CINTA SEORANG PANGERAN

Apakah ini bisa disebut adil?



Apakah ini bisa disebut adil?

0Alena menatap wajah Nizam dengan penuh pertanyaan, Nizam membalas pandangan Alena dengan lembut. Tangannya mengelus lengan Alena yang sedikit berbulu.     
0

Sebagaimana halnya Nizam, Alena sejak kecil hidup dengan kemewahan yang disediakan oleh orangtuanya walaupun dengan standar yang berbeda. Ia terbiasa mengenakan barang-barang bermerek baik itu pakaian, tas atau sepatu. Alena tidak pernah tahu darimana benda-benda itu dibeli karena semua di urus oleh ibunya dan ayahnya yang mengeluarkan uang. Alena hanya tahu memakainya saja.     

Tetapi kali ini berbeda. Dilehernya tergantung sebuah kalung berlian seharga tiga triliun dan Ia sedang makan di sebuah restoran yang kemungkinan total pembayaran dari mulai pelayanan, sewa tempat dan menu makanan itu sendiri bisa mencapai ratusan juta rupiah. Alena merasa ada suatu ketidak adilan. Sifat Alena yang memang sensitif dan baik hati menjadi terusik.     

"Nizam, dileherku ada kalung seharga tiga triliun dan Kita sedang makan makanan yang harganya ratusan juta. Entah kenapa Aku merasa sedang berbuat tidak adil terhadap seluruh masyarakat miskin diluaran sana" Alena berkeluh kesah dengan wajah muram. Nafsu makannya jadi menurun. Ia jadi teringat anak-anak yang menjadi korban kelaparan yang mungkin banyak terdapat di negara manapun.     

Nizam mengerjapkan matanya yang indah dan tajam. Ia mengusap bibir Alena dengan ujung jempolnya. Ia bahkan menundukan wajahnya. Mukanya yang begitu tampan itu Ia dekatkan ke wajah Alena. Membuat wajah Alena langsung memerah. Nizam mengecup bibir yang mungil itu dengan lembut sebelum berbisik ditelinga istrinya.     

"Kita ini manusia biasa yang tidak akan pernah bisa berbuat adil dengan sempurna. Karena Yang Maha Adil itu adalah Alloh SWT, Pemilik segala kesempurnaan makhluk-Nya. Kita hanya mampu untuk berusaha berbuat adil secara proposional menurut ukuran manusia.     

Aku tidak pernah meminta dilahirkan untuk menjadi seorang Putra Mahkota Kerajaan Azura. Takdir yang menentukan Aku seperti ini. Posisiku yang memang tidak biasa, membuat langkah ku tidak terlalu leluasa. Setiap Aku melangkah Aku harus memastikan diriku aman sebelum akhirnya berserah kepada Yang Kuasa.     

Aku makan ditempat ini bukan untuk bermewah-mewah tetapi semata-mata untuk menjaga keamanan dan keselamatan Aku, Kau dan anak yang ada dalam kandungan mu. Aku membelikan Kau kalung mahal itu juga bukan untuk menghamburkan uang. Aku hanya ingin menghargaimu setinggi-tingginya. Tidak ada satupun di dunia yang sepadan denganmu. Kalung itu menunjukkan bahwa Kau lebih berharga dari ribuan kalung yang serupa.     

Aku sudah berupaya mengusir kemiskinan pada rakyatku. Tetapi Aku juga memiliki keterbatasan untuk bisa mengubah dunia sendiri. Alena Aku menjadi donatur di berbagai organisasi dunia yang sifatnya sosial. Aku juga menyumbangkan dana bantuan ke berbagai sekolah, Perguruan tinggi sebagai beasiswa untuk siswa berprestasi. Aku juga memiliki beberapa rumah sakit yang pelayanannya menitik beratkan pada masyarakat miskin.     

Honey...Aku hanya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk itu. Dan Aku harap yang Kau anggap kemewahan itu bukanlah suatu pen-dzolim-an terhadap masyarakat miskin"     

Mata Alena terbelalak lebar." Nizam, kenapa mulutmu semanis madu" Kata Alena takjub. Ia merasa bahwa suaminya begitu mengagumkan.     

"Kalau mulutku semanis madu, mengapa Kamu tidak mencicipinya langsung" Nizam berkata dengan genit. Alena cemberut sambil mencubit pinggang Nizam.     

"Kamu genit banget"     

"Memangnya Kamu tidak??"     

"Mmm..genit juga." Alena mengusap pipi Nizam lalu mengecupnya dengan penuh perasaan. " Kamu sangat tampan Nizam. Aku berharap anak kita akan setampan dirimu"     

"Memangnya Kamu tahu bahwa dia laki-laki? Bukankah Kita sudah sepakat untuk tidak melihat jenis kelamin anak kita sampai nanti proses kelahiran. Aku ingin jenis kelamin nya menjadi suatu kejutan terindah untuk Kita"     

"Ya...kita memang sepakat untuk hal itu. Tetapi Aku berharap dia adalah seorang Laki-laki. Agar dapat menjadi seorang Raja sebagai penerus mu kelak"     

"Aku malah berharap dia seorang wanita. Agar nanti dia menjadi seorang Ratu. Berabad-abad di Kerajaan Azura tidak pernah dipimpin oleh seorang Ratu. Wanita di kerajaanku selalu menjadi kelas yang termarjinalkan. Mereka salah menafsirkan bahwa wanita tidak bisa menjadi pemimpin. Maka jika anakku seorang wanita maka Aku pastikan Ia akan menjadi seorang Ratu. Ia akan menjadi penerusku"     

"Nizam...Kau begitu bijaksana. Semoga Alloh selalu memberkahi mu. Aku sangat mencintaimu" Alena memeluk Nizam dengan erat.     

Diam-diam adegan romantis antara Nizam dan Alena di rekam oleh Ali dan dikirimkan ke Arani atas permintaan Arani. Arani tidak bisa mendampingi Nizam karena luka di keningnya. Sehingga Ia meminta Penjaga Nizam untuk mengirimkan rekaman saat Nizam makan dengan Alena untuk memastikan keamanan Nizam.     

Arani tertegun melihat pemandangan yang terpampang dilayar laptopnya. Nizam begitu luar biasa. Sebelum menghajar adiknya Ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan begitu cermat. Ia sudah membooking restoran dimalam sebelumnya agar bisa mengamankan Alena. Untuk menghilangkan kecurigaan Alena karena diminta pergi. Nizam meminta Arani untuk mencari kalung termahal itu.     

Arani harus membujuk pemilik kalung itu sebelumnya. Arani harus membayar lebih mahal dari harga pasaran yang seharusnya. Tetapi jelas Nizam sama sekali tidak keberatan dengan berapapun harga yang ditawarkan oleh pengusaha itu. Pemilik lamanya adalah seorang pengusaha dari Australia. Ia rela melepas kalung itu karena harga pembelian yang diajukan Arani tiga puluh persen lebih mahal dari harga pasarannya. Harga itu sangat sepadan dengan kerelaan hatinya saat melepas kalung yang sangat indah itu.     

Nizam sangat cerdas , Kalung itu adalah strategi Nizam agar Alena tidak curiga karena diminta pergi ke Restoran sendirian. Terlambatnya Nizam yang sudah diprediksi oleh Nizam sendiri sehingga Ia menyuap istrinya dengan sebuah kalung. Nizam memang sudah merencanakan akan memukul Pangeran Thalal untuk memberikannya pelajaran dan itu pasti memerlukan waktu yang cukup lama.     

Jadi pukulan itu memang sudah terencana dan bukan spontan. Itulah sebabnya Nizam mengungsikan Alena ke Restoran mahal itu. Seandainya Alena tahu kalau Ia memukuli Pangeran Thalal. Suami dari sahabatnya maka Alena pasti akan histeris dan mengamuk.     

Arani menggelengkan kepalanya. Otak Nizam dengan Ratu Sabrina sangat berkorelasi. Mengerikan dan mematikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.