CINTA SEORANG PANGERAN

Persidangan (2)



Persidangan (2)

0Sisca menatap Alena yang duduk membeku. Dia menatap dengan pandangan wajah geram sangat geram. Alena wanita yang menghancurkan kesempatannya untuk menjadi seorang sosialita. Memiliki suami tampan dan kaya raya adalah impian terbesarnya. Mengalahkan Alena dalam segala hal adalah ambisi terhebatnya. Dia muak melihat wajah Alena yang polos. Ia ingin Alena mendekam dalam penjara. Bila perlu selamanya.     
0

"Yang Mulia Bapak Hakim. Itulah bodohnya saya. Ketika Saya dan Andre sedang berlibur ke Amerika tanpa sengaja Saya hampir tertabrak oleh mobilnya Alena. Alena sedang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Lalu Ia keluar dan menyapa ku. Lalu kami janjian.."     

"Sebentar Yang Mulia, Saya ada pertanyaan untuk Saudari Sisca" Kata Pak Adit Pengacara Alena.     

"Silahkan" Kata Hakim Ketua     

"Darimana Sisca tahu kalau Alena sedang mabuk? "     

"Saudari Sisca, silahkan Anda jelaskan darimana Anda tahu kalau Saudari Alena mabuk"     

"Dia.. terlihat sempoyongan dan berbau alkohol"     

"keberatan Yang Mulia, Kalau sampai Saudari Alena mabuk sampai sempoyongan Ia tidak akan mengenali Sisca sebagai sahabatnya apalagi mereka sudah lama tidak bertemu. Bukankah tadi Yang Mulia mendengar kalau mereka kemudian janjian untuk bertemu"     

Wajah Sisca terkejut, sedikit pucat.     

"Keberatan diterima. Mohon Saudari Sisca untuk berkata yang sebenarnya karena kalau sampai melebih-lebihkan Anda akan diberhentikan sebagai saksi"     

"Baiklah Yang Mulia, Saya mohon maaf." Sisca terdiam sambil melirik Alena yang tetap terdiam.     

"Silahkan dilanjutkan" Kata Hakim Ketua     

"Baik, Setelah dikenalkan terhadap Alena tanpa sepengetahuan Saya, Alena menggoda calon suami Saya. Dan berhasil membuat Andre tergila-gila dengannya."     

"Kalau benar Almarhum Andre tergila-gila dengan Saudari Alena mengapa Saudari Alena tidak menikahi Almarhum Andre?"     

"Itu karena Dia menemukan pria lain yang lebih kaya dan tampan dari Andre"     

"Siapa yang Saudari maksud dengan lebih kaya dan tampan? " Tanya Pengacara Alena.     

"Suami Alena tentunya."     

"Yang Mulia tolong digaris bawahi perkataan Saudari Sisca bahwa suami Saudari Alena lebih kaya dan lebih tampan" Pengacara Alena tampak menekankan.     

"Keberatan Yang Mulia!!" Pengacara Pak Hartono mengangkat tangannya.     

"Silahkan" Kata Hakim Ketua     

"Tuan Adit mengintimidasi saksi Kami. Sehingga nanti akan menghambat saksi Kami untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya"     

Hakim Ketua kemudian tampak berdiskusi dengan hakim anggota hingga kemudian menyampaikan suatu kesimpulan.     

"Setelah berdiskusi maka Kami memutuskan bahwa keberatan dari Tuan Taufik diterima. Mohon Tuan Adit untuk menyampaikan perkataan dengan perkataan yang tidak menyudutkan atau bernada intimidasi" Kata Hakim Ketua menegaskan.     

Walaupun ada ketidakmampuan Pengacara Alena tetap menjawab dengan santun, "Baik Yang Mulia"     

"Silahkan Saudari Sisca untuk melanjutkan"     

Hakim Ketua melanjutkan perkataannya.     

"Baik Yang Mulia, Memang benar bahwa suami Alena yang sekarang memang lebih dari Andre, tapi itulah jahatnya dia. Sudah memiliki Suami yang begitu sempurna Dia masih tidak menginginkan Saya hidup bahagia. Dia terus menggoda Andre walaupun Dia tahu bahwa Saya mengandung anaknya.     

Saat itu Andre sedang bersama Saya tetapi Alena malah menelpon nya dan ketika Dia bertemu Alena. Malahan Alenanya tengah bermesraan dengan Nendri sehingga selanjutnya mereka saling menembak. Mohon keadilan bagi anak Saya Yang Mulia. Saya ingin dia dihukum yang seberat-beratnya karena sudah memprovokasi dua orang laki-laki yang tidak berdosa.     

Jika dia tidak dihukum, Saya takut akan ada korban-korban lainnya."     

Semua yang menghadiri persidangan jadi bergemuruh. Mendengar kesaksian Sisca yang begitu meyakinkan membuat Alena benar-benar terlihat bersalah.     

Nizam menangkupkan kedua jemarinya di depan mukanya. Ia tampak geram sekali dengan tingkah Sisca. Seandainya kasus ini di Azura mungkin Ia sudah menembak mati wanita tidak tahu malu itu.     

"Silahkan Kuasa Hukum dari Alena untuk bertanya kepada Saudari Sisca."     

"Saya tidak akan bertanya dulu terhadap Saudari Sisca tetapi Saya akan meminta penjelasan dari saksi yang lainnya dulu seperti guru BK dan Walikelasnya lalu teman-temannya Alena.     

"Baiklah kalau begitu. Silahkan Saudari Sisca untuk duduk. Dan kepada Guru BK Kami persilakan untuk ke depan"     

Alena menatap wajah Ibu Sandra yang tampak sedih. Matanya berkaca-kaca melihat Alena. Ia dimintai untuk bersaksi melawan Alena. Ia menyanggupi untuk menjadi saksi karena memang Ia diintimidasi oleh keluarga Hartono.     

Setelah disumpah maka Ibu Sandra segera berbicara. "Alena sebenarnya adalah gadis yang baik tetapi memang sepanjang sekolah di SMA Kami. Banyak perkelahian antar lelaki yang memperebutkan Alena. Saya sendiri juga heran karena setiap ditanya Alena selalu diam. Lebih banyak Sisca yang memberikan penjelasan.     

Saya biasanya hanya menasihati karena memang secara fakta Saya sendiri belum pernah melihat Alena berpacaran. Ia selalu bersama Sisca."     

Pengacara Alena memperhatikan dengan seksama.     

"Apakah Saudara Sandra sebagai Guru BK Alena melihat bahwa memang Alena ini siswi perempuan dengan tipe penggoda misalnya dari cara berpakaian.     

"Kalau dari berpakaian karena memang sekolah kami adalah sekolah swasta. Kami memiliki standar seragam sendiri. Alena sendiri setahu saya memang sama saja dengan yang lain. Dia mengenakan rok kotak-kotak pendek dan kemeja putih sedikit ketat.     

Saya tidak memungkiri nya memang Alena adalah siswi tercantik di sekolah Kami. Sehingga tidak heran kalau dia menjadi primadona yang banyak disukai oleh para teman prianya"     

"Apakah Anda bisa memberikan data berapa kali Saudari Alena dipanggil ke BK?"     

"Saya lupa lagi"     

"Selain Saudari Alena dipanggil Ke BK untuk bersaksi apakah Saudari Alena juga pernah dipanggil karena alasan lain?"     

"Ya pernah.. Dia terkadang suka kesiangan ke sekolah."     

"Kasus yang lain misalkan merokok, berkelahi antar wanita, atau yang lainnya?"     

"Seingat saya tidak ada. Dia sangat sopan dan polos. Dia tidak pernah sekalipun terlibat perkelahian."     

"Baiklah Yang Mulia. Saya rasa sudah cukup." Pak Adit pengacaranya Alena menyudahi pertanyaannya.     

"Saya akan bertanya kepada Guru BK Alena yang Mulia" Pak Taufik meminta izin. Lalu dipersilahkan oleh hakim ketua.     

"Saudari Sandra. Apakah Anda pernah bertanya mengapa para murid pria sering berkelahi memperebutkan Saudari Alena?"     

Ibu Sandra terdiam, mengingat-ingat lalu dia berbicara lagi.     

"Seingat Saya mereka berkelahi karena satu sama merasa saling memiliki Alena. Yang Satu mengaku karena Alena sudah menjadi kekasihnya lalu di bantah oleh yang lain. Begitulah kebanyakan alasannya. Sementara itu Alena biasanya mengelak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.