CINTA SEORANG PANGERAN

Pencemaran Nama Baik



Pencemaran Nama Baik

0Alena terduduk lesu. Ia menoleh ke arah suaminya. Nizam menatap Alena. "Alena Aku sedikit lupa siapa dia. Tapi dia membawa bayi apakah dia Sisca? Tapi bukankah Sisca sedang sakit jiwa??" Nizam benar-benar merasa mati langkah berada di Indonesia. Ia bingung harus menolong Alena dari sebelah mana. Apalagi kasus Alena begitu mendadak.     
0

Alena tidak menjawab Ia hanya terus memandangi wanita itu yang berjalan dengan langkah penuh kemenangan. Matanya menyalang tajam. Ia tidak menghiraukan para wartawan yang berebut bertanya tentang siapa dirinya. Dibelakangnya berjalan seorang baby sitter mengikuti langkah Ibu dan bayi nya.     

AKBP Santosa melotot ke arah wanita itu dan bergumam dalam hati. 'Sungguh kasus yang sangat menarik'. Ia juga lalu menoleh ke arah Arani. Arani tampak berdiri dengan tegang. 'Wow..dia sangat hot ketika tegang begitu' AKBP Santosa mulai tersenyum berharap pada Arani.     

"Sisca!!!" Alena memanggil lirih pada teman SMA nya.     

Sisca menoleh ke arah Alena dengan tatapan buas.     

"Kau wanita jalang tidak tahu malu, Kau menggoda Suamiku, Ayah dari anakku, Dan sekarang anakku menjadi anak yatim..Kau seumur hidupku tidak akan pernah kulepaskan" Sisca berteriak.     

"Nyonya Sisca tolong beri kami penjelasan, Apa yang telah terjadi sebenarnya?" Seorang wartawan berteriak tidak sabar.     

Sisca memberikan bayinya pada baby sitter nya lalu Ia dengan percaya diri Ia mengambil mic dan berkata: " Mohon izin untuk menyampaikan informasi Pak Polisi" Kata Sisca pada Komandan polisi. AKBP Santosa hanya bisa mengangguk Ia memang tidak berhak melarang seseorang untuk menyampaikan suatu informasi.     

Dan ketika Sisca kemudian memegang mic maka lampu Blitz segera menyambar ke arahnya. Pusat perhatian kini beralih kepada Sisca sekarang. Alena memandangnya dengan tajam. Otaknya langsung berputar dengan keras. Ia tidak mau berakhir konyol di penjara atas kesalahan yang tidak Ia perbuat. Sementara itu Nizam langsung mengangkat teleponnya.     

"Alena dan saya sebenarnya bersahabat sejak dari SMA. Ia memang cantik dan terlahir kaya. tetapi Ia selalu gagal mendapatkan perhatian laki-laki karena para lelaki membenci tingkah lakunya yang terkadang dibuat-buat. Mereka lebih memilih untuk menyukai Saya." Sisca berkata dengan penuh rasa percaya diri. Orang-orang mulai kasak kusuk. Sisca memang terlihat sangat cantik sehingga kemudian Mereka lalu membandingkan kecantikan Sisca dan Alena. Tiba-tiba ada seorang wartawan yang langsung berkata.     

"Maaf nih ya...kalau boleh jujur. Saya tidak tahu wajah antara Yang Mulia Alena dan Anda waktu dulu. Tetapi kalau dilihat sekarang Yang Mulia Alena jauh lebih cantik dari Anda"     

Komentar wartawan langsung disambut dengan gelak tawa. Muka Sisca menjadi merah padam.     

"Hey bung.. sebentar. Jangan membandingkan mereka sekarang. Ingat bahwa Yang Mulia sekarang adalah istri seorang pangeran. Masa sih tidak bisa memperbaiki tampilan fisik melalui operasi plastik atau riasan" Wartawati yang menyerang Alena tadi berbicara lagi.     

Alena melirik geram Ia lalu melihat kembali ke arah pria bertopi. Pria itu mengangkat tangannya, menyimpan jari telunjuk dilehernya dan melakukan suatu gerakan seperti memotong leher. Alena langsung paham. Pria itu menyuruhnya untuk menghabisi si Wartawati itu     

"Anda wartawati dari mana? Beraninya mengatakan saya melakukan oplas. Saya menuntut Anda atas tuduhan yang tidak beralasan dan perbuatan tidak menyenangkan."     

Suasana menjadi semakin kacau dan tidak terkendali. Nizam menjadi semakin kebingungan. Ia melirik kearah AKBP Santosa.     

"Aku minta konferensi pers ini dihentikan. Aku perlu mempelajari dulu situasi ini. Dan Aku minta penyelidikan kasus ini yang seadil-adilnya" Kata Nizam sambil menyuruh Alena berdiri. Alena melirik ke arah AKBP Santosa.     

"Aku merasa wartawati itu bukanlah wartawati biasa. Ia pasti ada yang membacking sehingga Ia berani berkomentar seperti itu. Aku tidak mau tahu, Dia harus mendapatkan balasan yang setimpal. Seenaknya menuduh orang operasi plastik" Alena misruh-misruh sambil ngomel-ngomel. AKBP Santosa sesaat tercengang. Kenapa sekarang Alena kembali seperti anak kecil bukankah tadi Ia begitu percaya diri saat memberikan penjelasan.     

Tetapi memang menuduh seorang wanita melakukan operasi plastik di depan orang banyak, seperti memancing ikan di air keruh. Ikannya ga dapat airnya makin keruh. Wartawati itu akan terkena pasal pencemaran nama baik seseorang dan penghinaan. Tidak ada yang salah dengan tuntutan Alena hanya saja raut wajahnya ketika Ia misruh-misruh membuat AKBP Santosa seperti melihat anak kecil yang marah-marah karena mainannya dirampas orang.     

Alena memang menggoda pria tidak dengan tingkah laku yang menjijikan tetapi memang secara alami para lelaki menyukai tingkah nya yang polos dan tidak dibuat-buat. Dan AKBP Santosa langsung tahu kalau Sisca memang sedang berbohong.     

Melihat Alena dari jarak dekat seperti ini membuat AKBP Santosa tahu persis wajah Alena bukanlah hasil operasi plastik. Bukankah sekarang Alena terlihat sama sekali tidak ber make up. Lipstik dibibirnya sudah hilang entah kemana. Bedaknya juga terlihat sudah pudar. Tetapi tanpa riasan wajah Alena malah semakin terlihat bagai buah apel yang bewarna kemerahan menantang untuk digigit lalu dikunyah sampai habis     

AKBP Santosa tidak berlama-lama mengagumi keindahan yang bukan miliknya Ia lantas berdiri untuk mempersilahkan Alena dan Nizam pergi. Sebelum pergi Ia membungkukkan badannya kepada Alena. "Saya pastikan wartawati itu terkena hukuman minimal 9 bulan. Dan kalau Ia ternyata berbuat sesuatu yang mencemarkan nama Anda secara tertulis Ia akan terkena hukuman maksimal 4 tahun. Saya berjanji akan menyelidikinya untuk Anda."     

"Terima Kasih Pak Polisi.."     

"Yang Mulia Pangeran. Tidak usah khawatir. Nyonya Sisca ini terlihat sudah berbohong. Kita akan mencoba membuktikan kebohongannya."     

"Aku benar-benar mengandalkan anda Mr Santosa" Kata Nizam sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Nizam tidak memiliki sekutu lagi selain Doni. Karena bukankah Nendri yang biasanya dia andalkan sudah mati. Kini Ia berharap kepolisian Indonesia akan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.     

Para Wartawan melihat Alena dan Nizam mau pergi mereka berusaha menahannya tapi kemudian AKBP Santosa menahan mereka.     

"Kita akan lanjutkan konferensi pers Setelah penyelidikan lebih lanjut, silahkan kalian wawancara saja Nyonya Sisca. Hanya saja ingat, untuk tidak menulis suatu fitnah atau kebohongan publik. Karena Kalian akan terancam hukuman pidana atas pasal pencemaran nama baik" Kata AKBP Santosa sambil melangkah pergi.     

Sementara itu pria yang berkomunikasi secara isyarat dengan Alena langsung menghilang dari Aula. Ia berjalan tergesa-gesa meninggalkan kantor kepolisian dan menuju ke sebuah mall untuk mengambil mobilnya yang terparkir di basemen parkiran mall tersebut. Sesampainya di mobil Ia membuka topi dan kacamata hitam nya. Matanya yang bagai zamrud terlihat sangat mempesona. Ia mengambil handphonenya dan menyentuh no kontak seseorang.     

Setelah nada sambung Handphonenya terdengar berhenti Ia mendengar seseorang mengangkat handphonenya. Sebelum orang itu berbicara Ia sudah berkata, "Cynthia..Kau datang sekarang juga ke Surabaya. Temanmu Alena sedang dalam masalah. Kau bantu Ia dengan memberikan kesaksian."     

"Apa Kau Edward, sedang bercanda??" Terdengar suara gusar diseberang sana.     

"Aku tidak mau tahu. Kau sekarang istri seorang pangeran Azura. Kau mintakan suamimu untuk menggunakan pesawat jet agar lebih cepat sampai kesini. dengan kecepatan 900/km maka aku perkirakan perjalanan mu akan sampai dalam waktu kurang lebih 8 jam."     

"Mengapa Kau bicara omong kosong. Ada Nizam disamping Alena"     

"Nizam..Nizam...Nizam..Kau pikir dia makhluk sempurna yang tidak punya kelemahan. Ini Indonesia bukan Azura. Pangeran itu tidak berdaya melindungi Istrinya sendiri di negara Istrinya. "     

"Kalau Nizam saja tidak mampu lantas bagaimana dengan kau??"     

"Hidupku aku dedikasikan untuk Wanita yang aku cintai. Aku selama ini tinggal di Indonesia untuk mempelajari bahasa dan adat istiadatnya. Walaupun Aku tidak menjadi pendamping hidupnya tetapi minimal Aku bisa dekat dengan tanah kelahirannya"     

Cynthia tercekat betapa bodohnya pria sedang menelepon dirinya.     

"Apa Kau ingin merebut Alena dari Nizam? Bukankah waktu di Bali Kau melakukan sesuatu yang membuat Nizam sangat marah sehingga Ia menyakiti Alena"     

Edward terdiam. "Aku dijebak orang waktu itu. Aku memang tahu Alena ada di Bali tapi Sedikitpun aku tidak tahu kalau Alena akan datang ke Cafe itu. Aku tidak tahu mereka akan datang ke Cafe tersebut. Melihat Alena, Aku langsung emosi sehingga akhirnya kejadian itu terjadi."     

"Memang siapa yang menjebakmu?"     

"Aku tidak tahu, masih menyelidiki nya. Sekarang cepatlah datang kesini. selamatkan temanmu"     

"Baiklah Aku akan datang. Tapi Edward tolonglah untuk tidak mendekati Alena. Mmmm apakah Alena tahu kau membantunya"     

"Iya..Aku menghubunginya diam-diam dan mengajarinya untuk melawan Sisca"     

"Bagaimana kau mengenal Sisca??" Cynthia semakin tidak mengerti.     

"Setelah tahu Alena ada di Indonesia dan karena Aku harus menginap di Rumah Sakit akibat luka-lukaku, Aku jadi terus mempelajari kehidupan Alena selama di Surabaya. sampai Ia tersandung Masalah seperti ini."     

"Apa Nizam tahu Kau membantu Alena?"     

" Tidak..Aku tidak akan pernah muncul dihadapan Nizam. Aku hanya ingin membantu Alena diam-diam. Aku tidak akan melakukan sesuatu hal yang akan membuat Alena menderita. Aku cukup puas melihat Ia hidup bahagia dengan siapa pun. Biarlah Aku akan jadi pelindung bayangannya"     

Air mata Cynthia tanpa sadar meluncur membasahi pipinya. Ia bukanlah tipe wanita sentimentil yang mudah berurai air mata. Tapi mendengar kata-kata Edward, Cynthia langsung merasa bahwa betapa sucinya cinta Edward.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.