CINTA SEORANG PANGERAN

Kelelahan



Kelelahan

0Nizam kembali rebah ke atas ranjang. Kali ini lututnya terasa lemas. Setelah fisik dan mentalnya dibuat pontang-panting kemarin. Semalaman Ia juga harus memuaskan Alena terus menerus. Sekarang yang punya ulahnya tertidur pulas dengan penuh kepuasan. Nizam menurunkan kakinya ke bawah ranjang. Kaki yang panjang kokoh dan kekar itu sedikit gemetaran. Walaupun Nizam memiliki kondisi fisik yang sangat baik. Ia tetap seorang manusia biasa yang memiliki rasa lelah secara mental dan fisik.     
0

Kejadian Alena diculik banyak menguras emosinya sekarang Alena menguras secara fisiknya. Kemarin Nizam baru merasakan perasaan stress yang luar biasa. Perasaan takut kehilangan wanita yang sangat Ia cintai membuat nyawanya terasa berhenti. Betapa stressnya Ia ketika mengetahui Alena diculik. Ia juga sangat mengkhawatirkan kandungan Alena. Sekarang Ia bernafas lega sudah melalui itu semua.     

Dan Nizam sangat bersyukur dengan sifat Alena yang moodnya bisa berubah sewaktu-waktu dengan cepat. Wajah murung dan perasaan buruk bisa hilang hanya dalam hitungan menit atau jam. Tidak sampai berhari-hari atau berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.     

Karena itu Alena tidak mengenal dengan istilah trauma berkepanjangan. Tapi hal ini tidak selalu menjadi hal bagus karena sering kali Alena kehilangan kewaspadaan terhadap orang-orang di sekitarnya. Hatinya yang polos dan gaya berpikir hanya seputaran dirinya menghilangkan kemampuan dia untuk dapat menganalisa sifat orang. Sikapnya yang serampangan dan apa adanya juga membuat orang-orang dapat dengan mudah memanfaatkan kelemahan dan kelengahannya.     

Nizam meraih handuknya lalu memakainya untuk menutupi tubuhnya. Nizam resah harus membawa Alena kembali ke Azura. Di Indonesia saja Alena sampai kehilangan kewaspadaan. Bagaimana nanti di Azura. Di Istana juga Ia tidak bisa terus-terusan ada disamping Alena. Nizam tidak bisa menghindari agenda kegiatan istana yang sangat ketat dan menuntut pengorbanan waktu yang sangat banyak. Apalagi Cynthia sekarang sudah menikah. Jadi tidak mungkin Cynthia akan selalu ada di sisi Alena.     

Nizam mengelus pipi Alena yang ranum. "Aku harus membawamu Ke Amerika sampai Kau melahirkan." Nizam berbisik pada Alena yang sedang tertidur.. Selain melanjutkan kuliahnya yang tinggal satu semester lagi, Nizam juga bisa menghindarkan Alena dari keganasan orang-orang istana. Jika nanti Alena sudah melahirkan maka kedudukannya sebagai istrinya akan semakin kuat. Dan Ia nanti akan banyak memiliki hak istimewa salah satunya adalah bagian istana sendiri dan pelayan serta pengawalan ketat. Dan Alena akan memiliki juga kewenangan untuk melakukan sesuatu yang lebih dari wanita yang lain di istana. Kedudukannya kelak akan setingkat dibawah Ibundanya. Makanya kelahiran anak pertama Alena sangat menentukan nasibnya di Istana nanti.     

Handphone Nizam tiba-tiba berbunyi. Pasti dari Arani. Karena Yang biasanya berani menghubungi nya di pagi hari adalah Arani.     

"Ya.. Assalamualaikum" Nizam memberikan salam.     

"Yang Mulia ini pakaian yang Mulia. Dan izinkan hamba untuk mengingatkan bahwa hari ini kita ada panggilan di kepolisian berkaitan dengan kejadian kemarin."     

"Ya Aku tahu. Oh ya Kamu sudah menghubungi orangtua Alena kalau kita menginap di sini?"     

"Sudah Yang Mulia. Tadinya mereka akan menengok ke sini tapi Hamba berhasil meyakinkan mereka untuk tidak usah mengkhawatirkan Tuan Putri karena, Tuan Putri baik-baik saja" Kata Arani seakan menekan pada Nizam bahwa apa yang sudah Ia lakukan kemarin adalah tindakan yang sangat cerdas. Bukankah kalau Ia tidak menghalangi orangtua Alena untuk datang maka Nizam dan Alena tidak akan bisa bersenang-senang di dalam.     

Nizam menyeringai mendengar kata-kata Asistennya. 'Ya..Aku tahu kalau Kau akan selalu melakukan tindakan yang cerdas karena kalau Kau tidak cerdas sudah lama Aku akan menyingkirkan mu dari sisiku" Kata Nizam.     

"He..he..he.." Arani tertawa kecil.     

"Antarkan baju nya sekarang!!" Kata Nizam.     

Tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Nizam sudah menyelimuti tubuh atasnya dengan handuk. Karena selimutnya dipakai Alena. Ia berdiri dan mulai melangkah.     

"Sial.." Nizam sedikit merutuk merasakan kakinya sangat lemas. Semalaman Ia harus bertumpu pada lututnya dan tidak berani sedikitpun Ia melabuhkan tubuhnya pada tubuh Alena seperti biasanya. Ia menjaga jarak agar tubuhnya tidak membebani tubuh Alena dan hasilnya adalah lututnya sekarang terasa ngilu dan lemas.     

'Kucing itu menyiksaku semalaman. Ia seakan tidak ada puas-puasnya. Tidak melihat Aku sudah mau merangkak kehabisan tenaga. Ia masih terus membuatku harus bekerja keras' Nizam mengomel-ngomel dalam hatinya.     

Nizam membuka pintunya. Di depan sudah ada Arani dan pelayan hotel untuk mengantarkan sarapan. Dilihatnya Arani berdiri di depan pintu dengan seorang pelayan hotel wanita yang membawa meja beroda. Diatasnya terdapat berbagai makanan untuk sarapan. Dan di rak bagian bawah ada tas yang berisi pakaian Nizam dan Alena.     

Nizam meminggirkan tubuhnya untuk memberikan jalan bagi Pelayan Wanita masuk. Nizam menatap Arani sekilas. Arani membungkuk tubuhnya memberikan hormat.     

"Semoga keberkahan dan keselamatan selalu menyertai Yang Mulia!!" Katanya.     

Nizam hanya mengangkat tangannya. Pelayan Wanita itu lalu mundur teratur. Ikut membungkukkan badannya memberi hormat Sebelum akhirnya Arani menutup pintunya dari luar.     

Setelah pintu tertutup Arani membalikkan badannya sambil tersenyum dikulum penuh arti. Melihat wajah Nizam yang pucat dengan lingkaran hitam dibawah mata Ia tahu persis Pangeran yang Mulia itu semalaman tidak tertidur.     

Sementara itu Nizam mengambil tas berisi pakaiannya. Ia lalu menyimpannya di meja. Sebelum sarapan Ia ingin mandi dulu. Karena hari sudah siang Nizam terlambat sholat subuh.     

"Alena..Alena..bangunlah..Kau belum sholat" Nizam menepuk-nepuk pipi Alena. "Alena sweety ayolah..hari semakin siang. Bangunlah. Nanti setelah sholat dan sarapan Kau tidur lagi." Alena hanya mengguman.     

Nizam menggelengkan lalu Ia menundukkan wajahnya dan "Krek.." Nizam menggigit bibir bawah Alena dengan gemas. Alena langsung terlonjak bangun. Bibirnya bengkak dan merah. Ia melotot pada Nizam. Tapi Ia langsung diam ketika Nizam lalu membopong tubuh telanjangnya ke kamar mandi. Menaruhnya di bawah shower dan memutar kerannya hingga air langsung mengucur membasahi tubuh Alena.     

Alena menjerit gelagapan. Ia mau menghindar dari guyuran air tapi Nizam menahan tubuhnya. "Mandi!!" Kata Nizam sambil meraih sabun dan memberikannya pada Istrinya. Walaupun sambil cemberut Alena terpaksa mandi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.