CINTA SEORANG PANGERAN

Izinkanlah Kami Menikah (1)



Izinkanlah Kami Menikah (1)

0Dengan langkah gontai Edward melangkah masuk ke apartemennya. Dia memanggil Lila tetapi tidak ada suara yang terdengar. Edward menjadi sedikit panik. Ia segera masuk kedalam kamar. Melihat ada sosok tubuh yang meringkuk di atas ranjang. Ia menarik nafas lega. "Lila!! Kau tidur lagi?? Mengapa?? Ayo kita pergi ke rumah orangtuaku" Kata Edward sambil duduk di sisi ranjang. Tangannya memegang bahu Lila.     
0

Lila tidak menjawab malah membenamkan wajahnya ke atas bantal. Airmatanya masih menetes. Ia berusaha menahan Isak tangisnya tapi semakin ditahan malah semakin deras airmatanya mengalir. Edward akhirnya tidak tahan berlama-lama mendengar Isak tangisnya. Sehingga kemudian Edward membalikkan badan Lila. Edward terkejut melihat wajah Lila penuh dengan air mata.     

"Ke..kenapa. Kau menangis??" Edward bertanya sambil menghapus air mata Lila. Lila menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, hanya tiba-tiba saja teringat ibuku"     

Edward menatap tajam ke arah mata Lila. "Kemarin kau masih baik-baik saja. Jangan bilang kalau Kau menangis karena Aku menemui Alena." Edward memegang kedua bahu Lila. Menatap tajam penuh selidik.     

Lila terdiam tetapi Edward lantas meng-analisa apa yang terjadi. Setelah memahaminya maka Iapun bicara     

"Lila kalau Kau mau membatalkan pernikahan kita Aku mengerti. Aku menyadari bahwa Aku telah menyakitimu bahkan bukan hanya hari ini, mungkin untuk hari-hari ke depannya. Aku tidak mau jadi pria pendusta yang mengatakan Aku mencintaimu tetapi sesungguhnya hatiku terpaut kepada wanita lain.     

Kalau kau memintaku untuk mencintaimu sekarang. Terus terang aku belum sanggup. Kalau Kau juga meminta ku untuk melupakan Alena sekarang. Aku juga tidak sanggup. Dihati ku saat ini hanya ada Alena.     

Aku serahkan semua kepadamu. Kalau Kau mau menerima segala konsekwensinya mari Kita pergi menghadap orang tuaku. Tetapi kalau Kau tidak tahan dengan semua sikap dan tingkah ku maka Aku tidak akan menahan mu"     

Ya Tuhan..mengapa Edward berbicara seakan tidak punya hati. Apakah Ia tidak tahu kalau sebagian wanita ada yang suka dibohongi. Dan untuk saat ini Lila termasuk yang suka dibohongi. Ia bukanlah Alena yang tidak peka sehingga sangat mudah dibohongi. Tetapi daripada Lila mendengar kata-kata yang begitu menyakitkan ini, rasanya Ia dengan amat sangat ingin dibohongi saja.     

Airmata Lila tambah deras mengalir. Ia malah membalikkan badannya memunggungi Edward dan kembali terisak-isak. Edward hanya duduk sambil menatap Lila. Hatinya sangat sedih tapi Ia juga tidak berdaya. Karena pegal Edward akhirnya membaringkan tubuhnya sisi Lila dan memejamkan mata.     

Ketika dua jam kemudian Edward terbangun karena mendengar suara Lila yang menyuruhnya bangun. "Bangunlah Edward Bangun. Ada orang yang datang mengetuk pintu." Wajah Lila yang terlihat masih sembab itu sangat cemas. Edward sangat kaget. Ia langsung terbangun dan segera menajamkan pendengarannya. Ia mendengar pintu diketuk dan Edward langsung tahu siapa yang datang. ruangan apartemennya hanya bisa diakses melalui kode rahasia dan yang tahu hanya dirinya dan Ayahnya.     

Edward segera beranjak bangun dan membuka pintu. Begitu dibuka, Seorang pria setengah baya berwajah kharismatik dan bermata sama hijaunya dengan mata Edward langsung masuk diikuti oleh beberapa pria yang sudah pasti itu adalah para pengawal dan ajudannya.     

"Ayah..." Edward berkata sambil menatap Ayahnya dengan cemas.     

"Berbulan-bulan tidak pulang ke rumah. Kau berhasil membuat huru hara disana sini. Apa Kau tahu. Sebagian saham kita merosot turun karena sentimen pasar yang ditimbulkan oleh skandal mu itu. Mencintai istri Pangeran Azura. Luar biasa..." Ayahnya Edward bertepuk tangan. Edward terdiam sambil tetap terdiri.     

"Kau duduklah, Lihat berita online sekarang. Dikatakan Kau sudah menikah dengan seorang gadis dari Indonesia. Setelah nyawamu hampir terbunuh di Indonesia. Sekarang Kau hendak menciptakan skandal baru. Luar biasa sekali. Mengapa Kau selalu menciptakan masalah pada dirimu sendiri? Sebenarnya apa yang sedang Kau cari?"     

Ayahnya Edward nyerocos tiada henti, membuat Edward terdiam.     

"Dulu Aku sangat senang ketika Kau berhubungan dengan Elsa. Tetapi kemudian ketika Elsa menikah dengan George, Aku baru tahu kau tidak mencintainya. Lantas ketika Elsa bilang Kau mencintai Alena Aku mulai sedikit kesal. Dan ketika Alenamu itu menikah dengan Pangeran Azura Aku kembali senang.     

Ketika kemudian berita Kau dipukuli oleh Pangeran itu di Bali tersebar Aku mulai berpikir Kau sudah kehilangan akal sehat mu. Bagaimana bisa anak seorang Senator mencintai istri orang lain?? Apa Kau sudah kehilangan para gadis yang begitu banyak. Bagaimana mungkin tidak ada satupun wanita yang jatuh hati padamu. Apa yang diidamkan oleh seorang wanita pada seorang pria ada dirimu"     

"Tetapi Alena tidak mencintai ku Ayah... Aku kehilangan cintaku..." Edward malah menutupi wajahnya dan mulai menangis bagaikan seorang gadis. Kata-kata Ayahnya serasa menambah luka dihatinya. Ia menjadi sangat rapuh. Melihat anaknya menangis, Ayahnya Edward menjadi speechless.     

Ia tidak pernah mengira kalau Edward begitu melankolis. Walau bagaimanapun Edward adalah buah hatinya. Sekesal apapun pada anaknya. Melihat anaknya itu menangis bagaikan anak gadis. Hatinya menjadi sangat terenyuh. Bahkan para pengawal ayahnya yang berbadan besar itu seakan ikut hanyut dalam tangisan Edward.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.