CINTA SEORANG PANGERAN

Pernikahan Akbar (9)



Pernikahan Akbar (9)

0Edward berdiri di depan jendela kamarnya. Menatap taman yang tertata indah didepannya. Besok adalah hari pernikahannya. Setelah persiapan selama 3 Minggu akhirnya hari yang dinanti telah tiba.     
0

Walaupun kebahagiaan menyelimuti ayah dan ibunya tetapi Ia tetap merasa hampa. Pikirannya kosong bagaikan kertas putih yang tak ternoda.     

Edward merasa sebagai pecundang yang kalah dimedan perang. Semakin mendekati hari pernikahan hatinya semakin perih. Ia menatap Tuxedo yang tergantung dikamarnya. Tuxedo berwarna putih itu akan mendampinginya melepas masa lajangnya.     

Teman-teman laki-lakinya sudah menelponnya dari tadi. Pesta bujangan akan dilakukan malam ini. Di sebuah hotel ternama. Semua diatur oleh George Suaminya Elsa. Elsa sendiri ikut sibuk mempersiapkan hari pernikahan Edward. Ia bahagia akhirnya Edward akan menikah. Elsa bertindak seakan Ia adiknya. Bahkan Ia menemani Lila mencari perlengkapan pesta selain dengan ibunya.     

Edward masih sulit melepaskan luka dihati. Ia tidak bisa melepaskan Alena dihatinya dengan cepat. Tidak tahan dengan kondisi ini Ia lalu menelepon Cynthia. Chyntia yang sedang berbaring di pelukan suaminya sedikit heran. Pukul 9 malam ada orang yang berani menelponnya. Karena memang Ia bukan tipe orang yang banyak memiliki teman. Temannya hanya Alena dan Edward. Itu juga karena Edward menyukai Alena. Jadi Cynthia berteman dengan Edward Karena Alena.     

Cynthia tadinya mau pergi menelpon agak jauh dari suaminya tetapi tangan Pangeran Thalal malah semakin erat memeluknya.     

"Sayang..Aku mau mengangkat telepon" Kata Cynthia sambil menarik tangan Pangeran Thalal dari tubuhnya.     

"Angkat saja disini. Aku tidak ingin melepaskan anakku. Ia harus selalu tidur dipelukan ayahnya. Ia tidak boleh seperti diriku yang kekurangan kasih sayang seorang Ayah."     

Cynthia tertegun mendengar kata-kata suaminya. Cynthia baru mengetahui kalau Pangeran Thalal merasa kekurangan kasih sayang seorang Ayah. Ia ingin bertanya lebih lanjut tetapi handphone ditangannya terus berdering. Sehingga Cynthia lebih memilih mengangkat teleponnya.Tidak ada nama dilayar handphonenya yang berarti nomor itu tidak Ia kenal.     

"Hallo!!!"     

"Cynthia!!" Terdengar suara yang lemah dan serak.     

Cynthia terkejut Ia hampir bangkit seketika kalau saja Pangeran Thalal tidak memeluknya dengan erat.     

"Siapa??" Tanya Pangeran Thalal dengan mata yang tetap tertutup. Tetapi ketika Cynthia menyebutkan nama Edward. Pangeran Thalal langsung bangkit dan bangun. Ia duduk dengan tegak dan wajah tegang.     

"Ada apa?? Bukankah besok hari pernikahannya. Untuk apa Ia menghubungimu?"     

"Sssst...." Cynthia menaruh telunjuknya dibibir menyuruh Pangeran Thalal diam. Bibir Pangeran Thalal langsung manyun. Cynthia tersenyum geli Ia mengecup bibir manyun itu dengan gemas. Suaminya so sweet banget.     

:telephone_receiver:" Chyntia..." Suara Edward terdengar lemah dan sedih     

:telephone_receiver: "Ya..ada apa? Mengapa suaramu terdengar sangat sedih"     

:telephone_receiver: "Aku sedang galau. Menjelang pernikahan ku, Aku malah teringat Alena. Apa yang harus kulakukan. Aku rasanya ingin menggagalkan pernikahan ini"     

:telephone_receiver: "APAAA?" Hampir putus nyawa Cynthia mendengar kata-kata Edward. Perutnya langsung terasa sakit. Pangeran Thalal sama terkejutnya. Ia terkejut melihat istrinya berteriak kaget.     

"Ada apa? ada apa? Kau jangan membuat ku takut. Kau jangan mengagetkan anak kita."     

:telephone_receiver: " Ya Tuhan... Edward. Kamu jangan main-main. Undangan sudah disebar. Besok akan banyak pejabat dan petinggi yang datang. Pernikahan mu akan diliput besar-besaran. Bahkan beberapa kepala negara akan datang. Bagaimana bisa kau mengeluarkan pernyataan aneh seperti ini. Kau jangan membuatku menangis" Suara Cynthia terdengar memelas. Pangeran Thalal jadi merasa perlu melakukan sesuatu untuk menenangkan Istrinya.     

Mendengar kata-kata Cynthia, Edward malah semakin sedih.     

:telephone_receiver:"Aku masih sulit melupakan Alena. Ia selalu bermain dikelopak mataku. Ia selalu mengitari di setiap relung hatiku. Bersemayam disetiap sudut hatiku. Hatiku merintih setiap mengingat namanya."     

:telephone_receiver:" Edward. Jawab pertanyaan ku dengan jujur" Kata Cynthia setelah berpikir beberapa saat. Ia harus menemukan trik yang tepat dan cepat untuk mengatasi semua masalah ini. Tak terbayangkan kalau pernikahan Akbar ini gagal dilaksanakan besok karena pengantin prianya mogok menikah.     

Tubuh Pangeran Thalal tegak melihat Cynthia yang sedang berpikir keras. Tangannya mengusap-usap betis mulus Cynthia lalu naik ke paha lalu ke atas paha lagi. Cynthia yang akan bicara jadi tegang. Darahnya tiba-tiba naik dengan cepat. Tangan Pangeran Thalal tidak mau diam.     

:telephone_receiver:"Cynthia!! Mengapa Kau diam saja? Apa yang Kau mau tanyakan? Apa yang harus aku jawab dengan jujur?"     

Cynthia malah menegang ketika muka Pangeran Thalal tiba-tiba menyusup. " Yang Mulia, Kau keterlaluan" Desis Cynthia sambil mendorong muka Pangeran Thalal agar menjauh dari tubuhnya. Tapi Pangeran Thalal malah semakin menyusup. Kaki Cynthia meronta-ronta. Wajahnya merah padam.     

:telephone_receiver:" Cynthia??? Hallo..Are you Ok?"     

:telephone_receiver: "I'm Ok..mmm.. Edward..kau apa Kau pernah mencium Lila?" Cynthia bertanya hati-hati.     

"Apa?? Kau minta cium?? baiklah akan aku cium" Pangeran Thalal semakin ngaco. Mukanya sudah tidak bisa ditahan lagi. semakin terbenam. Cynthia menggelinjang Ia merenggut rambut Pangeran Thalal. Ia harus konsentrasi dengan keras antara menyelesaikan permasalahan Edward dan suaminya yang sedang kumat gilanya.     

:telephone_receiver:" Aku.. belum pernah mencium Lila"     

:telephone_receiver:" Itulah sebabnya. Bagaimana kau bisa mengalihkan rasa cinta mu pada Lila kalau belum ada ikatan batin diantara kalian. Besok setelah kalian menikah ciumlah istrimu sepuasnya. Aku yakin rasa cintamu pada Alena akan hilang."     

:telephone_receiver:"Benarkah itu?" Edward sedikit termangu tetapi kata-kata Cynthia masuk diakal. Ia ingin bertanya lebih dalam lagi tetapi Edward mendengar nafas Cynthia terengah-engah dan tidak beraturan. Keningnya berkerut-kerut. Ia menganalisa sendiri. Lalu kemudian Edward berkata.     

:telephone_receiver:Maafkan Aku Cynthia, sudah mengganggu waktu pribadimu. Terimakasih atas nasihat mu. Aku akan mencobanya besok. Sekali lagi terima kasih" Edward tergesa menutup teleponnya.     

Wajahnya merah padam membayangkan apa yang sedang dilakukan Cynthia. Walaupun demikian Ia sangat berterimakasih atas nasihat Cynthia. Edward akan mencobanya besok. Semoga saja benar. Dengan mencium Lila Ia akan dapat melupakan Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.