CINTA SEORANG PANGERAN

Chief Jeremy



Chief Jeremy

0Mobil yang dikemudikan oleh Fuad kembali berjalan stabil. Nizam membuka matanya setelah beberapa saat terpejam. Tangannya masih memeluk Alena yang bersender di bahunya. Ia tiba-tiba teringat sesuatu.     
0

"Putar arah ke Hotel Gardenia, Kita tidak akan ke apartemen."     

Fuad dan Ali tampak kebingungan tapi tidak berani membantah. Jarak antara posisi mereka ke Hotel Gardenia dan ke Apartemen jelas lebih jauh ke Hotel Gardenia. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Nizam tetapi Fuad tidak berani berkata sepatah pun. Ia memutar mobilnya dan kemudian kembali melajukan mobilnya dengan santai.     

"Nizam...Nizam...Aku ingin lagi...Aku belum puas...." Alena mengguman dalam tidurnya. Ia memeluk Nizam dengan erat. Mata Nizam terbeliak mendengar gumanan Alena. Apalagi kemudian Ali dan Fuad dengan kompak menoleh kebelakang karena refleks mendengar Alena mengguman.     

Wajah Nizam merah padam, Mengapa Alena harus mengguman kata-kata yang memalukan seperti ini. Melihat penjaganya melihat ke arah mereka dengan pandangan tersipu-sipu. Nizam menjadi meradang menerjang "Apa yang kalian lihat?? Cari mati??" Nizam berdesis gusar. Ali dan Fuad langsung mengarahkan kembali pandangan matanya ke depan sambil pucat pasi.     

Nizam mengamati wajah Alena apakah Alena sudah bangun dan mengucapkan kata-kata tadi dalam keadaan tersadar atau dia mengigau dalam tidurnya. Tetapi kemudian dilihatnya mata Alena tetap tertutup rapat dan wajahnya begitu tenang. Nafasnya mengalun dengan lembut. Nizam segera menyadari bahwa Alena sedang tertidur pulas dan dia mengigau dalam tidurnya. Nizam menggelengkan kepalanya, "[ Perempuan ini dalam tidurpun masih menggoda Aku. Dia selalu membuat Aku kepanasan. Dia seperti aprodisiak bagiku]" Nizam mengumpat dalam hatinya.     

Matahari di musim panas bersinar dengan terik. Orang-orang berlalu lalang dengan pakaian minim. Dari dalam mobil jelas terlihat pemandangan yang sangat menggoda. Tetapi karena memang Nizam sudah lama tinggal di Amerika, pemandangan seperti itu tidak lah terlalu mengganggunya. Bahkan sebelum menjadi istrinya Alena juga sering mengenakan pakaian minim. Nizam menatap ke samping. Toko-toko berjejer, gedung-gedung perkantoran, gedung apartemen dan beberapa taman sudah terlewati.     

Pikiran Nizam melayang-layang Mengingat kejadian demi kejadian. Siapakah orang yang sedang menguntitnya. Musuhnya atau penggemar Alena. Nizam teringat Justin yang sedang mendekam di penjara. Apakah Justin sedang membalas dendam kepadanya.     

Di Amerika kasus pemerkosaan adalah kasus yang cukup berat karena dianggap sebagai tindak kekerasan terhadap gender. Jika si pelapor tidak mencabut tuntutannya kemungkinan Justin harus tetap ditahan. Nizam kemudian menjadi penasaran. Ia segera mengangkat teleponnya dan menghubungi Jeremy, Chief dari kepolisian New York.     

"Hallo Yang Mulia, Apa kabarmu? .Ada yang bisa Saya Bantu? " Katanya dengan ramah. Nizam mengenalnya saat Presiden Amerika berkunjung ke Azura dalam rangka kunjungan kenegaraan. Dan Mr. Jeremy ada dalam salah satu rombongan. Sempat saling berbincang tentang kepolisian di dua negara sebelum akhirnya mereka berdiskusi tentang berbagai macam senjata. Perbincangan diakhiri dengan pembelian berbagai macam jenis dan model senjata dari Amerika.     

Jeremy sangat menyukai Nizam karena dipandangnya bahwa Nizam adalah Pangeran Azura yang moderat. Dia selalu melakukan banyak pertimbangan tentang keterbukaan di dalam kerajaannya. Bijaksana dan tidak sewenang-wenang tetapi Ia juga keras dan tegas dalam menegakkan aturan.     

Sebelum menjawab Nizam menepuk-nepuk pipi Alena untuk memastikan Alena tertidur. Dan benar saja, Alena sama sekali tidak bersuara dengan tepukan tangan Nizam. Sehingga kemudian Nizam berkata perlahan.     

"Alhamdulillah, Aku baik-baik saja. Ada yang hendak Aku tanyakan kepadamu"     

"Iya silahkan Yang Mulia"     

"ini tentang Justin teman kuliahku"     

"Hmmm.. Sebentar Yang Mulia, Saya ingat-ingat dulu. Kejadiannya.."     

"Kejadiannya sekitar satu tahun yang lalu, Ia di dakwa dengan tuduhan perkosaan"     

"Oh..ya..ya.. Dia anak seorang pengusaha perhiasan yang terkenal. Sebentar..Saya cek dulu" Chief Jeremy lalu membuka file kasus Jeremy di laptopnya.     

"Oh..ya..dia cukup tampan. mengherankan memang dia sampai bisa memperkosa karena seharusnya semua perempuan mungkin akan suka rela melemparkan tubuhnya ke pelukan dia. Tetapi apa daya bukti-bukti cukup kuat. Hasil visum menyatakan bahwa dia memang memperkosa wanita itu. Jadi bagaimana Yang Mulia? Apa yang harus Saya lakukan dengan Justin.     

"Saya hanya ingin tahu, apakah dia masih berada di Penjara?"     

Sesaat Nizam tidak mendapatkan jawabannya karena Ia mendengar Chief Jeremy tampak berbicara dengan seseorang kemudian dia menjawab, " Maafkan Saya Yang Mulia. Ada peristiwa cukup menarik hari ini. Katanya ada sebuah mobil yang menghantam sebuah pembatas jalan setelah sebelumnya terlibat adu tembak dengan dua mobil lainnya. Tetapi herannya di sekitar mobil tersebut tidak terdapat seorang pun. Yang ada hanya ceceran darah. Oh ya..Seingat saya Justin masih berada di penjara. Ia masih harus dua setengah tahun lagi didalam Penjara" Chief Jeremy terus berbicara panjang lebar.     

Nizam menganggukan kepalanya sambil tersenyum lucu. Chief Jeremy memang termasuk tipe orang yang banyak bicara. Ia seperti bukan seorang kepala polisi. Tetapi kinerjanya tidak usah diragukan. Makanya Ia berhasil menduduki jabatan kepala polisi di Kota New York.     

"Baiklah Sir, Saya paham. Terimakasih atas informasinya. Semoga hari Anda menyenangkan" Kata Nizam sambil menutup teleponnya.     

"Jika Justin masih dipenjara, kemungkinan Ia adalah suruhan dari Azura." Kata Nizam sambil menyimpan handphonenya.     

"Ali, Hubungi Arani!! suruh Ia mencari seluruh daftar orang Azura yang sedang berada di New York"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.