CINTA SEORANG PANGERAN

Argumen yang Salah



Argumen yang Salah

0Nizam menikmati secangkir kopi sambil melihat suasana Restoran yang dia pilih. Restoran ini sangat mewah. Ia sudah beberapa kali ke sini. Tapi baru kali ini mengajak Alena ke sini. Karena memang kali ini Ia membooking maka suasana menjadi sangat private. Nizam memperhatikan Alena yang sedang makan dengan lahap. Tetapi kemudian Alena menghentikan menyuap steak nya.     
0

"Ada apa?" Tanya Nizam. Tangan Nizam memegang paha Alena. "Aku ingin pipis.." Kata Alena sambil bangun. Nizam tersenyum sambil ikut berdiri.     

"Kamu mau kemana?" Alena mengerutkan keningnya.     

"Menjaga Kamu" Kata Nizam sambil senyum-senyum.     

"Tidak usah!! Aku juga bisa pergi sendiri. Tadi juga pergi sendiri." Alena melangkah hendak pergi. Tapi tangannya langsung dicekal oleh Nizam. Muka Nizam berubah jadi kelam.     

"Sayang..apa maksudmu tadi?? Kau bilang tadi pergi sendiri tanpa di antar? Apa maksudmu Kau pergi ke toilet tanpa pengawalan?" Nizam menatap tajam. Ali dan Fuad langsung berdiri dengan wajah tegang.     

"Iya memang kenapa?? Aku bukan anak kecil yang takut pergi ke toilet sendiri. Lagipula sangat sepi. Hanya saja....." Alena lalu terdiam.     

"Hanya saja APA???.." Suara Nizam terdengar menggelegar membuat Alena langsung melompat kaget. Wajahnya pucat pasi. Nizam tersadar Ia langsung memeluk tubuh Alena dan mengelus punggungnya menenangkan hati Alena yang sedang terkejut sehingga tubuhnya gemetar.     

"Me..mengapa Kau marah? Aku takut" Alena menyusupkan kepalanya ke dada Nizam. Nizam menghela nafas matanya menatap para pengawalnya dengan sangat marah. Ali dan Fuad jadi semakin tegang.     

"Aku tidak marah. Hanya terkejut. Tadi Kau bilang hanya apa?" Nizam berkata dengan lembut.     

"Tadi begitu keluar dari toilet ada pemuda tidak sengaja menabrakku hingga hampir jatuh. Untungnya dia menahan ku hingga Aku tidak jatuh. Dia lumayan tampan tapi tatapannya sangat genit."     

Nafas Nizam langsung memburu. Wajahnya hitam. "Apa...bagaimana bisa. Bukankah restoran ini Aku sewa untuk private. Siapa pemuda itu. Apa dia pelayan? pegawai atau siapa?"     

"Aku kepengen pipis Kau malahan berkata segala macam omong kosong"     

"Oh..ya..ya..Ayo sayang kita ke toilet" Nizam menuntun Alena. Tapi mukanya berpaling ke arah penjaganya.     

"Cari keamanan restoran ini segera!! Suruh mereka menghadapiku. Dan mintakan rekaman CCTV pagi ini!! Cepat!!" Nizam terlihat sangat gusar dan kesal.     

Alena ikut melirik ke arah Fuad dan Ali yang pucat pasi. Ia sedikit kebingungan ada apa sebenarnya. mengapa Suaminya terlihat sangat marah. Tapi Ia benar-benar ingin buang air kecil sehingga Alena bergegas pergi. Kandungannya begitu besar. Dan mulai menekan kantung kemihnya sehingga Alena menjadi bolak-balik ingin buang air kecil. Apalagi kalau banyak minum.     

***     

Alena diminta untuk duduk diruangan istirahat. Ia tadi diminta untuk menyebutkan ciri-ciri pemuda itu oleh Nizam. Karena memang tadi Alena sempat jatuh dalam pelukannya sehingga Alena sempat mengingat ciri-cirinya.     

Alena kebingungan dengan kelakuan Nizam yang Ia anggap berlebihan. Cuma ketabrak orang tidak sengaja yang bahkan mungkin pernah dialami oleh hampir seluruh manusia di dunia ini Kho segitu repotnya. Alena malah menyelonjorkan kakinya di sofa. Sofa berwarna merah keemasan itu terlihat sangat mewah dan semakin mewah karena ada Alena yang sedang duduk diatasnya dengan kaki selonjoran. Seorang pelayan wanita menemani Alena. Nizam menyuruhnya duduk ditemani dua orang penjaga lain. Penjaga-penjaga ini tadi menunggu di luar restoran.     

Tapi karena Ali dan Fuad diminta Nizam untuk pergi menginterogasi penanggung jawab restoran maka pengawalan Alena diserahkan kepada yang lain. Lagipula Nizam masih berada diruangan yang dapat melihat Alena. Jadi Nizam merasa cukup aman untuk membiarkan Alena sedikit jauh darinya.     

Manajer Restoran yang bertanggungjawab terhadap pesanan dan booking daritadi sudah pucat ketakutan. Wajah Nizam yang tampan itu tampak sangat menakutkan. Ia sudah dibilang berhati-hati terhadap bangsawan yang satu ini. Pangeran yang ada di depannya ini menurut selentingan kabar yang beredar dikalangan atas adalah orang yang tegas dan perfeksionis. Ia juga tidak bisa mentolelir kesalahan sekecil apapun.     

Semalaman Manajer itu tidak tidur hanya untuk bertemu bisa memastikan semua berjalan lancar. Kompensasi yang dibayar Nizam tidak lah murah sehingga memang Suatu kewajaran ketika Nizam menuntut pelayanan yang maksimal.     

Semalam Nizam sudah memperingatkan bahwa tidak boleh ada tamu selain rombongan dirinya. Ia juga melarang ada pelayan laki-laki kecuali setelah ada dirinya. Semua ruangan harus ada pengawal yang berasal darinya. Ia juga mengharuskan semua makanan sudah dicicipi dan diperiksa oleh ahli dari Azura. Kenapa sampai bisa Alena bertemu dua orang laki-laki di dalam restoran.     

Teknisi yang bertugas sebagai operator tampak mengotak-atik laptop yang digunakan sebagai layar penayangan CCTV.     

"Ada berapa orang laki-laki yang bertugas sekarang??" Kata Nizam sambil menatap petugas yang mencoba berbagai cara untuk memunculkan hasil rekaman CCTV dua jam yang lalu.     

"Hanya ada empat orang, Yang Mulia. Saya sendiri, seorang pelayan yang tadi melayani yang Mulia dan dua orang koki. Sisanya kami rumahkan dulu sampai Yang Mulia selesai bersantap" Kata Manajer itu dengan gelisah.     

"Istriku bilang, pemuda itu masih muda. Berwajah tampan dan berambut coklat kehitaman." Kata Nizam.     

'Itulah yang membingungkan Kami. Pelayan kami kebanyakan berambut pirang karena konsep pelayanan kami yang menginginkan kemewahan. Kami bingung darimana pemuda itu muncul bahkan sampai menabrak Yang Mulia Putri"     

Nizam mengepalkan tangannya. "Restoran brengsek.. Sangat memalukan dan menyedihkan sampai terjadi insiden seperti ini." Kata Nizam sambil menggebrak meja dengan keras hingga membuat nyawa semua orang diruang itu hampir melayang.     

"Kau tahu. Entah apa yang sedang direncanakan pemuda itu terhadap kami. Ia jelas bukan tidak sengaja menabrak istriku. Ini adalah Restoran kelas atas yang kusewa secara pribadi."     

"Apa mungkin pemuda itu adalah tamu yang tidak tahu restoran ini di sewa pribadi, datang untuk berkunjung. Kemudian dia tidak sengaja menabrak Yang Mulia" Kata Manajer itu berargumen serampangan. Mata Nizam hampir meloncat keluar mendengar argumen si Manajer itu. Tidak tahan Ia mencekal kerah kemeja dan Jas si manajer lalu bersuara dengan keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.