CINTA SEORANG PANGERAN

Siapa yang Akan Menyelamatkan?



Siapa yang Akan Menyelamatkan?

0Nizam membuka matanya ketika hari sudah menjelang sore, tapi kemudian matanya terpejam kembali. Tangannya lalu menggapai-gapai mencari Alena. Ketika Ia hanya menemukan ruang kosong disampingnya Ia segera membuka matanya lebar-lebar.     
0

Ia lalu duduk ditepi ranjang sambil menggerakan lehernya ke kiri dan ke kanan.     

Ketika keheningan mulai menyergapnya Nizam baru menyadari bahwa Alena tidak ada di kamar. Ia lalu berjalan ke arah kamar mandi dan membuka pintunya. Nizam membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Ia tersenyum nakal, kalau Alena lagi mandi Ia akan ikutan mandi juga. Tapi sialnya kamar mandi malah kosong. Nizam tidak berpikiran yang aneh, Ia malah mandi untuk menyegarkan badannya.     

Setelah berpakaian Nizam baru menyadari kembali kalau Alena tidak juga masuk ke kamar. Apa Alena sedang ada diluar kamar. Sedang ngobrol dengan ayah ibunya kah. Nizam akhirnya keluar dari kamar. Kebetulan Ia juga merasa lapar. Ia ingin makan sesuatu. Tidur selama beberapa jam membuat cacing diperutnya memberontak.     

Melihat Nizam keluar kamar, Ibunya Alena yang sedang memperhatikan para pelayan menyiapkan makanan langsung tersenyum. "Naah..sudah bangun rupanya. Ayo panggilkan Alena kita makan bersama" Kata ibunya Alena.     

Nizam mengerutkan keningnya. "Bukankah Alena ada di sini. Ia tidak ada dikamar" Kata Nizam sambil menatap mertuanya.     

"Lho..Ibu dari tadi tidak melihatnya. Bukankah dari tadi Ia ada dikamar bersamamu" Ibunya Alena menjawab dengan wajah terheran-heran. Wajah Nizam sesaat menjadi pucat. Ia segera berlari ke arah pintu depan. Ia membuka pintu dan langsung berteriak kepada Ali dan Fuad yang sedang asyik berbincang di teras depan.     

"Ali !! Fuad! Apa Kalian melihat Putri Alena pergi?" Suara Nizam menggelegar bagaikan suara guntur.     

Ali dan Fuad langsung berdiri kaget, mereka saling berpandangan lalu menggelengkan kepalanya.     

"Hamba tidak melihat Tuan Putri keluar. Bahkan Hamba hendak menanyakan sesuatu, Pada kemana penjaga yang dikirim Nendri. Karena tadi Kami ke air dulu dan ketika kembali Kami tidak menemukan satupun penjaga dari Nendri.     

Wajah Nizam langsung kelam. Ia melangkah ke depan dan Plak..Plak.. Ia menampar ke dua penjaganya dengan sekali tampar. Darah langsung meleleh dari setiap sudut mulut mereka.     

Dari belakang terdengar jeritan ibunya Alena membuat Nizam sesaat bisa menahan emosi. Ia lalu melihat Arani yang turut pucat disamping ibunya Alena.     

"Telepon Doni sekarang juga!!' Suara Nizam tampak gemetar. Kedua tangannya mengepal, geram Ia melihat ke arah dua pengawalnya yang sekarang sedang berlutut. Beruntungnya mereka, sekarang sedang ada di dalam kediaman Alena. Apabila tidak ada maka habislah Fuad dan Ali dihajar majikannya.     

Tanpa banyak bicara, Arani langsung menelpon Doni. Ibunya Alena yang menyadari bahwa Alena menghilang Ia menjadi panik. Apalagi suaminya tidak ada ditempat, Ia masih ada dikantornya. Arani segera membawa ibunya Alena ke dalam agar menjauh dari Nizam yang tampak sangat murka.     

Nizam sangat marah tetapi Ia tidak bisa berbuat apa-apa Ia hanya bisa menyalakan rokok dan menghisapnya dengan kuat sambil menunggu Doni. Nizam benar-benar tidak mengerti kenapa ia bisa sampai terpedaya oleh orang sekelas. Ia bingung apa motif Nendri mengambil Alena.     

Apakah uang atau apa? Kalau uang ia tidak mengerti bukankah Ia sudah member uang yang sangat banyak sebagai pembayaran dari hasil kerjanya. Apa mungkin Nendri membelot kepada Andre karena Andre menawarkan sesuatu yang lebih menarik. Nizam menjadi kebingungan sendiri.     

Untungnya tidak lama kemudian Doni datang dengan beberapa anak buahnya.     

"Yang Mulia.." Doni menganggukan kepalanya sambil kemudian menunduk merasa salah.     

"Kita ke rumah Andre sekarang, atau Kita ke tempat Nendri" Suara Nizam begitu dingin.     

"Kita ke rumah Andre saja yang Mulia, Karena kalau memang Nendri yang sudah menculik Putri Alena makan Ia pasti akan pergi ke tempat lain. Nendri pasti ketakutan karena Saya tahu kediamannya."     

" Kalau begitu kita tidak usah membuang waktu lagi, Kita pergi sekarang ke rumah Andre"     

Andre tampak .gelisah ketika melihat anak buahnya sedang melacak keberadaan Alena melalui sinyal yang terdeteksi dari handphone Alena.     

"Bajingan itu telah menikungku. Beraninya Ia menyentuh Alenaku. Aku akan memotong kedua tangannya dengan tanganku" Andre morang – maring.     

Susah payah Ia merancang strategi ini, Nendri menghancurkannya hanya dengan sekali pukul. Ibaratnya Ia yang menanam tapi Nendri yang menuai. Ia tidak menyangka kalau Nendri bisa menculik Alena. Tetapi sama halnya dengan Nizam Ia tidak mengerti apa motif Nendri menculik Alena. Kalau motifnya uang kenapa Ia tidak meminta tebusan saja.     

" Bos..sinnyalnya sudah terlacak.."     

"Kerja bagus, ayo kita pergi sekarang. Jangan buang-buang waktu lagi!" Andre segera berlari ke luar naik mobil dengan seorang penjaga dan sopir. Sementara itu para penjaganya megikuti dia dengan membawa senjata lengkap.     

Dan tentu saja Nizam tambah kesal ketika mereka tiba dikediaman Andre, Andre sudah tidak ada ditempat. Nizam semakin geram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.