CINTA SEORANG PANGERAN

Jailnya Alena



Jailnya Alena

0Nizam menutup pintu kamar sambil melihat kamar. Kamar yang menurutnya sangat kumuh. Tapi ada Alena disampingnya semua tempat menjadi indah. Alena melangkah dengan cepat menuju kamar mandi. Ia ketakutan Nizam akan segera menariknya ke tempat tidur. Padahal badannya sangat lengket dan sangat tidak nyaman.     
0

Melihat mangsanya mau melarikan diri, Nizam langsung mau menghalangi tapi Alena terlanjur masuk ke dalam kamar mandi. Sialnya pintu kamar mandi malah dikunci dari dalam.     

"Alena..Alena..buka pintunya!! " Nizam mengetuk pintu kamar mandi dengan keras.     

'Aku sakit perut, maaf" Kata Alena menjawab sambil tertawa membayangkan Nizam yang pasti lagi kusut wajahnya. Sekali-kali Si otak mesum itu harus diberi pelajaran. Kata Alena dalam hati. Lagipula Ia memang sakit perut.     

Nizam jadi morang-maring kesal. Padahal nafsunya sudah ada di ubun-ubun. Tapi alasan Alena memang tidak bisa untuk tidak dimengerti. Kalau sakit perut emang mau ngapain lagi. Seharian disekap Nendri pasti sudah menimbulkan perasaan mulas di perut Alena.     

Nizam sebenarnya sedang menyelidiki bahasa tubuh Alena untuk mengetahui apakah Nendri berhasil menyentuhnya atau tidak. Alena bukan tipe orang yang bisa menyembunyikan perasaannya. Ia tidak perlu menguji kesucian Alena sebagaimana halnya Sri Rama menguji kesucian Dewi Shinta seusai Dewi Shinta diculik Rahwana.     

Alena bukanlah Dewi Shinta yang begitu lemah lembut dan mampu memunculkan sisi kewanitaan yang alami. Alena adalah tipe wanita yang kalau hatinya A maka wajah dan mulutnya akan A. Kalau Ia ingin menghajar maka Ia akan menghajar. Kalau Ia ingin bercinta maka tanpa memiliki rasa malu Ia akan meminta.     

Melihat Alena menghadapi dirinya dengan tingkahnya yang masih seperti biasa. Nizam yakin bahwa Nendri tidak berhasil menyentuh Alena. Kalau seandainya Nendri berhasil menyentuh Alena pasti sekarang Alena tidak akan bertingkah laku yang normal sebagai mana seorang Alena bersikap. Kalau Nendri sudah berhasil menyentuhnya pasti sekarang Alena akan sedikit tidak nyaman berada di dekat Nizam.     

Nizam menghela nafas lega. Ia sebenarnya tidak akan menyalahkan Alena kalau seandainya Nendri berhasil menyentuhnya. Tapi tetap saja sebagai laki-laki. Ia sangat keberatan kalau Istrinya disentuh orang lain. Ia memiliki perasaan cemburu besar terhadap Alena. Apalagi Ia menyadari pesona Istrinya yang luar biasa kuat di mata para lelaki.     

Nizam sempat berpikiran untuk membuat Alena tinggal di istananya dan tidak akan pernah Ia keluarkan lagi. Tapi pikiran itu lantas Ia buang jauh-jauh. Alena bukan tipe burung yang tahan di dalam sangkar. Ia adalah wanita yang memiliki kepribadian yang unik. Walaupun Alena mencintai dirinya tapi Ia bukan wanita yang bisa menyerahkan seluruh hidupnya hanya untuk tunduk kepada suaminya.     

Ia berulang kali membela Edward di depannya. Padahal Alena tahu kalau Nizam sangat cemburuan. Sekarang Ia malah menidurkan Andre dipangkuannya. Tadi begitu melihat pemandangan yang mengerikan Nizam sangat murka dan ingin mencabik-cabik tubuh Andre. Tapi kenyataan bahwa Andre menyelamatkan nyawa Alena dan menembak mati Nendri membuat Ia bisa berpikir sedikit rasional.     

Nizam lalu melepaskan sepatunya. Ia membuka pakaiannya hingga hanya bertelanjang dada. Ia membuka jendela kamarnya dan memandang kota Surabaya dari lantai lima. Tiba-tiba pintu diketuk dari luar.     

Lupa Ia bertelanjang dada, Nizam membuka pintu. Dilihatnya Ali dan Fuad sudah nangkring di depan kamarnya. Dan pelayan hotel yang membawa baki berisi makanan pesanan Arani untuk Alena. Pelayan Wanita itu langsung tercengang ketika pintu terbuka di depannya ada sebidang dada yang begitu indah. Wajahnya mendadak merah dan tubuhnya gemetar.     

"Maaf Yang Mulia, Ini makanan untuk Putri Alena dan yang mulia" Katanya sedikit gelisah.     

Nizam menganggukkan kepalanya. Tapi ketika si pelayan itu mau masuk. Ali langsung menahannya. "Maaf yang Mulia, seperti biasa ini standar keamanan" Katanya sambil mengeluarkan jarum perak dan sendok kecil. Melihat menggunakan jarum apakah ada racun atau tidak. Lalu mencicipi pakai sendok kecil. untuk mengetahui apakah rasanya masih layak. Nizam membiarkan kelakuan penjaganya.     

Pelayan Wanita itu memandang tingkah orang-orang tampan di hadapannya dengan aneh. Tapi untungnya tadi ia di kasih tahu dulu bahwa yang dikamar adalah Seorang Pangeran dari Arab.     

Melihat pelayan tampak gugup ketika menyimpan makanan di meja. Nizam baru menyadari kalau Ia bertelanjang dada. Nizam jadi malu-malu kucing. "Maaf Miss. Saya bukannya bermaksud tidak sopan" Katanya sambil segera menyambar selimut hotel dan dipakai untuk menutupi badannya.     

Pelayan menganggukan-nganggukan kepalanya dengan sedikit kecewa. Padahal Ia tidak keberatan sama sekali dengan penampilan Nizam yang spektakuler. Setelah menyimpan makanan lalu pamitan. Pelayan itu segera pergi sambil menata deburan jantungnya yang berdetak kencang.     

Ketika Nizam mau menutup pintu Ia masih melihat Fuad dan Ali berdiri di depan pintu. Wajah Nizam segera berubah tambah kusut.     

"Menyingkirkan kalian berdua dari depan kamar ku" Nizam berkata dengan kesal. Bukankah ini kamar tidak memiliki peredam suara. Apa mereka mau mendengarkan rintihan suara Alena. Nizam tahu persis Alena tidak bisa mengontrol mulutnya kalau sedang bercinta. Ia harus membungkam mulut Istrinya berulang kali. Tapikan tidak bisa terus-terusan.     

"Yang Mulia tolong biarkan kami" Kata Fuad dengan cemas. Bukankah tadi mereka mengalami kejadian yang mengerikan. Putri Alena diculik dan terjadi adu senjata hingga banyak korbannya. Nizampun memahami juga kegalauan hati pengawalnya. Lagi pula Ia sudah menampar mereka tadi. Akhirnya Nizam berkata.     

"Ok.. baiklah... Kau bilang pada Arani untuk menyewa semua kamar yang ada dilantai ini. Kalau ada tamu, suruh pindah dengan pemberian kompensasi yang sangat besar. Lalu kau boleh berjaga di depan pintu lift dan didepan tangga masuk. Pokoknya Aku tidak mau melihat Kalian ada di depan pintu ini. Menyingkirlah cepat. Kepalaku sudah mulai pusing!!" Nizam menghardik anak buahnya sehingga mereka langsung bergerak cepat.     

Nizam menutup pintunya dengan kesal tapi kekesalannya langsung hilang melihat Alena sudah keluar dari pintu kamar mandi dengan kondisi wangi dan basah. Berdiri dengan menggunakan handuk putih yang menutupi tubuhnya.     

Mata Nizam semakin melotot ketika dengan gerakan sengaja Alena melepaskan handuknya. "Eh.. handuknya lepas!! Kata Alena sambil tersenyum menggoda. Nizam melihat handuk Alena melorot ke bawah dan tubuh indah Alena terpampang di depan matanya.     

Cukup sudah dengan godaan ini. Nizam langsung berjalan ke arah Alena lalu dengan sekali gerakan Ia meraih tubuh Alena dan membopongnya ke atas ranjang.     

"Kucing Kecil..Aku akan menghabisi mu" Kata Nizam sambil mengeram.     

Alena tertawa genit dan menjerit kecil ketika Nizam seperti gelap mata. Nizam lalu meraih remote TV di meja kecil lalu menyalakan tv agar suara Alena sedikitnya dapat teredam oleh suara TV. Karena Nizam khawatir masih ada orang-orang yang beraktivitas di depan kamar mereka.     

"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.