CINTA SEORANG PANGERAN

Biarkan Aku Bersandar di Bahumu



Biarkan Aku Bersandar di Bahumu

0Edward duduk sambil meminum wine yang dituangkan oleh pelayan yang memang sengaja Ia pesan untuk melayaninya. Sebagai orang yang memiliki kedudukan bagus dinegaranya walaupun Ia masih seorang mahasiswa tapi sejak usianya 18 tahun Ayahnya sudah memberikan tanggung jawab untuk mengelola beberapa perusahaan keluarga. Sebagai anak tertua dari keluarga ternama di Amerika jelas Ia sangat terlatih untuk meminum wine berkualitas. Edward sering menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh keluarganya ataupun pihak lain yang mengundang keluarganya.     
0

Pikirannya dipenuhi oleh persoalan Alena. Setelah menghadiri pernikahan Alena dan Nizam secara diam-diam di Azura. Ia hanya kembali ke Amerika untuk merilis album terbarunya dan kemudian memilih tour di Asia dan kemudian Ia memutuskan untuk tinggal di Bali sambil menenangkan pikirannya yang kalut. Siapa sangka Alena malah bulan madu di Bali. Air matanya tiba-tiba menetes. Membuat pelayan yang ada disampingnya tertegun. Gadis berusian 24 tahun itu memiliki paras yang cantik. Pakaian putih hitamnya malah membuat pesonanya semakin menawan. Ia adalah pelayan istimewa tercantik di club malam ternama ini. Sengaja diminta untuk menemani Edward oleh manajernya. Edward datang sendiri dan memesan wine dengan kualitas dan harga terbaik. Ia tidak memiliki kartu anggota club tapi kartu kredit yang Ia keluarkan membuat manajer Club tercengang.     

Selama ini belum pernah ada tamu yang menggunakan kartu itu, Kartu bewarna silver ini sangat mewah terlihat dan Ia pikir Ia hanya akan melihatnya di internet. Kartu kredit yang dimiliki tamunya ini adalah kartu edisi terbatas yang hanya dimiliki segelintir orang kaya di dunia. Di Indonesia sendiri hanya dimiliki oleh beberapa konglomerta saja.     

Siapa sebenarnya tamu yang ada didepannya ini. Ia masih muda dan berwajah tampan tetapi terlihat sangat kalut. Memesan wine termahal dan duduk tanpa ditemani siapapun Ia hanya memegang handphonenya dan menatap layarnya berulang kali. Tetapi ketika ada pelayan yang berbisik ditelinganya bahwa Ia adalah vokalis grup band Eagle. Manajer itu hanya mengerutkan kening. Seorang vokalis band apalagi band yang baru muncul kepermukaan tidak mungkin memiliki kartu itu. Artis sekelas papan atas Hollywood sekalipun tidak akan memiliki kartu kredit itu yang jumlahnya amat sangat terbatas di dunia ini. Dan kenapa Ia menggunakannya hanya untuk bertransaksi membeli wine di club sekelas clubnya yang sama sekali bukan club setingkat club-club ternama di dunia.     

Tapi jiwa bisnisnya langsung menggeliat. Kalau si Ikan Paus ini jadi pelanggan tetap clubnya maka sudah dipastikan Ia akan banyak mendapatkan keuntungan. Makanya Ia segera menyuruh pelayannya yang paling baik, cantik dan terlatih untuk melayani pemuda tampan ini. Tentu saja Pelayan yang ditunjuk merasa seperti tertimpa durian runtuh. Ia bersumpah bahwa malam ini adalah malam yang terbaik yang pernah Ia miliki. Walaupun Ia hanya berdiri terdiam tanpa bicara sepatah katapun. Ia hanya menuangkan wine ke dalam gelas wine yang dipegang oleh pria tampan ini.     

Dari samping Pelayan cantik itu hanya dapat melihat bulu mata panjang coklat dengan mata zamrud yang membuat tenggelam semua makhluk yang menatapnya. Bibir merah yang menyesap tepian gelas itu sangat membuat darahnya menggelegak seakan ia sedang ikut menyesap red wine. Jemari ramping berkulit putih memegang batang gelas tanpa menyentuh gelasnya menunjukkan bahwa pria ini sangat profesional dalam menikmati winenya. Tangan yang menyentuh gelas wine akan menghantarkan panas pada wine dan merusak citra rasa dari wine itu sendiri.     

Tangan Edward hanya terdiam dibatang gelas dan menyesap wine-nya sedikit demi sedikit setelah mencium aromanya. Cara Edward menikmati wine tampak sangat elegan dan ketika si pelayan melihat air mata yang meleleh keluar dari mata yang bewarna zamrud itu membuat suasana lebih dramatis.     

Ingin sekali tangannya mengusap pipi yang sembab oleh air mata itu dan bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi hingga air mata itu sampai bisa meleleh membasahi pipinya. Tapi mulut si Pelayan seakan terkunci rapat. Etika kerja mengajarkan Ia untuk tidak bersuara kecuali kalau di minta. Apalagi dalam situasi yang seperti ini.     

" Apa kau pernah jatuh cinta?" Tiba-tiba ada suara yang keluar dari mulut merah itu. Si pelayan langsung tergagap. Mukanya yang putih bersih tampak memerah, matanya yang bulat mengerjap. Sesaat Edward terpana, Ia seperti melihat Alena diwajah gadis pelayan itu. Hanya saja gadis ini memiliki kulit lebih putih dari Alena. Edward berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang fasih. semenjak Ia jatuh hati pada Alena diam-diam ia memilih mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai salah satu pilihan bahasa asing yang ditawarkan kampusnya. Sebenarnya Bahasa Indonesia tidak terlalu banyak peminatnya tetapi karena ia meminta adalah Edward tidak ada alasan bagi pihak kampus untuk menolaknya. Bukankah kampus ini didanai oleh orang tua Edward. Kampus tempat orang kaya menguliahkan anaknya ini begitu mewah dan memiliki fasilitas lengkap selain karena biaya kuliahnya yang sangat mahal juga karena ada dukungan secara finansial dari keluarga Edward. Sesungguhnya Edward ingin memberikan kejutan pada Alena tapi siapa sangka Alena malah menikah dengan Nizam.     

"Anda bisa berbicara Bahasa Indonesia?" Tanya si pelayan sambil tersenyum lucu. Padahal Ia sudah menyiapkan diri untuk berbicara dalam bahasa inggris, siapa sangka bule tampan ini malah berbicara dalam bahasa Indonesia bahkan sangat fasih.     

Edward menganggukan kepalanya. " Duduklah temani Aku minum!!"     

Si pelayan menggelengkan kepalanya. Edward menatapnya, "Mengapa ? Apa kamu muslim??"     

Si Pelayan menggelengkan kepalanya " Tidak!! Saya bukan seorang muslim."     

" Ooh...kalau begitu, temani aku minum" Edward menyodorkan gelas wine yang dipegangnya.     

"Saya tidak diperbolehkan minum-minum oleh manager Saya selama Saya bertugas."     

" Siapa nama Kamu?" Tanya Edward sambil menggoyang-goyangkan gelas winenya. Ia melihat permukaan wine dalam gelas bergoyang mengikuti bentuk gelas. Hati Edward terasa sangat dingin dan beku.     

" Saya Lila" Si pelayan menundukkan kepalanya. Ia sebenarnya tidak tega menolak keinginan Edward tetapi memang aturannya pelayan tidak boleh ikut minum dengan tamu kecuali kalau dibooking. Tetapi Ia bukan pelayan biasa. Di awal kontrak pekerjaannya Ia hanya sebagai pelayan dan tidak berkewajiban menemani tamunya dalam hal apapun. Ia menjadi pelayan hanya untuk memenuhi biaya kuliahnya dijurusan hukum yang tinggal menyusun skripsi.     

"Kamu seperti seseorang yang sedang bermain dipikiran saya sekarang" Kata Edward sambil menatap Lila dengan pikiran sedikit melayang-layang.     

"Apakah Ia seseorang yang sedang Anda tangisi sekarang?" Katanya tampa sadar.     

Edward sedikit tersedak. " Eummmm..begitulah. Melihatmu aku seperti melihat dia. Tetapi kamu terlihat tidak sepolos dia. Wajahmu terlihat lebih muram dan tenang. Sedangkan wajahnya selalu bersinar, bercahaya dan berbinar-binar.     

Dia mampu menghanyutkan setiap pria yang memandangnya. Dia bagaikan rembulan yang bersinar dalam kegelapan. Sinar matanya bagaikan gemintang dalam kelamnya malam. Dia seumpama angin surga yang berhembus disetiap relung jiwaku. Dia adalah gerimis yang menyejukkan jiwa miskinku yang kerontang. Aku mencintainya dengan segenap hati.     

Jiwaku merintih mengingat namanya. Nafasku tersenggal hanya dengan menyebut namanya. Dia mematahkan sayapku dalam hampanya perasaan sehingga aku tidak bisa terbang ke lain hati.."     

Air mata Edward menetes kembali. Ia menyesap kembali wine-nya dengan air mata berderai. Aroma wine yang memabukkan malah membuat hatinya semakin terhiris. Suasana hati Edward membuat pertahanan emosi Lila menjadi runtuh.     

Sepanjang hidupnya Ia belum pernah bertemu dengan pria seperti Edward. Mengapa ada pria sebegitu rapuh dan syair yang keluar dari mulut manis itu mengapa begitu indah dan menghiris hati yang mendengarnya. Dan gadis mana yang begitu tidak tahu diri sampai bisa mematahkan hati pria yang teramat sempurna di mata setiap gadis yang memandangnya. Mengapa pria ini terlihat begitu sengsara. Gadis mana yang begitu tidak tahu diri karena memporak porandakan hati pria ini. Dan siapa pria yang ada didepannya. Tampaknya Ia bukan pria sembarangan.     

Lila memutar otak jeniusnya. Ia memiliki IQ di atas 200. Ia berturut-turut menyelesaikan semester kuliahnya dengan IP 4. Bahkan Ia sudah ditawari beasiswa keluar negeri. Ia hanya tinggal menyelesaikan kuliahnya semester ini sebelum Ia pergi ke Amerika untuk kuliah di Universitas Hukum. Tapi fenomena dihadapannya ini membuat otaknya jadi membeku     

Tiba-tiba Edward mencekal tangan Lila dengan erat. "Lila..bolehkan Aku meminta sesuatu padamu ?" Lila terkejut dan Ia berusaha menarik tangannya dari cekalan Edward. Seumur hidupnya Ia belum pernah disentuh pria. Ia pelayan yang hanya melayani tamu istimewa. Tamu istimewa berarti tamu kelas atas yang memiliki sikap yang sopan dan tidak bertindak serampangan. Dan para tamunya hanya datang untuk sekedar merayakan sesuatu atau menjamu clien bukan untuk bermabuk-mabukan atau berbuat onar.     

Tingkah Edward yang mencekal tangannya secara tiba-tiba sudah bisa dikategorikan sebagai tindakan yang sedikit keterlaluan tetapi melihat mata hijau yang tergenang air mata membuat Lila tak berdaya. Dengan lirih Ia berkata. "Apa yang Kau inginkan??"     

"Izinkan Aku yang tidak tahu malu ini untuk menangis dibahumu. Berikan Aku sandaran agar Aku bisa menegakkan hatiku yang sudah letih ini. Aku tidak perduli kalau kau menganggap aku pria yang tak tahu malu. Karena aku memang hanyalah seorang pecundang..." Edward menarik tangan Lila untuk duduk disampingnya. Lila jatuh terduduk disamping Edward dan Ia tidak sempat bangun lagi karena kepala Edward sudah bersender di bahunya dengan mata terpejam.     

Tangannya yang menggenggam Handphone jatuh ke pangkuan Lila. Seraut wajah cantik terpampang tidak sengaja di layar handphonenya. Lila menyadari ada beberapa kesamaan antara wajahnya dan wajah gadis itu. Lila segera menyadari bahwa wajah itu memiliki aura yang tidak ia miliki. Ia juga merasa bahwa Ia tidaklah secantik gadis yang ada di handphone itu. Lila baru menyadari mengapa pria ini sampai begitu sengsara. Yang jadi pertanyaan adalah siapa gadis itu dan ada di mana gadis itu berada?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.