CINTA SEORANG PANGERAN

Perasaan Gila



Perasaan Gila

0Nizam terdiam duduk dibelakang mobil, Arani menahan nafasnya melihat wajah Nizam yang terlihat sangat mengerikan. Kedua tangannya mengepal. Mulutnya terkatup rapat. Suara mobil yang menderu dijalan raya seakan membuat hati semakin mencekam. Di belakang kendaraan mereka ada mobil lain yang mengikuti. Suasana di dalam mobil yang kedua tidak kalah mencekam. Ali, Fuad , Doni dan beberapa anak buah Doni mengikuti kecepatan mobil Nizam. Perasaan cemas, ketakutan, ngeri, galau dan gelisah seakan bercampur padu menjadikan hati semakin tidak karuan.     
0

Nizam terus menerus menyesali kecerobohannya hingga membuat istrinya bisa lolos dari pengawasannya. Ia sangat gelisah mengingat Ia belum tahu bagaimana Nendri. Bagi dirinya Nendri lebih misterius daripada Andre. Ia yang biasanya waspada kini merasa terperdaya oleh musuh yang jelas-jelas ada di depan matanya sendiri. Tadinya Ia mengira Doni ikut terlibat karena Nendri adalah orang bawaan Doni. Tetapi kehadiran Doni ke hadapannya ketika Nizam memanggilnya melunturkan kecurigaannya. Sampai sekarang Nizam tidak mengetahui mengapa Nendri bisa menculik Alena. Kecurigaan bahwa Nendri membelot pada Andre sedikit memenuhi kepalanya.     

Nizam memijat kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Ia lalu menutup kedua wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Hatinya benar-benar kalut. Seandainya Nendri melakukannya karena motif uang. Nizam pasti akan memberikan berapa pun yang diinginkan Nendri. Tapi sampai sekarang Tidak ada telepon yang masuk untuk meminta suatu keinginan.     

"Yang Mulia…" Arani mencoba berbicara.     

"Jangan bicara apapun. Kepalaku seperti hendak meledak" Kata Nizam.     

"Baiklah Yang Mulia" Arani mengangguk pasrah. Tadinya Ia ingin menenangkan hati Nizam.     

"Apakah GPS mengarahkan ke jalan yang benar?" Tanya Nizam kepada sopir yang mengendarai mobilnya.     

Si sopir melirik ke layar handphonenya dan berkata. "Semoga saja benar, Sinyal menunjukkan Tuan Putri Alena di bawa ke daerah pinggiran kota. Semoga Handphone Tuan Putri tetap menyala.'     

"Ya Tuhan..berilah perlindungan pada istriku". Mata Nizam berkaca-kaca dan Ia kemudian tidak dapat menahan air mata yang mulai mengaburkan pandangannya. Hatinya bagai dicabik-cabik sangat menyakitkan.     

***     

Alena membuka matanya dengan kepala teramat pusing. Samar-samar Ia melihat dinding sebuah kamar yang bewarna hijau. Alena mengerang Ia lalu memegang kepalanya.     

"Apa kau baik-baik saja?" Suara orang yang bertanya padanya. Alena malah kebingungan Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.     

"Aah..Kepalaku sakit…siapa kamu? Mengapa Aku ada di sini?" Alena merintih. Rintihan suara Alena malah membuat Nendri merasakan sekujur tubuhnya berkeringat. Mendengar suaranya Nendri sudah merasa sangat bergelora. Bagian bawah tubuhnya seketika memberontak ingin mengamuk.     

"Putri Alena, Apa yang sakit? Apa yang Kau rasakan?. Mari Aku bantu untuk menghilangkannya." Nendri berkata dengan suara bergetar. Ia berjalan mendekati tempat tidur tempat Alena berbaring.     

Alena tertidur terlentang dengan gaun panjang menutupi tubuhnya. Ujung kakinya tampak bergerak-gerak menggesek-gesek tempat tidur menahan sakit dikepalanya. Perutnya juga mual sekali, Alena ingin muntah.     

"Aku pusing sekali, ingin muntah. Nizam…Nizam…" Alena memegang perutnya dan mulai memiringkan tubuhnya Ia lalu bangun dan mau bangun. Nendri langsung memegang bahunya. Ia menatap wajah Alena yang polos dan lugu. Tapi malah membuat Nendri semakin bergairah. Nendri mengulurkan tangannya hendak memegang pipi Alena. Alena menahannya sambil terheran-heran.     

"Kamu siapa? Bukankah Kamu Nendri?" Tanya Alena mulai mengingat-ngingat wajah yang didepannya.     

" Iya sayang ini Aku Nendri, Kau tahu ? Aku sangat menyukaimu sejak awal bertemu" Kata Nendri tersenyum. Wajahnya sendiri sebenarnya tidaklah jelek. Sebagai ketua Agen Ia memiliki karisma dan wibawa tersendiri. Matanya yang tajam menyiratkan bahwa hidupnya sudah banyak mengalami asam dan manis kehidupan. Lama berkecimpung dengan kasus dan permasalahan orang membuat Nendri juga mengenal berbagai tipe orang termasuk perempuan.     

Entah berapa banyak wanita yang menjadi kliennya atau malah menjadi target kliennya. Ia sudah bertemu dengan banyak wanita, bahkan pernah membunuh beberapa diantaranya atas suruhan kliennya. Nendri sedikitpun tidak pernah tergoda. Bahkan beberapa wajahnya memiliki kecantikan di atas Alena. Tetapi wajah cantik Alena yang begitu mempesona membuat Ia lemah tak berdaya. Ia membahayakan keselamatannya sendiri untuk mencoba melanggar peraturan no 1 yang ada di Organisasi kerjanya, yaitu untuk tidak terlibat secara perasaan dengan kliennya. Sekarang Ia sendiri melanggar aturan yang dibuatnya sendiri. Ia mempertaruhkan nyawanya hanya untuk memiliki Alena.     

Alena masih belum tersadar sepenuhnya. Walaupun Ia sudah tahu yang di depannya adalah Nendri tetapi Ia masih kebingungan dengan suasana yang terjadi. Mata Alena yang indah bagai bintang kejora menatap Nendri. Nendri sampai panas dingin dibuatnya. "Mengapa Kau ada didepanku? Mana suamiku? Mana? " Ingatan Alena mulai pulih sedikit demi sedikit. Nendri tersenyum,     

" Maafkan Aku. Aku sudah membawamu dari sisi Pangeran Nizam"     

"Tapi mengapa? Ada apa? Apa Nizam menyuruhmu?" Alena masih tidak mengerti. Ia benar-benar kebingungan. Sejak menikah dengan Nizam Ia belum pernah sedekat ini dengan pria. Apalagi pria asing.     

"Aku menculikmu" Nendri mengusap bahu Alena. Alena ternganga, mulutnya terbuka lebar. Ia segera menyadari apa yang terjadi sebenarnya. "Plak…" Tangan Alena refleks menampar pipi Nendri. Tubuhnya langsung beringsut menjauhi Nendri. Nendri malah mengusap bibirnya menggunakan telunjuknya, lalu tersenyum.     

"Apa yang kamu inginkan? Apa kamu menginginkan Uang?" Alena langsung ketakutan.     

"Uang?? Aku tidak butuh uang. Aku sudah memiliki banyak uang. Aku menginginkan mu" Kata Nendri sambil tersenyum menjijikan. Sebenarnya senyum Nendri amat menawan tetapi bagi Alena membuat Ia bertambah mual.     

"Kau!!! Mengapa Kau begitu menjijikkan? Aku adalah istri orang. Aku sedang hamil. Apa otakmu tidak waras?" Kata Alena sambil memepetkan badannya ke sandaran tempat tidur. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Seakan mulai mengumpulkan titik-titik air mata untuk melingkupi permukaan matanya.     

"Iya..Aku sudah tidak waras, dan Kau yang membuat aku tidak waras. Aku tidak perduli Kau siapa? Aku ingin memilikimu. Dan Aku tidak keberatan kalau harus membesarkan anak orang lain. Sepanjang kau mau hidup denganku. Aku akan melakukan apapun untuk itu, termasuk melawan suamimu dan melawan Andre"     

Air mata Alena perlahan turun dari permukaan matanya, meleleh menyusuri kedua pipinya yang ranum. " Nendri!! Kau tahu? Aku mencintai Nizam. Dan Aku tidak mengenalmu sama sekali. Aku hanya tau kalau kau adalah pengawal diriku. Aku terbiasa menghadapi lelaki yang mencintaiku berbuat hal gila sepertimu. Hanya Aku tegaskan kepadamu. Kau hanya bisa memiliki Aku, kalau Aku sudah menjadi mayat."     

Nendri tertawa, " Jawaban yang cerdas, Kau tau sekali apa kelebihanmu. Tentu saja Kau akan menjawab seperti itu. Aku sama sekali tidak mengharapkan Kau akan menyerah dengan cepat, sedikit paksaan mungkin akan lebih menyenangkan" Nendri menyeringai, membuat Alena semakin ketakutan.     

Alena lalu mulai berpikir keras untuk menghadapi Nendri. Ia harus mencoba menenangkan gejolak yang ada di hati Nendri. Tetapi ketakutan yang melingkupinya membuat air matanya mulai mengalir dengan deras.     

"Kalau Kau menangis, Kau malah membuat Aku semakin bergairah. Menurutlah!! Mungkin Aku akan lebih lembut kepadamu. Aku tidak ingin bayi dalam perutmu kaget menerimaku"     

"AAkh…" Alena menutup kedua telinganya. Ia jijik sekali mendengar perkataan Nendri. Ketika Nendri naik ke atas tempat tidur. Alena menjerit histeris, " TIDAK!!! Nizam!! Selamatkan Aku!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.