CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Bersabar



Aku Akan Bersabar

0Lila menatap wajah Edward dengan lembut. "Aku mulai mencintaimu ketika Kau tertidur bersandar di bahuku. Aku mulai memujamu ketika Kau bersyair sangat indah untuk gadis yang kau cintai. Aku mulai menaruh simpati kepadamu begitu melihat pengorbanan yang begitu besar untuk dia. Aku percaya Kau orang yang sangat baik. Seseorang yang memiliki cinta yang begitu besar pada seorang gadis dan memberikan banyak pengorbanan tanpa pamrih adalah pria yang bisa dijadikan pegangan hidup.     
0

Pria yang baik tidak akan pernah menyakiti seorang wanita ketika wanita itu berbuat salah. Pria yang baik akan tetap menaruh hormat pada Istrinya walaupun Ia tidak mencintai istrinya.     

Aku bersedia menikahi dengan mu walaupun Kau tidak mencintaiku. Filosofi Jawa menyebutkan. "Witing tresno jalaran soko kulino." Yang artinya mencintai itu karena terbiasa. Mudah-mudahan suatu hari nanti Kau akan mencintaiku karena terbiasa olehku"     

Lagi-lagi mata Edward terbelalak. Dulu ia mengira bahwa Cynthia adalah gadis yang terpintar yang pernah Ia temui tetapi sekarang Lila terlihat lebih pintar dibandingkan dengan Cynthia. Ia pandai membaca situasi hati orang walaupun memang kalau dibandingkan Nizam kecerdasan Lila masih kalah jauh.     

Edward meraih tangan Lila. Ia menggenggamnya. "Aku berjanji akan belajar untuk mencintaimu dan berusaha akan melupakan Alena"     

"Ya Aku sangat berharap suatu hari nanti, Aku menempati salah satu sudut diruang hatimu. Walaupun itu hanya sudut terkecil'     

"Sungguh Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku akan selalu mengingat kata-kata terakhirmu ini. Kau diam-diam sudah mulai mencuri perhatianku. Besok kita akan pergi menemui orangtuaku. Sekarang istirahat lah. Karena tentunya Kau sangat kelelahan. tidurlah Lila" Kata Edward sambil mencoba bangkit dari tempat tidur.     

"Kamu mau kemana?" Tanya Lila     

"Aku akan tidur dikamar sebelah"     

"Ooh..ya baiklah" Kata Lila sambil tidak mau berbasa-basi Ia langsung menyetujuinya.     

***     

Pagi itu ketika Edward dan Lila bersiap-siap untuk pergi ke tempat orang tua Edward. Sebelum pergi Lila menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk Edward. Lila membuat roti sandwich dan segelas susu untuk Edward. Lila baru menyimpan sandwich itu dipiring Edward. Tiba-tiba handphone Edward berbunyi. Edward mengerutkan keningnya, lalu memandang Ke wajah Lila dengan wajah yang berkerut-kerut.     

"Siapa?" Bisik Lila sambil menuangkan air ke dalam gelas Edward. Edward mencekal tangan Lila dan menyuruhnya diam dan duduk.     

"Ya Hallo, Ada apa Kau menghubungi Aku? Apa Kau belum puas menghajarku kemarin?Kata Edward.     

Mata Lila terbelalak mendengar kalimat Edward. Itu pasti telepon dari Nizam. Hati Lila mulai sedikit dingin ketika melihat wajah Edward dari marah dan kesal berubah jadi khawatir Apalagi kemudian Lila mendengar Edward berkata, " Apa Kau bilang? Apa?? Alena dari semalam mengunci diri di kamar?? dan Ia belum makan apapun sejak kemarin?? Bagaimana bisa, bukankah dia sedang mengandung anakmu? Kau?? Mengapa diam saja?? Dasar bodoh.." Suara Edward terdengar sangat kesal campur khawatir.     

Edward lalu mendorong piring yang berisi Roti yang sudah disiapkan Lila dipiringnya, Lalu berdiri. Lila menatapnya dengan tatapan penuh luka. matanya berkaca-kaca. Tetapi Edward tampaknya tidak memperhatikan itu. Pikirannya dipenuhi oleh Alena yang mengunci diri dari kemarin.     

Nizam tidak akan pernah meneleponnya kalau bukan karena sangat terpaksa. Otak Nizam akan kehilangan daya nalarnya kalau sudah berkaitan dengan Alena. Agaknya jangankan untuk menelponnya, mencium ujung kakinya pun pasti akan Nizam lakukan untuk menyelamatkan Alena.     

Dari Balkon apartemen Lila menatap mobil Edward yang berlalu menderu melesat meninggalkan apartemen. Bahkan Edward sedikitpun tidak berpamitan kepadanya.     

Begitu Mobil Edward menghilang dari pandangan. Tubuh Lila melorot ke atas lantai. Lalu dengan cepat dan tidak bisa ditahan air matanya menetes satu per satu lalu berubah menjadi semakin deras bagaikan air hujan yang dicurahkan dari langit.     

Langit begitu gelap di hati Lila. Hati Lila serasa kelam bagaikan malam yang gelap. Isak tangis Lila yang berusaha Ia tahan akhirnya terluap seiring dengan semakin derasnya air mata. Lila menangis tersedu-sedu. Hatinya sangat perih. Bukankah pagi ini mereka akan meminta izin kepada orangtua Edward untuk menikah. Mengapa Edward membatalkannya hanya karena mendapatkan telepon dari Nizam.     

Lila menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Suara tangisnya terdengar begitu memilukan. Ini adalah cinta pertama Lila. Mengapa rasanya begitu menyakitkan. Bukankah Edward berjanji akan melupakan Alena. Tapi hanya dalam waktu hitungan jam. Janji itu sudah diingkari oleh Edward. Bahkan di depan matanya.     

Cinta bisa membunuh seseorang tanpa melukai fisik orang itu. Lila memang tidak berharap banyak untuk memperoleh Edward tetapi perlakuan Edward kali ini sangat menyakitkan. Lila terus menangis.     

"Mengapa cinta begitu kejam terhadapku..."     

Lila lalu berjalan masuk kedalam kamar. Ia lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang..Dan melanjutkan tangisann     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.