CINTA SEORANG PANGERAN

Pembalasan Nizam



Pembalasan Nizam

0Ketika pistol ditangan Sisca meletus. Nizam memeluk Alena sangat erat. Ia membiarkan punggungnya menghadap Sisca. Matanya terpejam erat Ia benar-benar menyerahkan nyawanya pada takdir untuk melindungi buah hatinya. Dagunya berada diatas kepala Alena. Ia benar-benar melingkupi tubuh Alena dengan seluruh tubuhnya. Alena langsung ambruk dalam pelukan Nizam. Alena tidak tahan menahan guncangan jiwa. Apalagi semua mulut berteriak histeris. Suasana semakin ricuh dan semerawut. Nizam merasakan ajalnya sudah semakin dekat. Ia mengucapkan dzikir dengan perlahan dan gemetar.     
0

Tapi Nizam tidak merasakan sakit apapun. Padahal suara letusan pistol sudah terdengar memekakkan telinga. Sambil tetap menahan tubuh Alena yang mulai melorot hendak jatuh. Nizam Memalingkan wajahnya ke belakang menatap Sisca.     

Nizam melihat seorang laki-laki sedang mencengkram tangan Sisca dari belakang dan mengarahkan pistolnya ke atas langit-langit sehingga tembakan Sisca mengena pada langit-langit ruangan. Ia lalu memukul jatuh pistol itu dan menendangnya ke arah Nizam.     

"Ambil Nizam!!!" Teriaknya keras. Nizam tanpa membuang waktu langsung mengambil pistol sambil menahan tubuh Alena.     

"Terima kasih, Edward!!" Nizam berteriak sambil menatap pria yang meringkus Sisca. Pria yang meringkus Sisca yang ternyata memang Edward langsung berdesis. "Sial.." Ia sudah memakai masker dan berkacamata hitam, mengenakan Hoodie tapi Nizam tetap mengenalinya.     

"Thalal!!!" Nizam berteriak pada Pangeran Thalal. Pangeran Thalal langsung meloncat ke arah Kakaknya. Nyawanya yang sempat terbang kini serasa kembali melihat Kakaknya tidak apa-apa. Nizam memberikan Alena pada adiknya dan Pangeran Thalal lalu menerima Alena dari Kakaknya.     

"Bawa Ia ke tempat aman!!" Kata Nizam. Pangeran Thalal mengangguk sambil mengambil alih Alena. Pangeran Thalal menatap Kakaknya penuh dengan kekaguman. Melihat bagaimana Nizam menjadi tameng bagi nyawa Alena dan Edward yang berjibaku melumpuhkan Sisca, membuat Pangeran Thalal menjadi sangat percaya bahwa cinta sejati memang ada.     

Bayi ditangan Sisca langsung diraih oleh AKBP Santosa dengan cepat lalu diberikan kepada Lila yang sedang gugup ketakutan. Lila juga tidak mengira bahwa kejadiannya begitu mengerikan. Seorang ibu hendak membunuh bayinya sendiri sungguh Sisca adalah wanita yang mengalami sakit kejiwaan.     

Sementara Sisca masih dicengkram oleh Edward yang tadi menyelinap lewat pintu samping. Edward sedari tadi mengamati pergerakan Sisca yang selama selalu memegang saku bajunya. Sisca seperti menyembunyikan sesuatu disebalik pakaiannya. Edward sudah menduga bahwa Sisca akan melakukan sesuatu makanya Ia tidak melepaskan pandangannya sedikit pun dari Sisca.     

Sehingga ketika Sisca hendak menembak Ia menerjang dari belakang mencengkram tangannya dan mengarahkan pistolnya ke langit-langit ruangan. Ia menyelamatkan Nizam dari tembakan Sisca. Edward tidak mau Nizam mati dan membuat Alena menderita.     

Sisca meronta-ronta histeris. Melihat Alena selamat Ia tambah kalap. "Lihat..Alena itu adalah Iblis, semua laki-laki bersedia mati untuk nya..Akh..lepaskan Aku, Bangs*t Dan Ia lalu berbalik dan menendang selangkangan Edward yang meringkusnya.     

Sisca lalu berlari hendak meraih bayinya lagi tapi, "Duar!!!!" Pistol di tangan Nizam meledak. Sisca memekik..Ia langsung tersungkur. Melihat mangsanya tersungkur ke lantai bagai pembunuh berdarah dingin Nizam melengkungkan bibir indahnya, lalu mengangkat alisnya dengan mata menyipit tajam.     

Semua mata terkesima menyaksikan kejadian yang berlangsung begitu cepat. Edward yang berlutut sambil memegang selangkangannya yang terasa sakit ikut terkejut menyaksikan Sisca berlutut dengan darah berceceran. Edward memang sengaja menendang pistol itu ke arah Nizam untuk memintanya berjaga-jaga kalau-kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan. Edward menatap wajah dingin Nizam yang begitu mengerikan disebalik ketampanannya. Nizam bagai sebuah apel yang memabukkan tetapi didalamnya sudah berisi racun mematikan.     

Lalu dengan gerakan tenang seakan tidak ada kejadian apapun Nizam membuka magazine pistolnya dan mengosongkan isi pelurunya. Semua Hakim yang masih duduk di depan tampak shock dengan huru hara yang terjadi di depan mereka. Bertahun-tahun memimpin sidang baru kali ini ada kejadian menakutkan seperti ini. Hakim Ketua jadi berpikir ingin resign dari pekerjaannya. Agaknya bercocok tanam di kampung lebih aman daripada memimpin suatu sidang seperti kali ini.     

AKBP Santosa sendiri tercengang melihat tembakan yang begitu berani dan akurat. Tembakan Nizam tepat kena di pergelangan kaki. Luar Biasa, Pergelangan kaki Sisca sangat kecil. Di tembak dalam jarak cukup jauh dalam suasana hiruk pikuk.     

Apalagi kemudian Nizam melemparkan pistol itu ke arah AKBP Santosa yang lalu menangkapnya dengan tepat. Ia berani taruhan bahwa Nizam adalah salah satu penembak jitu dari negaranya. Nizam juga tahu bahwa tembakan dikakinya Sisca tidak akan membunuhnya tapi akan membuat Sisca cacat seumur hidupnya.     

Sisca meraung-raung kesakitan, Ia sangat kalap melihat suasana sidang tidak berjalan sesuai harapannya dan sekarang dikakinya bersarang satu peluru. Rasanya menyakitkan seperti sakit dihatinya darah berceceran di lantai.     

Nizam tersenyum mengerikan dan itu tidak lepas dari pengamatan AKBP Santosa. Ia menyadari bahwa tembakan Nizam bukanlah tembakan yang tidak disengaja. Nizam sejak diberi senjata oleh Edward melalui kakinya, dari awal sudah mengincar kaki Sisca.     

AKBP Santosa juga sepertinya mengerti pemikiran Edward untuk memberikan senjata ke Nizam. Edward seakan memberikan perintah ambil pistol itu dan gunakan semestinya. Nizam menunggu kesempatan yang tepat untuk menembak Sisca. AKBP Santosa merinding bulu kuduknya menyaksikan betapa Pangeran Azura itu tidak memiliki belas kasihan.     

Sepanjang karirnya di kepolisian belum pernah sekalipun Ia menembak seorang wanita sejahat apapun wanita itu. Tapi Nizam begitu dinginnya menembak kaki Sisca.     

Apalagi kemudian melihat seringai diwajah Nizam yang berjalan penuh kepuasan ke arah Alena yang masih pingsan ketakutan karena mengira Nizam terkena tembakan. Nizam meraih tubuh Alena yang dibaringkan di kursi dan ditunggui oleh Cynthia.     

Nizam mengangkat Alena dengan kedua tangannya dan dengan penuh kelembutan Ia mengangkat tubuh istrinya. "Aku sudah membalas apa yang sudah Ia perbuat kepadamu. Sayangnya Aku tidak bisa membunuhnya" Bisik Nizam ditelinga Alena.     

Nizam lalu membopong tubuh Alena keluar dari ruang sidang. Pengawal dari Azura langsung membentuk barisan barikade menghalangi para wartawan yang ribut mengabadikan kejadian yang sangat menegangkan ini. Nizam terlihat santai dengan ketampanan yang luar biasa menakjubkan Ia masuk ke dalam mobilnya. Diikuti para pengawal. Rombongan dari Kerajaan Azura satu persatu meninggalkan ruangan sidang menuju hotel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.