CINTA SEORANG PANGERAN

Konspirasi yang Gagal



Konspirasi yang Gagal

0Alena sungguh tidak berdaya ketika Ia ditarik ke ruangan atas Aula dan dibawa ke sebuah kamar. Di atas aula memang ada beberapa buah kamar yang disediakan untuk tamu kampus. Kamar-kamar itu biasanya terkunci dan yang memegang kunci adalah kepala keamanan gedung dan kepala ruangan kampus. Entah kenapa laki-laki yang membawa Alena memiliki kunci tersebut.     
0

"Apakah Kamu Nizam.. "Alena mulai berhalusinasi sambil menatap pria yang membawanya. Pria itu menatap sambil tersenyum penuh arti. "Ya Aku Nizam..dan Aku akan memuaskan rasa cintamu.. " Pria itu menjatuhkan Alena ke tempat tidur hingga Alena jatuh terlentang. Alena menatap pria itu dengan sayu kedua tangannya terentang. Dimatanya pria itu adalah Nizam yang Ia impikan siang dan malam. Pria yang selalu mengisi relung hatinya.     

"Peluk Aku Nizam.. cintai Aku.. " Alena mendesah. Tubuhnya menggeliat-geliat menahan nafsunya yang membuncah. Perasaannya sudah tidak karuan oleh nafsu yang begitu membara yang tidak pernah Ia rasakan sebelumnya. Nafsu itu membakar habis seluruh akal sehatnya. Sehingga ia sudah tidak memiliki rasa malu lagi.     

Pria itu mulai melepas tuxedonya dan membuka kancing kemeja nya satu persatu. Ia menatap Alena dengan pandangan penuh nafsu dan gairah. Hari ini Ia akan berhasil menggagahi seorang primadona kampus sekaligus membalaskan rasa sakit hati wanita yang dicintainya bertahun-tahun. Namun sebelum Ia melepas celananya tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar. Tiga orang pria menerjang masuk. Seorang langsung memburu Alena melepas mantelnya dan menyelimuti bahu Alena yang terbuka. Sedangkan dua pria lagi menerjang menghajar pria yang akan memperkosa Alena.     

"Nizam.. Nizam.. Aku mencintaimu..Peluklah Aku, jangan pernah kau tinggalkan." Alena merangkulkan tangannya ke leher pria yang menolongnya. Ia masih tak sadar dan berhalusinasi dibawah pengaruh obat perangsang.     

"Iya ini Aku Nizam.. Ayo Alena kita pulang.." Pria itu menatap Alena dengan mata coklatnya yang tajam. Hatinya bagai disayat sembilu menyaksikan Alena tidak berdaya. Kedua tangannya sangat erat memeluk Alena. Ia membopong Alena dengan Hati-hati.     

"Your highness..Kita Apakan Pria ini?? " orang yang memegang George bertanya. Belum pria itu menjawab dari arah pintu tiba-tiba muncul Edward dan Elsa.     

"Alena..!!! " Suara Edward tampak membahana saking kerasnya. Ia tampak panik melihat Alena terkulai dalam pelukan Nizam seraya merintih memanggil-manggil Nizam. Ia segera memburu Alena dan akan menyentuhnya ketika Pria itu malah menatapnya tajam.     

"Jangan Kau sentuh Dia!!!..Bukankah Kau sudah berjanji akan menjaganya? Kau mengingkarinya. Baru dua hari yang lalu Kita berbicara dan Kau sudah mengingkarinya.. " Suara Pria itu tampak murka. Mukanya merah padam menahan amarah. Seandainya Ia tidak sedang membopong Alena pasti Ia sudah menghajar Edward dan pria yang hendak memperkosa Alena mati-matian.     

"Nizam.. maafkan Aku, Aku tidak tahu sungguh akan terjadi seperti ini. Berikan Alena padaku.. " Edward merentangkan tangannya hendak mengambil Alena dari kedua tangan Nizam.     

"Tidak.. tidak akan kuberikan lagi Alena padamu.. "     

"Tapi mengapa?? Alena milikku lagi pula bukankah Kau tidak mencintainya.. " Suara Edward terdengar lemah dan putus asa.     

"Aku berubah pikiran..Aku tidak ingin Alena celaka di tanganmu. Ali..., Fuad.. Lepaskan orang itu. Biarkan Elsa yang mengurusnya.. Dengar George.. Aku tidak ingin berita ini tersebar di kampus. Aku anggap selesai kasus ini jika rahasia tertutup rapat. Jika tidak maka Aku akan melaporkanmu ke polisi. "     

Nizam berkata sambil membawa Alena pergi yang terus memanggil-manggil namanya.     

Edward berpaling pada George dan Elsa berganti-ganti. Wajah George dan Elsa pucat pasi. Elsa kemudian menatap George dengan geram tak kalah geramnya dengan Edward ketika memandang dirinya. "Apa yang Kamu lakukan, George?? " tanya Elsa pada George.     

Mendengar hal itu Edward langsung menyadari bahwa Elsa dalang dibalik semua ini.     

"Jadi.. ini ulahmu??" Edward berteriak pada Elsa.     

"A.. A.. ku oh Edward aku tidak menyuruh George untuk melakukan ini.. Aku hanya memintanya untuk menjauhkan Alena darimu dan bukannya malah menidurinya.." Elsa mulai berurai air mata Ia memegang tangan Edward. Edward menepiskannya bagai harimau terluka.     

"Aku tidak akan pernah memaafkan mu.. " Edward berkata penuh amarah seraya keluar dari kamar diikuti oleh Elsa. Sebelum keluar kamar Elsa mendelik pada George sambil mengumpat. "Dasar idiot.. "     

George terduduk di atas ranjang dengan perasaan kacau balau. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia masih ingat beberapa hari lalu ketika Elsa berbicara sambil menangis. Cintanya pada Edward terenggut oleh Alena. Dan Elsa ingin dirinya melakukan sesuatu agar Alena menjauh dari Edward. George adalah teman sepermainan Elsa sejak kecil. Ketika Elsa hanya menganggapnya seorang kakak tetapi diam-diam George mencitainya. Ia bahkan mau melakukan apa saja demi Elsa. Ia bagaikan anjing penjaga bagi Elsa.     

Jelas Elsa tidak pernah menyuruh George untuk memperkosa Alena tetapi George tadinya berpikir, jika Ia memperkosa Alena maka Alena akan malu dan akan pulang ke negaranya sehingga Elsa bisa mendapatkan Edward. Sungguh suatu pengorbanan cinta yang amat besar walaupun bodoh. Ia masih bersyukur tidak jadi memperkosa Alena karena diselamatkan oleh Nizam. Karena kalau tidak mungkin ia akan mendekam dipenjara untuk waktu yang lama. Walau ia tidak mengerti bagaimana Nizam bisa tahu rencananya. Ia juga tidak mengerti mengapa Edward dan Elsa juga bisa tahu.     

Dua hari yang lalu ia sudah membeli obat perangsang itu di toko penjualan alat bantu sex. lalu ia sengaja menyuap anggota keamanan untuk meminjam kunci kamar dengan dalih kepalanya pusing. Diam-diam anggota keamanan itu mengambil kunci atasannya dan meminjamkan pada George. Lalu ia menyuap Pramusaji untuk memberikan jus jeruk yang sudah diberikan obat kepada Alena. Rencana selanjutnya ia sengaja menjauhkan Cyntia dengan memberikan telepon yang mengabarkan ayahnya mengalami kecelakaan. Sebenarnya semua berjalan sempurna kalau Nizam tidak datang.     

Tinggal sekarang ia harus menghadapi konsekuensi atas perbuatannya. Elsa pasti akan sangat membencinya. Walaupun tadi ia mendengar bahwa Nizam si pria itu berkata bahwa ia tidak akan memberikan Alena pada Edward tapi Edward pasti sekarang membenci Elsa. Walau bagaimanapun Ia harus berbicara dengan Edward bahwa Elsa tidak bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.