CINTA SEORANG PANGERAN

Pernikahan Akbar (3)



Pernikahan Akbar (3)

0Ketika Alena masuk ke dalam kamar. Ia melihat Nizam sedang membaca buku materi kuliah. Alena tersenyum manis pada Nizam. "Aku sangat berterimakasih kepada mu Nizam, karena Kamu berhasil mendatangkan Issabela ke sini."     
0

Nizam mengangkat wajahnya, " Aku senang kalau kau bahagia" Ia mengulurkan tangannya memegang tangan Alena. Melihat wajah Alena yang berseri-seri. Hasratnya kembali bangkit.     

"Aku ingin terlihat cantik di hari pernikahan Edward dan Lila"     

"Alena.. Sesungguhnya Aku tidak perduli Kau mau memakai pakaian rancangan siapapun karena bagiku Kau terlihat lebih cantik kalau tidak memakai pakaian" Kata Nizam sambil tersenyum lucu.     

Alena mengerutkan keningnya. "Mengapa Kau merayu seperti itu, dasar tidak tahu malu"     

"Kenapa Aku harus malu. Pernyataan itu benar. Lagipula Aku sangat menginginkan mu. Sepanjang Aku belum mendapatkan apa yang Aku inginkan, Aku tidak akan menyerah. Aku akan terus merayumu" Mata Nizam menatap Alena penuh harap. Perasaannya sudah tidak karuan.     

"Tapi tubuhku sekarang gendut. Aku malu"     

"Memangnya mengapa kalau Kau gendut? Dimataku Kau selalu terlihat cantik." Nizam merayu sambil menggeser duduknya mendekati Alena. Lalu mulai memeluknya.     

"Coba lihat, Perutku yang rata sekarang jadi gendut seperti ini" Alena memegangkan tangan Nizam ke perutnya.     

"Aku tidak keberatan Alena, Kau kan mengandung anakku. Jadi tidak mungkin Aku tidak menyukai perubahan bentuk tubuh mu. Kamu malah terlihat semakin seksi. Mari sini" Nizam menarik tangan Alena ke pelukannya.     

Bibirnya sudah mulai mengecup pipi Alena yang merona.     

"Nizam.. bagaimana caranya?? Coba lihat Perutku. Kau tidak akan bisa memasukannya." Mendengar Alena berkata begitu wajah Nizam malah semakin terasa terbakar. Ia semakin merasa horny. Tetapi Alena masih terlihat menolak tubuh Nizam.     

"Kau jangan berpikiran bagaimana caranya. Cukup diam saja." Kata Nizam sambil menelusuri leher Alena dengan bibirnya. Tangannya sudah mulai liar tak terkendali. Tapi baru saja Jemarinya menyelusup, telepon seluler yang ada disampingnya berdering. Nizam mengeram kesal. Apalagi kemudian Ia melihat Alena yang sudah hampir menyerah malah meronta kembali.     

"Itu teleponmu berdering. Angkat dulu"     

"Jangan pedulikan itu bukan dari siapa-siapa" Nizam mencoba membaringkan tubuh Alena. Nafsunya sudah di ubun-ubun. Tapi Alena malah mendorong tubuh Nizam.     

"Mana mungkin bukan dari siapa-siapa. Nomor handphone mu tidak banyak yang tahu. Itu pasti dari seseorang yang sangat penting" Kata Alena sambil mengambil handphonenya.     

"Masya Alloh, Alena..Kau benar-benar membuat Aku gila" Nizam menjadi gusar. Ia mengunci pinggang Alena dengan kedua tangannya. Tapi Alena malah melihat layar Handphone Nizam.     

"Ini dari Ibunda Ratu.." Kata Alena.     

Nizam mengambil handphonenya tapi bukan mengangkatnya Ia malah melemparkan handphonenya ke lantai. Lemparannya sangat keras karena dering handphonenya langsung tidak terdengar lagi. Alena memekik terkejut melihat Nizam melemparkan handphonenya. Dan Ia lalu tidak bisa berkutik lagi ketika tangan Nizam kemudian melucuti pakaiannya.     

***     

Beberapa saat kemudian setelah membuat Alena berteriak berkali-kali karena menggapai puncaknya, Nizam menutup kegiatan indah di sore itu dengan sangat manis. Tubuhnya kemudian terkulai disamping Alena. Dan setelah meredakan nafasnya yang masih memburu. Nizam lalu mengecup pipi Alena yang mulai tertidur pulas. "Terimakasih Cantik.." Bisik Nizam walaupun Nizam tahu kalau Alena sudah terbang ke alam mimpi.     

Nizam lalu bangkit dan berpakaian. Kemudian Ia mengambil handphonenya. Ia mengangkat bahunya ketika melihat layarnya sudah blank tidak ada setitik cahaya pun. Nizam menyeringai sebelum memasukan handphonenya ke tempat sampah.     

Betul apa kata Alena tadi bahwa tidak banyak orang yang tahu nomor handphonenya. Dan Ia tahu kalau Ibunya baru saja menelponnya. Dan itu pasti tentang hal yang sangat penting. Karena Ia tidak membalasnya sebentar lagi pasti Ibunya menelpon Arani. Dan sesuai dugaan Arani tidak akan berani mengetuk pintu kamarnya.     

Setelah Nizam mandi besar, baru Ia keluar dari kamarnya. Suasana terlihat sepi. Pangeran Thalal dan Cynthia pasti sudah kembali ke apartemennya. Benar saja begitu Nizam membuka pintu Arani yang sedari tadi menunggunya langsung berkata, "Yang Mulia Ratu Sabrina menelpon"     

"Aku tahu. sambungkan Aku dengan Ratu Sabrina. Handphone ku rusak"     

Arani tampak kebingungan. Bagaimana bisa handphone yang harganya fantastik dan dipesan secara khusus bisa rusak tiba-tiba. Tapi Ia tidak berani membantah. Arani kemudian menyambungkan teleponnya ke telepon Ratu Sabrina.     

:telephone_receiver: Assalamualaikum Yang Mulia Ratu. Ini Yang Mulia Pangeran Nizam hendak berkata"     

Setelah mendapatkan ijinnya maka handphonenya lantas diberikan kepada Nizam.     

Sebelum Berbicara di telepon, Nizam berkata pada Arani. "Suruh Pelayan buatkan makanan berat untukku. Aku lapar"     

Arani menganggukan kepalanya penuh hormat dan langsung meninggalkan Nizam di ruang tengah.     

:telephone_receiver: Assalamualaikum Ibunda Ratu     

:telephone_receiver: Waalaikumsalam salam. Apa kabarmu? Dan bagaimana kabar menantuku? Apa dia baik-baik saja.     

:telephone_receiver: Alhamdulillah baik. Ada apa Ibunda menelponku?     

:telephone_receiver: Kau tahu Aku menelponku tetapi tidak menjawab. Kemudian Kau menelponku menggunakan handphone Arani. Kemana handphone mu? Apakah Kau lempar lagi? Apa Kau kesal karena Ibunda menelponmu?"     

Nizam tertawa kecil. Ibunya sangat cerdas dan pandai menganalisa. "Tidak seperti itu juga, Bunda. Ceritanya jangan didramatisir. Jadi bagaimana Ibunda? ada apakah gerangan. Ananda tahu Ibunda Ratu tidak akan mungkin menelpon kalau tidak ada urusan penting"     

"Baiklah tidak usah berbelit-belit lagi. Kau suruh adikmu Pangeran Thalal untuk segera pulang ke Azura."     

"Tapi mengapa? Bukankah Ia sedang menemani Cynthia"     

"Apa Kau lupa. Pangeran Thalal berjanji akan menikah dengan Putri Lili dan Putri Andora setelah membantu kasus Alena di Surabaya. Tapi mengapa sampai sekarang Ia masih belum pulang?"     

Wajah Nizam langsung berubah mendengar kata-kata Ibunya. Ia hampir lupa kalau urusan Pangeran Thalal dengan para putri yang dijodohkannya belum selesai. Kepala Nizam mendadak pusing kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.