CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah Bulan Madu untuk Edward



Hadiah Bulan Madu untuk Edward

0Karena memang sangat haus dan Alena takut bayinya kenapa-kenapa maka Alena minum teh manis. Nizam tersenyum manis. " Ambilkan puding susu..!!" Kata Nizam pada Arani lagi. Arani segera mengambilnya. Puding susu, gula putih, madu dengan telur dan taburan kismis itu baru selesai dipanggang pelayan. Edward memperhatikan Nizam yang menyuapi Alena. Walaupun rasa cemburunya menyelimuti hatinya tapi Ia sedikit terhibur melihat Alena mau makan.     
0

Setelah menghabiskan semangkuk kecil puding. Nizam berkata lagi. " Ambilkan Sepiring Baraka!!" Arani kembali mengambil sepiring Baraka. Baraka adalah makanan khas Azura berupa campuran daging cincang dan kentang tumbuk dicampur susu dan taburan keju parut serta rempah-rempah Arab itu terlihat sangat enak.     

Karena memang Alena sangat lapar seharian belum makan, maka Ia pun menghabiskan sepiring Baraka. Ketika Nizam mau berkata lagi. Cynthia langsung melotot. " Kau mau membuat perut istrimu meledak??" Katanya dengan sebal. Alena menganggukan kepalanya. "Iya benar..Aku sudah kenyang."     

Nizam menarik nafas lega. "Ambilkan saja anggur, biar Alena makan Anggur agar tidak mual" Tidak lama semangkuk Anggur sudah berada ditangan Nizam.     

"Edward, duduklah.. Apakah Kau memukuli Nizam Karena membalas perlakuan Nizam yang kemarin??" Tanya Alena.     

Edward terdiam Ia melirik ke arah Nizam yang memandangnya penuh dengan pandangan intimidasi.     

"Ya.. begitulah. Aku tadinya ke sini mau meminta Kalian menjadi saksi pernikahan Aku dan Lila." Edward menjadikan kenyataan dan kebohongan jadi satu.     

Nizam, Cynthia dan Alena menatap wajah Edward dengan tatapan mata tidak percaya bahkan tangan Nizam yang sedang memegang buah anggur sampai tergantung di udara.     

Edward menelan ludahnya mencoba membuat tampilan wajah senormal mungkin dihadapan Alena. "Iya Alena, Aku hari ini mau ke rumah orang tuaku untuk meminta izin kepada mereka. Inginnya besok Aku sudah menikah. Makanya hari ini jug Aku datang untuk meminta kalian besok menjadi saksi pernikahan Kami."     

Alena langsung berbinar-binar. "Benarkah itu Edward. Ya Tuhan betapa Aku sangat bahagia dengan berita ini. Kau juga kan Nizam??"     

Nizam tersentak kaget dan berkata. " Ya...ya.. benar-benar..Aku sangat senang. Demi Alloh SWT. Aku Sangat Senang..Kau mau hadiah pernikahan apa dariku? Katakanlah..asal jangan minta Alena akan Aku berikan..."     

Alena mencubit pinggang Nizam. "Kenapa Kamu bicara seperti itu? Masa Edward mau minta hadiah diriku..."     

"Tentu saja harus seperti itu. Bukankah kadang-kadang Edward suka kumat gilanya. Sekarang otaknya sedang beres. Besok atau lusa kita tidak tahu apa yang akan terjadi"     

"Kau!!!" Edward mendesis kesal.     

"Apakah Kau kadang suka gila juga Edward?" Tanya Alena sambil tersenyum lucu.     

"Yaah.. tidak jauh dengan suamimu. Karena Aku sering bertemu dengan Nizam maka sedikit nya otakku ketularan bodoh olehnya"     

Kali ini Nizam yang cemberut. Alena malah tertawa kecil. Ia senang melihat Edward dan Nizam tampak akur.     

Cynthia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Luar biasa. Dua orang laki-laki yang begitu tampan, cerdas dan kaya berubah jadi dua orang bodoh dihadapan seorang wanita yang bahkan otaknya tidak ada setengah dari mereka. Cynthia jadi berpikir sebenarnya yang otaknya di bawah standar itu Alena atau dua pria pemujanya itu.     

"Nizam..Kau berikan saja hadiah berbulan madu di Azura untuk Edward dan Lila" Kata Alena tiba-tiba     

"APAA?????" Nizam, Edward dan Cynthia berteriak histeris.     

"Tidak, sayangku jangan..Kasihan nanti Edward bisa mati berdiri di Azura" Kata Nizam langsung menolak.     

"Benar Alena.. Suamimu sangat benar. Aku tidak bisa berbulan madu di Azura. Kami mau ke Italia atau ke Prancis atau kemana saja asal jangan ke Azura" Wajah Edward pucat pasi. Ia tidak akan tahan terus menerus melihat Nizam dan Alena berduaan. Ia akan sangat cemburu. Sekarang saja melihat Nizam mengusap, menyuapi, memeluk Alena sudah membuat darahnya mendidih terus menerus. Apalagi nanti di Azura.     

"Alena...mereka akan menikah besok. Sedangkan kita akan berada di Amerika selama hampir 4 bulan ke depan. Kita tidak ada kesempatan untuk pulang Ke Azura dulu. Biarkan mereka berbulan madu ke tempat yang lain." Cynthia langsung membujuk Alena.     

"Iya Kau benar Cynthia. Aku lupa kalau harus menyelesaikan kuliahku dulu." Alena langsung menurut pada Cynthia.     

Edward dan Nizam menghembuskan nafas lega. Mereka melirik ke arah Cynthia dengan pandangan terima kasih.     

"Sayang sekali Ya Edward. Padahal Azura sangat Indah. Aku tahu Kau belum pernah ke Azura. Bukankah waktu Aku dan Nizam menikah Kau tidak datang" Kata Alena sambil menatap wajah Edward dengan matanya yang cemerlang.     

Mata Edward sampai berkaca-kaca melihat betapa indahnya mata Alena. Ia benar-benar tidak bisa mengingkari hatinya sendiri betapa Ia sangat mencintai Alena.     

Edward memalingkan wajahnya. "Iya..Mmmm Aku memang belum pernah ke Azura.." Suara Edward tersendat-sendat. Hatinya jadi merintih bagaimana bisa Ia menjadi terus menerus membohongi Alena seperti Nizam.     

Nizam sudah membaca situasi hati Edward. Ia melihat betapa Edward sangat menderita oleh rasa cintanya. Nizam jadi iba juga karena Ia sendiri kalau ada di posisi Edward pasti sama tersiksanya.     

Maka Nizam segera memeluk Edward di bahunya.     

"Sudahlah Edward, mari Aku antar Kau pulang. Kau jangan khawatir Kita besok akan datang untuk menghadiri pernikahan mu. Di Gereja mana kalian Akan menikah?" Kata Nizam     

"Aku belum tahu. Nanti Aku hubungi lagi. Alena Aku pulang dulu. Kau jaga dirimu baik-baik. Jangan melakukan tindakan yang membuat kami jadi cemas" Kata Edward sambil melangkah pergi diantar Nizam.     

"Terimakasih sudah datang" Kata Nizam.     

"Aku datang bukan untuk mu"     

"Aku tahu.. maafkan Aku sudah sering menghajarmu. Tapi hari ini kau memukuliku jadi aku anggap impas"     

"Hmmm...Kau jagalah Alena baik-baik. Dia sedang mengandung anakmu. Kau pasti tau fisik Alena tidak terlalu kuat"     

"Kau jangan khawatir Aku pasti menjaganya. Ngomong-ngomong apa Kau serius dengan Lila?"     

"Mau bagaimana lagi. Akukan tidak bisa terus menerus mencintai istrimu"     

"Pemikiran yang sangat bagus.."     

"Tapi Kau harus tetap ingat Nizam. Sampai mati Aku tidak akan pernah berhenti mengawasimu. Sekali Kau menyakiti Alena Aku akan menghajar mu sampai mati"     

Nizam terbelalak tapi kemudian Ia tertawa. "Aku benar-benar salut dengan rasa cintamu"     

Edward hanya tersenyum tipis Ia lalu melangkah keluar di iringi tatapan kasihan dari Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.