CINTA SEORANG PANGERAN

Kamar tanpa Peredam



Kamar tanpa Peredam

0Mobil memasuki sebuah penginapan berupa hotel kecil. Arani segera turun dari mobil dan masuk ke dalam hotel lalu memesan kamar dibagian resepsionis. Pegawai hotel dengan sigap melayani Arani karena terlihat Arani seperti turis asing. Walaupun Arani bukan bule tetapi postur tubuh dan wajah Arani menunjukkan bahwa Arani bukanlah berasal dari Indonesia.     
0

Arani memesan tiga kamar sekaligus. Kamar termewah di hotel tersebut. Walaupun sebenarnya tidak memenuhi standar tapi apa boleh buat Nizam tidak memperdulikan standar hotelnya. Nizam tidak meminta hotel dengan standar tertentu. Ia hanya bilang hotel terdekat.     

Arani juga tidak perduli hotel yang mana. Yang penting Ia bisa berbaring sebentar untuk menenangkan otaknya yang mulai panas dengan beberapa kejadian yang menimpa mereka. Diam-diam Arani ingin segera pulang ke Azura. Ia tidak cocok tinggal di Indonesia. Ia tidak leluasa bergerak dan makanannya juga tidak sesuai seleranya.     

Setelah membereskan administrasinya Arani segera menjemput Nizam dan Alena. Nizam menarik Alena keluar dari mobil. Arani membuka jas hitam yang selalu Ia pakai lalu memberikan pada Alena. Karena pakaian Alena penuh dengan darah. Sedangkan pakaian Nizam cuma kena darah sedikit.     

"Pakailah ini dahulu yang Mulia. Sementara Yang Mulia beristirahat maka Hamba akan mencari pakaian baru."     

Nizam mengangguk setuju. Ketika memasuki hotel segera saja Nizam menarik perhatian semua orang. Tubuhnya yang tinggi kekar membuat gerah para wanita. Wajahnya yang sangat tampan juga membuat mata yang memandangnya tidak bisa lepas. Kulit coklatnya juga melelehkan hati setiap insan.     

Tubuh mungil Alena serasa tenggelam kalah oleh pesona Nizam. Alena berjalan dengan cepat. Lama-lama Ia sebal dengan para pengagum Nizam. Ga dimana-mana Nizam selalu menarik perhatian. Dengan tinggi lebih dari 185 cm Tubuh Nizam memang langsung eye catching.     

Nizam memeluk Alena ketika mereka memasuki lift karena para pegawai di resepsionis terus memperhatikan Nizam. Tamu yang sedang mencari informasi juga tampak diabaikan. Sehingga ketika tamu itu merasa perhatian resepsionis tidak pada dirinya maka Ia pun mencari tahu apa penyebabnya. Ketika matanya lantas mengarah pada Nizam, tanpa bisa dicegah Iapun asyik menikmati wajah rupawan.     

Nizam menjadi jengah, "Kelihatannya wanita dinegaramu banyak yang memiliki sifat seperti mu" bisik Nizam.     

"Sifat apa?" Kata Alena heran.     

"Mereka terlihat selalu penuh gairah jika melihat yang disukai"     

Alena terheran-heran mendengar perkataan Nizam. Tetapi ketika Alena melihat resepsionis dan tamu hotel menatap Nizam tanpa malu-malu. Lantas saja Alena menjadi cemberut. "Dan Kau pasti suka ditatap penuh gairah seperti itu"     

"Aku kan laki-laki normal Alena. Siapa yang tidak suka ditatap wanita. Coba bayangkan kalau aku sukanya ditatap sama kambing. Apa kau mau punya suami seperti itu?" Nizam berbisik. Alena jadi tidak bisa menahan tawa. Lantas mereka tertawa ditahan seraya masuk lift.     

Arani, pelayan hotel, Nizam dan Alena naik lift menuju lantai 5. Lalu masuk ke kamar yang letaknya paling ujung. Nizam menunggu Arani memeriksakan kamar hotelnya beserta pelayan untuk memastikan keamanan kamar. Setelah selesai dan kamar dirasa aman. Arani segera mempersilahkan Nizam dan Alena untuk masuk.     

Sebelum pergi Arani menyerahkan kunci elektronik berupa sebuah kartu. "Yang Mulia.. perlu diberitahukan bahwa kamar ini tidak memiliki peredam suara"     

Nizam mengerutkan keningnya, Terkejut dengan kata-kata Arani. Bukan terkejut karena kamarnya tidak memiliki peredam suara. Tetapi terkejut dengan makna dari kata-kata Arani. Tapi sebelum Ia mengatakan sesuatu Arani sudah membungkukkan badan mohon pamit dan langsung kabur. Wajah Arani merah, Ia lalu tersenyum di kulum. Ha..ha.ha.. dengan mengatakan peringatan seperti tadi secara tidak langsung Arani mengatakan bahwa Ia mengetahui apa yang akan Nizam lakukan bersama Alena di dalam kamar sekaligus suatu peringatan kepada Nizam untuk jangan melakukannya dengan suara ribut karena pasti terdengar kemana-mana.     

Keluar dari lift Arani melangkahkan kakinya menuju luar hotel. Ia berniat mau membeli pakaian untuk Alena dan Nizam. Diluar Ia melihat Ali, Fuad dan Doni sedang berjalan masuk ke hotel.Rupanya mereka melihat mobil Nizam masuk ke hotel ini. Sehingga Mereka juga secara otomatis ikut masuk.     

"Ada apa ini? Mengapa Kita ke sini dulu? Ada sesuatu kah? " Tanya Ali.     

" Yang Mulia ingin beristirahat dulu?" Arani menjawab pendek.     

"Tapi mengapa disini? Inikan hotel kecil dan sangat tidak layak untuk yang mulia. Ke Hotel Gardenia hanya tinggal setengah jam lagi. Mengapa kita tidak beristirahat di sana" Ali masih protes.     

Arani melotot. "Yang Mulia menginginkan istirahat di sini? Apa perdulinya dengan layak dan tidak layak? Kau sudah berapa lama mengikuti yang Mulia? Masa masih belum memahami Jika Yang Mulia menginginkan sesuatu maka tidak akan ada alasan untuk tidak. Walaupun Yang Mulia nanti menghendaki istirahat di sebuah gubug maka Yang Mulia tentu akan ada di sana"     

Ali menjadi garuk-garuk kepala tidak gatal. Arani lalu memandang ke arah Doni. "Mr Doni, Dapatkah Anda mengantar saya untuk membeli beberapa pakaian untuk Yang Mulia"     

Doni menatap wajah cantik Arani. Hmmm...gadis ini sangat luar biasa. Postur badannya yang tinggi tegap dengan rambut cepak. Cocok sekali jadi bodyguard sekaligus asisten pribadi Nizam.     

"Mr.Doni!! Hallo..Are you awake?" Kata Arani menanyakan apakah Doni sadar sambil melotot karena melihat Doni cuma bengong.     

Doni tergagap lalu segera menjawab," I..iya silahkan Ayo saya antar kemanapun Kau mau. Ke KUA juga boleh. Kebetulan Saya masih single" Kata Doni sambil senyum-senyum lucu.     

"Beg your Pardon please??" Arani bertanya lagi meminta Doni mengulangi kata-katanya karena Arani kurang mengerti dari maksud perkataan Doni.     

Wajah Doni langsung merah padam. Takut dihajar bodyguard dari Azura, Doni cuma menggelengkan kepalanya. " Tidak ada Miss. Mari silahkan" Kata Doni sambil mempersilahkan Arani naik ke mobil yang Ia bawa kemudian melesat menuju sebuah toko pakaian yang berada tidak jauh dari hotel ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.