CINTA SEORANG PANGERAN

Pernikahan Edward (3)



Pernikahan Edward (3)

0"Apakah Kau merasa kalau Nizam sudah menerimakan Edward?? " Tanya Alena sambil mengunyah basonya. Cynthia tidak berani makan baso seperti Alena, Ia memilih makan pizza dengan toping sosis dan keju mozarella. Cynthia memandang Alena sambil mengerutkan bibirnya. " Kau seperti tidak tahu saja karakter suamimu sendiri. Si keras kepala dan punya hati sesempit telapak tangan itu, mana bisa menerimakan seseorang, yang setiap saat bisa merenggutmu dalam pelukannya." Cynthia tampak sangat kesal.     
0

Alena tertawa kecil melihat Cynthia lebih membela Edward dibandingkan Nizam. Karena memang Cynthia cenderung lebih menyukai Edward daripada Nizam. Cynthia merasa bahwa hidup Alena akan lebih aman dibandingkan dengan Nizam.     

"Cynthia apa kah Kau tahu siapakah Lila itu. Kho namanya mirip sama tunangannya Pangeran Thalal, Adiknya Putri Reina"     

"Dia seorang mahasiswi Hukum. Dia bertemu Edward di Sebuah Pub saat Edward sedang minum-minum"     

"Oh..ya Apakah gadis itu menemani Edward minum-minum. Setahuku Edward tidak sembarangan bisa bergaul. Ia bukan tipe orang yang mudah bergaul. Ia sedikit mirip dengan Nizam"     

"Yaaah... mungkin Ia lelah menunggu cintamu sehingga akhirnya Ia berpaling hati" Cynthia berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya pada Alena. Ia tidak ingin Alena tahu bahwa Edward bersama Lila hanya untuk melindungi Alena dari kecemburuan Nizam.     

Alena nyengir kuda. "Siapa suruh Ia mencintaiku, Sudah jelas Aku hanya mencintai Nizam."     

"Kau tidak boleh bicara seperti itu. Ingatlah bagaimana tersiksanya orang yang sedang jatuh cinta tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Rasanya sangat menyakitkan. Apakah Kau ingat dulu ketika Nizam menolakmu. Kau menangis sepanjang hari hingga matamu bengkak, hingga membuat Aku mengatur siasat agar Nizam jatuh ke dalam pelukanmu.     

Mana Aku tahu Ia pangeran Azura. Kalau seandainya Aku tahu bahwa menjadi teman hidup Nizam lebih berbahaya dari pada berlari dilautan api. Niscaya Aku tidak akan menyatukan Kau dengan dirinya."     

"Iya Aku tahu. Aku juga sebenarnya sangat menyayangi Edward. Dan sebenarnya jika waktu itu Nizam tidak membalas cinta ku mungkin Aku akan menikahi Edward. Sudah banyak pengorbanan yang Ia lakukan untuk ku. Aku sangat bersyukur akhirnya Ia menemukan tambatan hatinya. Aku akan berdoa semoga Ia hidup bahagia selamanya."     

"Alena katakan padaku terus terang, Apakah Kau pernah berpikir akan meninggalkan Nizam dan lalu akan pergi kepangkuan Edward?"     

Alena terdiam, Ia mengunyah baksonya dengan lambat. Matanya menerawang, "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. tetapi Aku selalu berharap bahwa Nizam tidak akan pernah melakukan sesuatu yang akan membuat ku berpaling? Lagipula Edward sudah akan menikah. Tentu saja Aku tidak mungkin lari ke dalam pelukannya"     

Cynthia menatap Alena sangat dalam. Ia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Tapi Cynthia tahu pasti bahwa hidup Alena tidak akan mudah. Hidup di Istana tidak lah mudah. Tetapi Cynthia sendiri akan selalu berada disisi Alena.     

Dan Ia tidak pernah berniat melepaskan tangan Edward dari pegangannya. Ia tahu bahwa Edward akan selalu ada dibelakang Alena untuk selalu melindunginya. Ia tidak perduli seberapa dalam Nizam membenci Edward. Karena dalam benaknya Ia akan selalu tahu bahwa Edward sangat bisa diandalkan, bahkan jika dibandingkan dengan Nizam sendiri. Emosi Nizam yang cepat meledak malah membuat Cynthia meragukan keakuratan perlindungan Nizam pada Alena.     

Cinta Edward pada Alena sesuci embun pagi dan sebening mata air. Cinta Edward pada Alena suci dan putih bagaikan salju yang turun di musim dingin.     

"Ah..sudahlah Alena. Tidak usah membicarakan Edward lagi. Ia akan menikah dua Minggu lagi. Besok kita sudah ada di Amerika dan kita akan melanjutkan kuliah kita sampai selesai dan kata Nizam Kau akan melahirkan di Amerika. So jadi.. untuk sementara tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita akan hidup dengan tenang setenang permukaan laut yang tiada berombak." Cynthia berkata penuh harap.     

"Iya... kita lupakan Edward. Kata Nizam Kita akan menghadiri pernikahan Edward. Dan Aku sangat senang sekali. Akhirnya Nizam menerima kehadiran Edward."     

Hanya Cynthia yang terkejut mendengar bahwa Nizam akan menghadiri pernikahan Edward. Ia mencium sesuatu yang tidak beres akan terjadi. Untuk apa si kepala batu itu menghadiri pernikahan Edward.     

Alena sendiri malah tersenyum sambil mengambil saos pedas lalu menekan botolnya sampai isinya keluar membuat kuah baso menjadi bewarna merah. Perhatian Cynthia pada Edward jadi beralih pada kuah bakso Alena. Cynthia bergidik ngeri sendiri.     

"Mengapa Kau makan makanan beracun seperti itu." Kata Cynthia sambil menatap ngeri pada makanan Alena. " Kau seperti Nizam saja bilang makanan ku beracun" Kata Alena sambil tertawa.     

"Hati-hati dengan bayi dalam kandunganmu" Kata Cynthia. Para penjaga Alena juga jadi ikut menatap Alena sambil sedikit tegang. Bau pedas kuah bakso seperti menusuk hidung mereka. Tapi mereka juga tidak berdaya melarang Alena untuk tidak memakan makanan itu. Bisa -bisa Alena menangis meraung-raung karena Bakso nya diambil.     

Menunggui para majikan yang memiliki garis keturunan pertama atau kedua dari pewaris tahta kerajaan membuat lebih sulit daripada menjaga nyawa sendiri. Alena menggelengkan kepalanya dengan menawan.     

"Anakku harus lebih Indonesia daripada Azura. Dia harus lebih menyukai sambal dibandingkan yogurt. Dia harus lebih menyukai nasi daripada roti. Dia harus kuat memakan pedas"     

Mata Chyntia terbelalak. "Anakmu akan menjadi milik Azura. Kau tidak berhak mengaturnya. Karena Ia akan menjadi rakyat Azura sepenuhnya." Cynthia bicara dengan sedikit gusar.     

Sekarang gantian mata Alena yang terbelalak lebar.     

"Bagaimana bisa seperti itu? Anak ini adalah anak kami berdua bukan hanya anak Nizam bagaimana bisa Ia jadi rakyat Azura sepenuhnya. Aku ingin Ia menjadi warganegara Indonesia bukan Azura. Enak saja!! Dia harus hapal Pancasila dan UUD 45. Bahkan bila perlu aku akan menina bobokan dia dengan lagu Indonesia Raya"     

Cynthia menatap wajah Alena dengan pandangan aneh. Apa yang sedang diocehkan sahabatnya itu. Apa Ia tidak pernah diberi tahu Nizam kalau kelak anaknya akan menjadi rakyat Azura secara otomatis dan Alena tidak berhak mengatur hidupnya. Anaknya Alena harus tunduk dan patuh pada seluruh aturan kerajaan.     

Bukankah itu yang ditandatangani Sebelum pernikahannya dilangsungkan. Karena Cynthia dan Orangtuanya dulu juga menandatangani seluruh perjanjian pernikahan yang salah satunya menyatakan bahwa anak yang dilahirkan dari para pangeran akan menjadi hak milik kerajaan sepenuhnya.     

Cynthia terdiam, Ia lalu menoleh ke arah Nizam yang sedang mengobrol dengan Pangeran Thalal di beranda tamu Bandara. Ia merasa Nizam menyembunyikan status anak Alena. Kemungkinan besar Nizam tidak memberitahukan tentang perjanjian pernikahan yang sebenarnya pada Alena. Tapi Ia melihat Nizam tampak asyik mengobrol dengan Pangeran Thalal sambil menghisap rokok. Cynthia mengeratkan giginya. Lagi-lagi Nizam membodohi Istrinya.     

Cynthia menutup mulutnya rapat-rapat. Memberitahu Alena sekarang kondisi yang sebenarnya akan memberikan dampak yang tidak baik. Bukankah Alena baru saja terlepas dari permasalahan yang hampir merenggut nyawanya.     

Masih untung kondisi kandungan nya sangat kuat. Diusia hampir menginjak lima bulan Alena terlihat semakin cantik dan sehat. Badannya semakin montok dan menawan. Wajahnya semakin berseri bagaikan cahaya bulan purnama. Ia tidak mau wajah Alena yang berseri-seri jadi muram karena analisa Cynthia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.