CINTA SEORANG PANGERAN

Saling Berkorban



Saling Berkorban

0Alena tergolek tidak sadarkan diri. Matanya terpejam rapat. Mukanya pucat pasi. Nizam yang sedari tadi menunggunya dengan gelisah, berusaha menyadarkan Alena dengan menepuk-nepuk pipinya.     
0

"Alena..sayang bangunlah, ini Aku. Jangan membuatku takut." Nizam mengelus pipi Alena. Wajahnya sedikit tegang. Wajah tampan itu terlihat sangat khawatir.     

"Dia shock karena mengira Kau terkena tembakan" Kata Cynthia sambil menggosok-gosok telapak kaki Alena yang dingin.     

"Thalal!! Apa Dokter Desy sudah datang?" Nizam berteriak seakan tidak sabar menunggu kedatangan Dokter Desy.     

"Belum..Katanya masih di jalan. Sedikit macet" Jawab Pangeran Thalal. Ia juga sama gelisahnya. Ia malah gelisah takut Nizam bertanya tentang Edward. Apalagi dari tadi Nizam belum bertanya sepatah katapun tentang Edward. Nizam sibuk mengurus Alena yang pingsan.     

"Ya Tuhan, Alena mengapa Kau selalu menakuti diriku. Mengapa Kau begitu baik hati. Nyawa sendiripun hendak kau berikan untuk menyelamatkan nyawa bayi si bajingan itu. Padahal dalam perutmu ada bayi kita." Nizam mengguman sambil mencium tangan Alena.     

Cynthia terdiam sambil berkaca-kaca. "Ia selalu begitu. Ia adalah malaikat cantik. Ia benar-benar begitu baik hati. Nyawa sendiripun Ia pertaruhkan untuk menyelamatkan orang lain. Nizam bagaimana Kelak Ia berada di Harem. Bagaimana nanti Ia melawan istrimu yang lain. Apakah di Harem Ia akan mati konyol?"     

Nizam mengernyitkan keningnya. Ia melirik Cynthia dengan pandangan tajam.     

"Mengapa Kau mengatakan itu? Kau tahu Aku akan melindunginya dengan kedua tanganku sendiri"     

"Oh..ya? Kita lihat nanti apa yang bisa Kau lakukan? Alena dan dirimu bagaikan Angel and Demon. Kau cuma bisa marah-marah dan menggunakan kekuasaanmu" Cynthia mencibirkan bibirnya. Ia sedikit menyangsikan kemampuan Nizam dalam melindungi Alena. Kalau mempelajari dari kejadian hari ini sangat terlihat kalau Edward lebih siap melindungi Alena dari hal apapun.     

Pangeran Thalal melirik Istrinya, "Cynthia!!!"     

Ia memberikan isyarat agar Cynthia diam.     

Chyntia malah tambah kesal,     

"Apa?? Kau hendak membela kakakmu lagi?" Cynthia berkata sambil mendelik tajam.     

"Kakak Nizam sudah mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk melindungi Kakak Putri Alena. Apa itu tidak cukup?" Kata Pangeran Thalal.     

Cynthia terdiam. "Aku tahu...memang benar apa kata mu yang Mulia." Cynthia sedikit menyesal mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati Nizam. Cynthia lantas meminta maaf. "Maafkan Aku Nizam. Aku sangat ketakutan melihat kejadian tadi. Aku menyayangi Alena seperti saudara sendiri" Kata Cynthia sambil menundukkan kepalanya.     

"Aku tahu itu. Makanya Aku sangat berterimakasih Kau selalu ada disampingnya saat dibutuhkan." Kata Nizam sambil tersenyum kecut. Ia mengakui kebenaran dari perkataan Cynthia.     

"Mengapa Kakak tidak membawa Kakak Putri Alena untuk dirawat dirumah sakit?" Tanya Pangeran Thalal tiba-tiba. Pertanyaan yang Ia ajukan sedikit mencairkan kebekuan suasana.     

"Aku tidak ingin dikerubungi wartawan. Kau tahu kita tidak mungkin menutup Rumah Sakit. Berbeda dengan hotel. Kita bisa menutupnya kapanpun kita mau, Asal kompensasi nya jelas" Kata Nizam. Lalu mereka terdiam kembali dalam hening. Pikiran Nizam melayang-layang ke kejadian tadi.     

Tiba-tiba posisi tubuh Nizam yang asalnya sedikit condong ke tubuh Alena menjadi duduk tegak. Ia seperti teringat sesuatu.     

" Waktu itu, ketika kalian telat datang dari Azura. Apakah kalian menemui Edward??" Mata Nizam menatap tajam kearah adiknya dan Cynthia bergantian.     

Wajah keduanya langsung pucat pasi. "Mmm..Kakak, kita bisa menjelaskan tentang ini." Kata Pangeran Thalal sambil gemetar. Nyawanya terasa melayang dari raganya. Apa yang Ia takutkan dari tadi ternyata terjadi.     

Cynthia mendelik kesal. Apa-apaan suaminya ini. Begitu langsung berterus terang kejadian yang sebenarnya. Benar-benar payah sekali. Apa tidak bisa Ia bersiasat sedikit.     

"Beraninya Kalian bertemu Edward tanpa sepengetahuan ku? Aku kan sudah bilang kalau sidang itu cuma formalitas belaka" Nizam langsung morang-maring.     

"Kalian melakukan sesuatu yang sangat penting tanpa sepengetahuanku. Aku tidak percaya Kau bersekongkol dibelakang ku." Nizam tampak geram.     

"Tapi Kakak, Bukankah Kalau Edward tidak membantu, Kakak Alena pasti kalah dalam persidangan. Nama baik Kakak Putri sedang kita pertaruhkan." Pangeran Thalal mencoba membela diri     

"Kalian benar-benar telah berani bersekongkol dibelakangku.." Nizam mengepalkan tangannya.     

Pangeran Thalal terlihat memegang lehernya. Ia mengingat bagaimana kaki Sisca ditembak tanpa belas kasihan. Kakaknya benar-benar bagaikan monster. Benar apa kata Cynthia. Nizam adalah demon atau the beast.     

Nizam lalu berdiri Ia menghampiri Pangeran Thalal. Cynthia ikut berdiri melihat Nizam berdiri Ia lalu berlari ke arah Suaminya menghalanginya dengan membentangkan kedua tangannya sambil menghardik.     

"Kalau Kau berani menyentuhnya akan Ku hajar Kau tanpa belas kasihan" Kata Cynthia dengan galak. Tubuhnya tegak dengan mata menyalang. Pangeran Thalal malah menarik tubuh Cynthia agar ada dibelakangnya.     

"Jangan memukul Cynthia Kakak, Dia perempuan. Pukul Aku Saja!!"     

Cynthia malah mendorong tubuh Pangeran Thalal. "Tidak!! Aku tidak mengijinkan nya, Jangan sentuh suamiku!!"     

Pangeran Thalal dan Cynthia malah jadi saling tarik dan dorong di depan Nizam. Membuat Nizam jadi melongo. Lalu tanpa bisa dicegah Nizam tertawa bengis dengan mata semakin buas.     

"Kalian berdua mau pamer pengorbanan kah, di depan ku. Luar Biasa" Kata Nizam sambil bertepuk tangan. Cynthia dan Pangeran Thalal jadi terkesima melihat Nizam bertepuk tangan.     

"Apa Kakakmu menjadi gila karena Alena tidak sadar-sadar juga??" Kata Cynthia. Pangeran Thalal yang sama terkejutnya dengan Cynthia hanya berdiri dengan mulut ternganga lebar.     

"Aku tidak gila. Aku hanya ingin menghajar kalian berdua"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.