CINTA SEORANG PANGERAN

Ramalan Wanita Tua (5)



Ramalan Wanita Tua (5)

0Cynthia lalu mengecup pipi suaminya dengan lembut sebelum Ia berlalu menghampiri Edward. Edward tersenyum penuh arti melihat ke arah Pangeran Thalal yang masih terpaku mendengar jawaban Istrinya.     
0

"Yang Mulia apa perlu Hamba mengikuti Yang Mulia Putri Cynthia" Kata Pengawalnya.     

Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya.     

"Kau perhatikan saja mereka dari jauh. Aku akan duduk kembali di kursi tadi. dan tolong halangi tubuhku Aku tidak mau ada gangguan lagi seperti tadi" Kata Pangeran Thalal sambil kembali duduk. Lima orang pengawal pribadinya lalu membuat barikade di depannya menghalangi wajah dan tubuh Pangeran Thalal. Pangeran Thalal memejamkan mata. Walaupun Ia kesal dengan kata-kata Istrinya tapi jauh di lubuk hatinya Ia sangat mengagumi kecerdasan Cynthia.     

Cynthia duduk dipojok ruangan dengan Edward. Edward menatap Chyntia dengan takjub. "Cynthia Kau berhasil menaklukkan hati seorang Pangeran Azura. Luarbiasa sekali"     

Cynthia mendengus tidak suka mendengar kata-kata Edward. "Mengapa Kau mengatakan kata-kata yang menyakiti hatiku"     

Edward terkesiap. "Cynthia bukankah kata-kataku itu suatu pujian. Mengapa Kau beranggapan begitu"     

Cynthia melengos sebelum menjawabnya. "Apakah yang kau maksud dengan luar biasa itu. Bukankah Alena juga menaklukkan hati Pangeran Azura juga. Jika yang Kau maksud adalah Aku luar biasa karena berhasil menaklukkan hati Pangeran Azura padahal Aku tidak secantik dan semolek Alena bukankah itu suatu penghinaan?"     

Edward tertawa terbahak-bahak mendengar Cynthia jadi morang-maring. Galaknya Cynthia keluar lagi. "Mengapa Kau berpikir sejauh itu?"     

"Aku kadang tertekan dengan ketampanan suamiku. Setiap Kami jalan bersama Kau bisa lihat tatapan kekaguman para gadis kepadanya. Kau kan tahu Aku dari dulu selalu merasa rendah diri. Aku berasal dari keluarga serba kekurangan.     

Masuk kampus juga karena bea siswa. Aku harus kerja part time untuk biaya sehari-hari. Bahkan kadang banyak menerima bantuan dari Alena. Aku juga hanya memiliki kecantikan standar saja." Cynthia malah curhat kepada Edward. Edward tertawa geli.     

"Aku lihat tidak seperti itu. Aku malah melihat Pangeran Thalal yang beruntung memilikimu. Makanya Aku bilang Kau gadis yang luar biasa. Kalau hanya standar kecantikan yang Pangeran Thalal lihat darimu tentu saja Ia akan memilih gadis-gadis Azura. Aku lihat gadis-gadis Azura cantik-cantik. Mereka seperti para wanita yang berasal dari negeri antah berantah. Tetapi nyatanya Pangeran Thalal malah memilihmu. Dia pasti menemukan sesuatu yang spesial darimu. Lagipula Chyntia Aku perhatikan sekarang Kau terlihat sangat cantik."     

"Terimakasih Edward. Kau memang mampu menghiburku. Oh ya katakanlah ada apa? Mengapa Kau ingin berbicara kepadaku? Tentunya bukan konsultasi tentang malam pertama kan?"     

Edward tertawa dengan wajah merah padam. "Kau..mengerikan sekali. Ha..ha...ha..Kau membuat Aku jadi gerah"     

"Jadi bagaimana. Apa kau mau menyentuh Lila malam ini?"     

Edward menggelengkan kepalanya sambil cengengesan. "Bagaimana nanti saja. Aku tidak tahu. Saat ini pikiranku sedang tidak fokus kepadanya"     

"Bagaimana bisa pengantin pria tidak bisa fokus terhadap pengantin wanitanya di hari ulangtahun pertama mereka??" Cynthia berseru kesal.     

"Kau kan tahu latar belakang Aku menikahi Lila"     

"Tapi bagaimana dengan Lila. Kau sudah menyakiti perasaannya. Kau selalu lembut dan murah hati untuk Alena. Tapi Kau menyakiti hati wanita yang begitu baik"     

Edward menggosok dagunya yang belah oleh ujung jarinya. Wajahnya sedikit muram. "Dia bersedia bersabar untukku. Bukankah dari awal Aku sudah bilang kalau Aku mencintai Alena dan hanya mencintainya."     

'Edward..!!!" Cynthia menatap Edward dengan pandangan memelas. Edward memegang tangan Cynthia. Saat Edward memegang tangan Cynthia diam-diam Pangeran Thalal mengintip dari balik tubuh para pengawalnya. Mulutnya langsung semakin mengerucut. Matanya menyipit dan alis bertaut. Pangeran Thalal jadi morang-maring tapi Ia tidak berani mendekati Cynthia. Ia tidak mau dibilang kekanak-kanakan dan pria pencemburu.     

"Cynthia tolong Kau pahami perasaanku. Aku juga tidak menginginkan hal ini tapi mau bagaimana lagi. Aku belum mampu menghilangkan cinta ini sepenuhnya. Hatiku selalu terbakar saat mengingatnya padahal isi hatiku hanya penuh dengan tangisan.     

Aku bagaikan burung yang tidak tersayap. Hidupku penuh dengan kesengsaraan. Tapi Cynthia sebenarnya Aku mengajakmu berbicara bukan untuk membicarakan kisah cintaku yang pecah berderai tak berupa. Tapi Aku melihat Kau bicara dengan Grandma Anna. Dia adalah Nenek tiriku. Aku tahu dia memiliki kelebihan dapat membaca aura seseorang"     

Cynthia mengerutkan keningnya.     

"Terus memangnya kenapa? Ia hanya berbasa-basi sedikit denganku" Cynthia langsung enggan berbagi cerita dengan Edward.     

"Kau jangan berbohong. Waktu di upacara pernikahan. Aku lihat Grandma Anna duduk di depan Alena dan Nizam. Bahkan mereka terlihat berbincang-bincang. Kemudian Aku melihatmu sekarang berbicara dengannya. Kau harus tau Grandma Anna adalah wanita bangsawan yang sedikit angkuh. Ia tidak akan pernah menegur seseorang kalau tidak orang itu menarik perhatiannya.     

Aku perkirakan Grandma Anna melihat Aura Nizam dan sekarang Kau sedang mengkonfirmasinya"     

Cynthia menatap wajah Edward lalu menarik nafas panjang. Cynthia tidak mungkin berbohong lagi. Lagipula wanita tua itu nenek tirinya. Kalau tidak dari mulutnya maka Edward akan memperoleh informasi dari neneknya dan itu jauh lebih berbahaya.     

"Edward bisa-bisanya Kau memperhatikan wanita lain disaat hari pernikahanmu" Cynthia menggelengkan kepalanya. Edward hanya terdiam membisu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.