CINTA SEORANG PANGERAN

Tembakan Jitu.



Tembakan Jitu.

0Alena mendengar suara tembakan yang sangat keras. Ia terkejut setengah mati. Tubuhnya yang sedang berada dipangkuan Nizam langsung menggigil. "Su..suara apa itu??" Tanyanya sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya. "Mungkin itu suara ban mobil orang lain yang meletus. Tidak usah khawatir" Jawab Nizam sambil tetap meminta Alena untuk bergerak secara vertikal. Ia memalingkan wajah Alena yang sedang duduk membelakanginya. Wajah Alena dipalingkan dari depan ke belakang agar Nizam bisa mencium bibirnya.     
0

Alena langsung terdiam karena mulutnya dibungkam. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Karena memang dalam situasi dikejar-kejar mobil penguntit maka laju kecepatan mobil kadang tidak stabil. Alena merasakan jalannya mobil yang berbelok-belok membuat tubuh serasa berguncang. Tapi Nizam tidak sedikitpun merasa terganggu. Hingga kemudian semua nya selesai dan Alena terkapar kelelahan lalu terlelap di samping Nizam. Nizam membetulkan pakaiannya yang terbuka. Ia menyeka keringatnya yang sempat menetes. Kemudian meminta penyekat dinaikan.     

Begitu penyekat dinaikkan, Nizam berbicara kepada Ali. "Berikan senjatamu" Katanya dengan suara dingin. Ali tertegun Ia kemudian memberikan senjatanya kepada Nizam. Mata Ali melirik ke arah Alena yang terlelap.     

Nizam tahu apa yang ada dalam benak Ali. Ali pasti kebingungan dengan tingkah Nizam dari tadi, makanya dengan wajah beku Nizam lalu berkata, "Aku harus menidurkan dulu istriku sebelum bertindak"     

"Ooh....." Ali mengangguk-angguk tidak jelas entah Ia mengerti atau tambah bingung. Tapi Ia segera mengalihkan pandangan ke depan. Tidak berani melirik ke belakang lagi. Apalagi melihat Nizam sedang memegang senjata. Ketahuan Ia melirik wajah istrinya lagi bisa-bisa Ia yang kena tembak.     

Nizam Lalu berkata pada Fuad, "Fuad perlambat kecepatan mobil kita!! Usahakan mobil kita untuk sejajar dengan mobil mereka. Biarkan mobil pengawal yang dibelakang mendahului kita. Sudah saling menembak dua kali tetapi tidak ada satupun yang kena. Memalukan!!"     

"Siap Yang Mulia" Kata Fuad sambil berkonsentrasi. Sedangkan Ali segera memberi aba-aba agar mobil yang dibelakangnya mendahului mereka. Diam-diam Ali mengagumi kecepatan berpikir majikannya. Ia sedari tadi kebingungan harus melakukan apa karena Nizam belum memberi kan perintah.     

Masalahnya memang seperti kata Nizam ada Alena diantara mereka dan Nizam tidak ingin Alena tahu apa yang terjadi sehingga Ali sama sekali tidak berani menembak. Ali tidak berani bertindak sebelum Nizam perintahkan. Padahal mobil yang mengejar mereka sudah mulai menembak duluan sehingga mobil pengawal yang dibelakang mereka akhirnya membalas tembakan mereka.     

Fuad membelokkan mobilnya ke samping kanan untuk membiarkan mobil pengawal Nizam melaju duluan. Sementara itu Mobil lawan karena fokus tembak menembak dengan mobil pengawal Nizam mereka tidak menyadari kalau mobil Nizam melambat dan kemudian mereka sejajar.     

Nizam membuka kaca jendelanya perlahan lalu Ia mengangkat senjatanya setelah sebelumnya memasang peredam suara pada senjatanya dan "Dor...dor.." dua kali senjata di tangan Nizam meletus. Tembakan dari arah samping menembus kaca jendela mobil. Dua peluru meluncur dari moncong senjata melesat lurus menuju sasaran. Nizam adalah penembak jitu yang berlatih sejak kecil. Sehingga setiap kali Ia mengangkat senjatanya sangat jarang meleset. Tembakan Nizam yang jitu itu langsung mengenai tangan sopir dan tangan yang memegang senjata.     

Terdengar pekikan dua orang sebelum kemudian mobil yang dikendarai oleh sipenguntit lepas kendali Karena tangan sopir tertembak. Kemudian mobil melaju kehilangan arah dan menabrak pembatas jalan.     

"Ouch..sial..aduh sakitnya..." Pemuda yang memegang senjata itu memegang tangannya yang berlumuran darah. Senjatanya terjatuh. Sedangkan sopirnya pingsan karena terhantam dinding pembatas. Tangan dan kepalanya berlumuran darah.     

Sesaat Fuad akan menghentikan mobilnya. Tetapi tidak jadi karena Nizam berkata seraya memberikan senjatanya kepada Ali.     

"Tidak usah berhenti, maju terus ke apartemen. Aku tidak mau mengambil resiko Alena terbangun dan ketakutan. Lagipula kalau kita menginterogasi sekarang. Urusannya jadi panjang"     

Fuad menganggukan kepalanya lalu menginjak gas dan kembali melesat meninggalkan mobil yang teronggok di jalan dengan kondisi setengah ringsek.     

Nizam memindahkan kepala Alena yang bersender ke sisi mobil agar bersender dibahunya. Nafas Alena mengalun dengan lembut. Alena benar-benar terlihat kelelahan. Keringatnya bahkan masih menetes, Nizam lalu mengusapnya dengan lembut. Mata Nizam Kemudian segera terpejam wajah yang begitu tenang seakan tidak ada kejadian apapun yang menimpa mereka.     

***     

Sementara itu di mobil pengawal, Imran menengok ke belakang, Ia melihat mobil sipenguntit sudah dalam kondisi ringsek. Ia lalu menggelengkan kepalanya. Berkata pada sopir, " Tembakan yang Mulia sungguh luar biasa. Entah apa yang ditembaknya sehingga mobil mereka sampai bisa langsung menghantam pembatas jalan. Padahal tadi Imran berusaha menembak ban mobil mereka tapi tidak ada satupun yang kena kecuali ke badan mobilnya.     

Tetapi sesaat pertanyaan Imran tidak ada satupun yang menjawab hingga kemudian Zamroni yang sedari tadi melihat ke arah belakang berkata. "Aku berani bertaruh Yang Mulia tidak menembak ban mobil mereka karena Aku tidak mendengar suara letusan ban pecah."     

"Apa yang Mulia menembak mati mereka?" Tanya seorang pelayan laki-laki.     

Imran menggelengkan kepalanya. "Seperti Yang Mulia tidak sebodoh itu. Yang Mulia tidak akan mengambil resiko melenyapkan nyawa orang dengan mudah di negara lain kecuali dengan alibi yang meyakinkan"     

"Kalau begitu Yang Mulia mungkin menembak tangan mereka" Kata Zaid si sopir yang dari tadi ikut berpikir keras.     

"Itu adalah jawaban yang masuk diakal" Kata Imran. Suasana kemudian hening tetapi dalam pikiran mereka berkecamuk kekaguman kepada Putra Mahkota Kerajaan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.