CINTA SEORANG PANGERAN

Berikan Aku kebahagiaan



Berikan Aku kebahagiaan

0Nizam terbaring dengan tubuh telanjangnya penuh dengan tetesan keringat. Sungguh pemandangan yang membuat setiap hati wanita bisa terguncang dengan hebat. Matanya terpejam seakan masih menikmati kejadian yang baru saja berlangsung. Mukanya memerah mengundang hasrat wanita manapun yang memandangnya.     
0

Tangannya erat menggenggam tangan Alena. Alena sendiri yang memang cuma berbaring pasrah tidak merasa terlalu lelah. Toh yang berusaha dengan keras adalah suaminya. Nizam tidak mengijinkannya bergerak banyak. Setiap Alena bergerak cepat. Nizam memukul pinggulnya menyuruh diam. Walaupun Alena protes tapi Ia langsung diam karena dipelototi Nizam. Jadi underpressure bawaannya. Menikmati tapi masih belum puas.     

Alena cemberut bibirnya mencibir sebal. Sudah tidak boleh bersuara keras, Ia juga tidak boleh banyak bergerak. Nizam lalu menoleh ke samping tubuhnya berbaring menyamping dengan bertumpu pada sikunya. "Kenapa Kamu cemberut terus?" Katanya sambil tersenyum menyebalkan.     

Alena memalingkan muka ke samping. Lalu tubuhnya memunggungi Nizam. Nizam mengelus punggung Alena yang basah. " Jangan marah, Usia kandungan kamu masih awal sekarang sekitar 3 bulan lebih. Dari kemarin Kamu banyak mengalami kejadian yang mengerikan. Tolong untuk berbaik hati pada anakku" Kata Nizam sambil elusannya pindah ke perut Alena yang mulai membukit.     

"Anakmu, anakmu. Emangnya ini bukan anakku." Alena makin emosi. Nizam terkadang selalu menyebut bahwa anak yang dikandungnya adalah anaknya. Lha emang selama ini siapa yang ngasih kehidupan sama makhluk hidup yang ada diperutnya. Bukankah anak itu hidup bergantung dari kehidupannya. Makan sari-sari makanan yang berasal dari apa yang Alena makan. Hidup dan bernafas di dalam perutnya Nizam cuma nitip bibitnya saja. Ibarat saham, Nizam cuma berinvestasi saja, sementara Alena adalah perusahaan tempat nilai saham itu berkembang.     

Nizam tertawa. " Iya..anak kita " Katanya sambil melarat ucapannya. Alena lalu membalikkan badannya menghadap ke Nizam, hingga ujung dadanya yang mulai membengkak karena proses kehamilan menyentuh dada bidang Nizam. Terasa lembut dan halus. Ugh..Alena ini paling bisa menyalakan bara api yang sudah terpadam.     

"Yang Mulia, Badan Aku tidak selemah itu. Aku tahu kapan harus melakukan sesuatu dan kapan harus berhenti? " Alena merajuk tubuhnya malah semakin sengaja ia sentuhkan menekan ke tubuh ke suaminya.     

Tidak dapat ditahan Nizam menjadi kembali memerah. Ia memundurkan tubuhnya ke belakang, untuk menghindari godaan hebat. Nizam merasa kali ini satu kali sudah cukup. Ia tidak membuat Alena keletihan. Tapi Alena malah semakin maju.     

"Alena jangan, Sayang, cukup. Nanti lagi" Nizam menjadi ngeri. Bukankah tadi Ia melihat dan merasakan bahwa Alena sudah merasa puas walaupun tidak banyak bergerak. Dari suara Alena sewaktu tadi bercinta, Nizam sangat tahu Alena sudah memperoleh apa yang diinginkannya. Karena Ia tidak pernah sekalipun menyelesaikan aktivitasnya sebelum Alena memperoleh haknya selaku istri.     

"Aku sudah mengalami peristiwa yang mengerikan. Aku butuh banyak kebahagiaan agar bisa menghapuskan peristiwa ini" Alena mengulurkan tangannya ke bawah depan dan Nizam memekik ketika Alena menggerakkan tangannya di bawah. Nizam mencekal tangan Alena dengan kuat. " Hentikan Alena, Jangan memancing-mancing lagi!!" Nizam menjadi panik. Tubuhnya semakin bergeser ke pinggir ranjang. Alena malah terus semakin maju.     

Ranjang hotel tempat mereka menginap adalah hotel biasa yang standarnya menengah ke bawah, yang sewa semalamnya di bawah lima ratus ribu. Ranjang yang digunakan juga bukan yang ukuran no 1. Alena terus mendesak Nizam hingga tidak tersadar Nizam terdesak sampai terus kepinggir dan akhirnya.     

"Gubrag.." tubuh Nizam yang tinggi besar itu jatuh ke bawah, terjun ke lantai dalam keadaan telanjang. Nizam mengaduh sedikit keras karena badannya menyentuh lantai dengan keras. Suara Nizam menjerit dan mengaduh cukup keras hingga terdengar oleh Ali dan Fuad yang berdiri di dekat lift.     

Mereka langsung menghambur ke kamar mereka. Panik langsung mengetuk pintu dengan serampangan. "Yang Mulia, ada apa?? Tolong dibuka pintunya" Ali mengetuk pintu dengan keras. Nizam mengaduh sambil mengusap pant*tnya yang terasa sakit. Alena menatap Nizam dengan mulut terbuka. Melihat suaminya terjatuh ke bawah tempat tidur. Alena menutup mulutnya hingga kemudian tidak dapat ditahan Ia tertawa terbahak-bahak.     

Ali dan Fuad saling berpandangan mata mendengar suara tawa Alena. Lalu mereka segera berlalu pergi. Tidak sepatah katapun yang terucap dari mulut kedua pengawal Nizam. Mereka lalu menduga-duga apa yang telah terjadi. Bukan sekali dua kali Alena menganiaya majikan mereka. Alena pernah menggigit, menampar bahkan menendang Pangeran dibagian vital. Wanita itu benar-benar membuat Pangeran mereka yang begitu mulia dan terhormat bertekuk lutut di kakinya. Wanita yang tingginya hanya sedada dengan tubuh yang mungil mampu membuat pangeran yang bertubuh tinggi besar itu tidak berdaya.     

Tadinya Nizam akan berteriak menyuruh pengawalnya menyingkir tapi tidak jadi karena Ia mendengar langkah kaki menjauh, menunjukkan bahwa kedua pengawalnya sudah kembali menyingkir. Pengawal pribadi nya sudah mulai mempercayai Alena sepenuhnya. Hingga kalau ternyata Alena berniat jahat pada Nizam maka Alena bisa melakukannya dengan mudah.     

Nizam kemudian meringis sambil bangun dari bawah. merasa pinggangnya juga sakit dan sedikit memar karena menghantam lantai. Wajah Nizam cemberut.     

"Lihat badan Aku memar kena lantai, tega Kamu" Nizam berkata sambil menunjuk pinggangnya. Tangannya merayap mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya yang terbuka.     

"Salah sendiri, pake nolak-nolak segala. Udah tahu istri lagi stress..." Kata Alena sambil menarik lepas selimut yang dipakai Nizam. Nizam berteriak kecil kaget selimutnya terbang ke bawah dilempar Alena.     

Alena malah menerkam Nizam bagai kucing menerkam mangsanya. Nizam gelagapan, tubuhnya roboh diterjang Alena. Alena tersenyum manis merangkul leher Nizam yang terbaring di bawahnya. Alena mencium pipi Nizam kiri dan kanan. Nizam menatap dengan pandangan ngeri. Tangan Alena meraba serampangan. Akhirnya Nizam menyerah. Ia mencekal pinggang Alena yang sudah mulai berlemak. Lalu memutar posisinya agar Alena ada dibawahnya.     

"Tidak akan ku biarkan Kamu berlaku liar di atas tubuhku" Kata Nizam sambil mencium bibir Alena. Alena menatap penuh kemenangan. "Kalau begitu Aku akan jadi kucing penurut di bawah tubuh mu, Asalkan Kau berikan Aku kebahagiaan lagi."     

"Mmmmm....." Nizam mengguman dan tidak berkata apa-apa lagi. Bibirnya menjelajahi setiap inci dari wanita yang begitu Ia cintai. Nizam seperti tentara yang telah selesai bertempur lalu semangatnya terbangkitkan lagi karena motivasi dari Komandannya. Ia kini akan kembali bertempur sampai titik darah penghabisan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.