CINTA SEORANG PANGERAN

Bukan Rheina dalangnya



Bukan Rheina dalangnya

0Ali terkejut mendengar kata-kata Nizam, saking kagetnya Ia sampai tidak sadar memalingkan wajahnya ke belakang. Tetapi Nizam langsung membentaknya. "Jaga pandangan matamu!!"     
0

"Maaf Yang Mulia." Kata Ali sambil kembali memandang ke luar jendela mobil.     

" Di sini kita adalah sebagai korban. Makanya kita hanya akan membuat laporan kecuali kalau kita melakukan hal-hal yang diluar hukum seperti ketahuan kita membunuh Sisca. Arya adalah orang suruhan Sisca. Peran dia walaupun dia ketua mafia tapi dia hanyalah sebagai penterjemah dan penghubung Sisca dengan mafia di Amerika. Itu dilakukan karena Sisca tidak terlalu mahir berbahasa Inggris." Kata Nizam.     

Ali tetap diam mendengarkan penuh seksama. Ia menunggu Nizam melanjutkan pembicaraannya.     

"Kemarikan minuman yang dipesan Alena" Kata Nizam pada Ali. Ia tiba-tiba merasa haus. Ali segera menyodorkan gelas minuman Orange soda ke tangan Nizam. Lalu segera duduk lagi menghadap ke depan dengan sopan. Nizam minum orange soda yang dipesan istrinya. Rasa haus yang dideritanya tadi langsung hilang ditelan sejuknya orange soda. Untung Ali pesannya double. Mungkin Ia sengaja memesan untuk dua orang. Ia dan Fuad sendiri tidak terlalu menyukai fast food ala western Mereka lebih menyukai cemilan ala India daripada Amerika.     

"Aryalah yang jadi penghubung antara Sisca dengan orang Azura ataupun dengan mafia di Amerika"     

"Kalau begitu Yang Mulia. Mengapa kita tidak membunuhnya juga?" Wajah Ali tiba-tiba merasa sangat khawatir.     

"Bukankah Aku sudah bilang, Dia bukan tanggung jawab kita. Kita tidak perlu khawatir dia akan membuka mulut. Aku perkirakan nyawanya hanya akan sampai malam ini"     

Ali terbelalak dengan mata yang lebar, " Apa maksud Yang Mulia dia akan mati malam ini juga??"     

"Ya..sebelum dia membuka mulut pada pagi besok"     

"A..apakah Yang Mulia tahu siapa orang yang dibelakang Sisca?"     

Nizam menggelengkan kepalanya. "Aku saat ini belum tahu siapa yang ada dibelakang Sisca. Tapi yang pasti orang itu adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang Amerika yang sama baiknya denganku. Ia seseorang yang memiliki umur tidak jauh denganku karena jalan pemikiran orang itu hampir mirip denganku"     

"Apakah dia Yang Mulia Putri Reina??" Kata Ali dengan tidak sadar. Nizam menggelengkan kepalanya. Ia tampak berpikir sambil tangannya mengusap-usap perut Alena yang begitu besar. Badan Alena begitu mungil tapi perutnya begitu besar membuat Nizam kadang-kadang ingin bergantian membawa bayi mereka dalam perutnya. Mengapa bukan badannya yang tinggi besar yang membawa bayi, mengapa harus perempuan yang begitu lemah dan mungil yang harus membawanya. Tapi kemudian Nizam membuang pikiran anehnya masa iya laki-laki membawa bayi dalam perutnya.     

" Yang Mulia, apakah Yang Mulia mendengar pertanyaan Hamba??" Tanya Ali seakan penasaran karena dia malah terdiam.     

" Bukan..bukan Putri Reina. Putri Reina tidak akan pernah melakukan strategi seperti ini. Dia hanya seorang putri yang dipersiapkan untuk menjadi istriku, calon ratu Azura. Yang Ia pelajari hanya tentang kewanitaan, bagaimana melayani suami , mengurus anak dan harem, mengurus tata kerajaan dibagian rumah tangga. dan tidak akan sejauh ini."     

"Apakah Perdana Mentri, Mertua yang Mulia??" Ali terus memburu Nizam dengan pertanyaan.     

Nizam kembali menggelengkan kepalanya, " Paman Salman tidak akan berani bergerak apa-apa, Anaknya masih terikat denganku. Ia masih menunggu kelanjutan hubunganku dengan anaknya."     

"Nah..itu dia Yang Mulia. Menurut hamba sangat tepat Yang Mulia perdana mentri menyingkirkan yang Mulia Putri."     

"Paman Salman tidak akan pernah mengorbankan segalanya hanya untuk menyingkirkan Alena. Alena hanyalah calon ratu dari negara Asing. Ia tidak memiliki hubungan dengan aliansi manapun. Alena juga tidak memiliki siapapun untuk berada disampingnya kecuali cinta ku dan kasih sayang Cynthia. Jadi untuk saat ini Paman Salman tidak akan berani bertindak apa-apa."     

"Hamba menjadi semakin bingung..." Ali mengusap kuduknya. Ia semakin kebingungan.     

"Apakah mungkin dari salah satu wanita yang ada di Harem??"     

"Aku juga merasa ada kaitannya dengan Harem tetapi bukan dikerjakan langsung olehnya"     

"Kira-kira siapa yah.???" Ali melirik Fuad yang sedari tadi asyik menyetir. Fuad tidak bicara sepatah katapun. Ia hanya mendengarkan dengan seksama.     

"Aku tidak tahu. Penghuni Harem begitu banyak. Mereka semua berasal dari kalangan pejabat atau para putri dari kerajaan Aliansi. Mereka bukan orang-orang sembarangan. Kau kan tahu Aku tidak pernah berhubungan dengan mereka. Aku cuma mengenal Rheina saja."     

"Apakah Yang Mulia memang belum pernah menyentuh mereka?? Bukankah mereka semua hak Yang Mulia. Mereka sudah terikat secara adat dan negara menjadi milik yang Mulia." Kata Ali dengan polosnya. Hal ini membuat Nizam meradang tidak suka.     

"Memangnya Kau pernah melihat Aku membawa mereka ke dalam istanaku??"     

Ali menggelengkan kepalanya dengan jengah.     

"Kalau belum pernah, lantas kapan Aku berhubungan dengan mereka?? Dasar bodoh!!!!" Kata Nizam dengan kesal.     

"Ma..maafkan Hamba yang Mulia. Hamba Memang bodoh!!"     

"Mana burgernya?? Aku mau satu" Kata Nizam sambil merasakan perutnya keroncongan juga. Bukankah dari semalam Ia baru makan satu kali waktu direstoran itu.     

Ali segera memberikan burgernya pada Nizam. Nizam mengambilnya satu lalu melahapnya.     

"Apa kalian tidak membeli banyak?" Tanya Nizam sambil melihat ke arah Ali. Ali menggelengkan kepalanya.     

"Hamba kurang menyukai burger, kalau boleh di belokan sebelum ke apartemen ada Restoran India. Hamba akan membeli makanan di sana. Roti India dengan Kari Kambing rasanya sangat enak." Kata Ali sambil menelan air liurnya.     

"Hmmm....Aku juga jadi ingin. Malahan Aku tiba-tiba teringat nasi biryani dengan paha kambing"     

"Kita makan di sana Yang Mulia??"     

"Maksudmu, Kita mau menantang bahaya lagi??" Tiba-tiba Fuad merasa gatal ingin ikut bersuara.     

"Tanganku masih gemetar ketika kita kehilangan Yang Mulia Putri Alena. Sekarang Kau malah mengajak ke restoran India."     

Nizam mengangkat alisnya. " Jangan takut Fuad!! Saat ini musuh kita sudah kalah. Kalaupun mereka masih ada. Kemungkinan mereka akan mundur dulu. Kebetulan Aku juga lapar, sepuluh burger tidak akan membuat ku merasa kenyang. Jadi mari kita pergi ke restoran India." Kata Nizam     

"Kita pesta di sana sambil melepaskan kepenatan kita."     

"Tapi bagaimana dengan Yang Mulia Putri Alena??" Tanya Ali dengan khawatir.     

"Tenang saja, Aku akan bangunkan Ia nanti. Lagipula Ia harus makan ada bayi yang harus dia beri nutrisi." Nizam senyum-senyum sendiri. Ia tahu Istrinya sangat sulit dibangunkan tapi Ia memiliki teknik sendiri untuk membangunkannya.     

Alena harus makan sebelum tidur panjang. Minimal perutnya harus terganjal. Ia memiliki tanggung jawab terhadap anak mereka yang masih ada dalam kandungan.     

Ali sama sekali tidak ingin mengetahui bagaimana cara Nizam membangunkan Alena. Hanya Ia sudah membayangkan apa yang akan terjadi. Dan benar saja Ali dan Fuad disuruh turun sehingga di dalam mobil hanya ada Nizam dan Alena berdua.     

Nizam menatap wajah Alena yang terlelap. "Maafkan Aku Alena. Tapi Kau harus makan dulu sebentar sebelum kau tidur" Kata Nizam sambil mengelus paha Alena. Elusannya semakin naik dan naik.     

Alena tetap terlelap. Nizam jadi kesal. Ia lalu semakin membiarkan tangannya merajaleka. Alena masih tidak terusik. Nizam jadi kesal dan Ia menundukkan wajahnya ke dada Alena. lalu Ia menggigit ujung nya dan Alena langsung berteriak kesakitan. Ia kemudian melihat wajah suami nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.