena memang pada musim panas tanaman tumbuh subur sebagai kelanjutan dari musim semi.     

Duri-duri tanaman semak belukar membuat kulit Sisca berdarah disana-sini. Ia bahkan tidak mengenakan sepatu karena sepatunya sudah lepas sedari tadi. Banyak batu runcing yang melukai kakinya yang tidak beralas. Sakitnya tidak dapat dibayangkan. Beberapa batu runcing sudah ada yang menancap dikakinya. Imran malah terus menariknya. Sisca sangat ingin Ia ditembak langsung oleh Nizam ataupun anak buahnya disini, agar Ia tidak mengalami penderitaan itu.     

Sisca seakan melupakan bahwa Ia sudah banyak menyiksa orang. Kini Ia sedang menerima balasannya. Imran masih ingat bisikan Ali ditelinganya. "Bunuh Sisca secara perlahan sebagai balas dendam Ia sudah menyakiti Yang Mulia Putri Alena."     

Setelah dirasa cukup jauh, Imran menghempaskan tubuh Sisca ke bawah. Ia lalu tersenyum dalam kegelapan malam dan berkata dengan sangat dingin. " Larilah Sisca, Aku memberikanmu kesempatan untuk lari." Katanya sambil mengeluarkan pistolnya dari balik bajunya. Ia berdiri dihadapan Sisca yang tersungkur.     

Dengan susah payah Sisca mengangkat wajahnya menatap Imran dengan pandangan ingin tahu. Ingin rasanya Ia bernegosiasi tentang orang yang berada di belakangnya tapi mulutnya tertutup Lakban dan Imran sama sekali tidak berniat membukanya karena takut jeritannya akan terdengar oleh para polisi.     

Mendengar Imran memberikannya kesempatan Ia sama sekali tidak percaya tapi apalah daya Ia juga tidak mau meluangkan kesempatan untuk lari. Maka Ia segera berlari dengan tertatih-tatih, Melihat Sisca lari Imran mengacungkan senjatanya lalu dengan senyap tanpa suara apapun karena Ia memang memasang alat peredam suara pada senjatanya.     

"Dor.." Pistol meletus menembus betis Sisca.vSisca menjerit sekuat tenaga, tetapi suaranya tidak ada. Imran menembak betisnya dengan kejam. Sisca tersungkur dengan posisi kepala terantuk batu yang banyak bertebaran dihutan itu. Ia kini merasakan apa yang dirasakan Edward di Aula tadi. Imran seakan ingin membalaskan dendam Edward pada dirinya. Padahal Imran tidak ada di Aula waktu Ia menyiksa Edward.     

Sisca memegang kakinya yang berdarah, diiringi tatapan mata Imran yang begitu dingin. " Larilah..lari lagi yang jauh" Suara Imran bagaikan suara hembusan angin dari neraka.     

Sisca menggelengkan kepalanya, Ia tidak ingin lari lagi Ia ingin ditembak mati sekarang juga. Tapi Imran mendekat dan berkata, " Beraninya Kau menyentuh calon Ratu Kerajaan Kami. " Katanya sambil menginjak telapak tangan Sisca sekuat tenaga.     

"Aku adalah pengawal Yang Mulia Pangeran Nizam. Bertahun-tahun bekerja dengan Yang Mulia, Aku belum pernah menyiksa seorang wanita, tapi Kau bukanlah wanita Kau adalah setan." Katanya dengan gemas segera memuntahkan pelurunya kembali. Sisca menggigil menahan sakit. Alena...Alena yah Alena berhasil lolos sedangkan Ia harus mengalami penderitaan.     

Imran kembali menarik pelatuknya dan menembak betis Sisca yang satunya lagi. Sisca kembali berteriak histeris. Ia sangat ketakutan dan kesakitan. Mengapa ini seperti hukum karma baginya. Apa yang dilakukannya pada Edward kini sedang dilakukan oleh Imran. Padahal Imran benar-benar tidak mengetahui kejadian itu     

"Aku akan berikan kematian yang sangat menyakitkan, Sisca" Katanya sambil menggusur Sisca kembali. Kali ini Ia menarik tubuh Sisca ke pinggir danau.     

Sisca menggelengkan kepalanya, Ia berusaha memberikan isyarat kepada Imran agar membebaskannya. Tapi Imran hanya menatapnya dengan tajam. Sisca segera mengetahui bahwa ajalnya semakin dekat. Imran lalu berdiri memegang Sisca seakan takut lepas lagi. Ia lalu mencari posisi yang enak untuk melaksanakan niatnya.     

Sisca sekarang benar-benar sangat ketakutan. Imran berdiri dibelakang SIsca kemudian rencananya Ia menendang tubuh Siska agar jatuh ke atas air danau yang sedang beriak tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.