CINTA SEORANG PANGERAN

Suatu Pengorbanan



Suatu Pengorbanan

0Edward terduduk di kursi di luar ruangan wajahnya pucat pasi. Dikepalanya bayangan Elsa berputar-putar bagaikan film yang di putar ulang. Ada setangkup harapan Elsa dapat terselamatkan. Dokter tadi mengatakan bahwa Elsa beruntung dapat segera dibawa ke rumah sakit sehingga harapan untuk dapat diselamatkan besar. Alena duduk di sampingnya juga dengan wajah yang pucat. Ia terdiam tidak berani berkata apapun hingga akhirnya Edward berkata pada Alena.     
0

"Aku mencintaimu dan kamu mencintai Elsa. George mencintai Elsa dan Elsa malah mencintai Aku. Permainan cinta macam apa ini? "     

"Aku pikir salah seorang dari kita tidak boleh egois, Harus ada yang mengalah." Alena berkata hati-hati     

"Siapakah yang harus mengalah? Aku terhadap Elsa atau Elsa terhadap George? Atau kenapa bukan Kamu yang mengalah padaku? "     

"Edward Kamu sangat baik padaku. Dari awal Aku hanyalah menganggapmu sebagai teman dekat. Ada perbedaan yang besar pada kita. Salah satunya adalah keyakinan. Ada banyak kesakitan yang akan ditimbulkan. Apakah itu orang tuamu atau orang tuaku. Ada dua keyakinan dalam satu atap bagiku itu tidak terlalu bagus. Aku tidak mungkin pindah ke dalam keyakinanmu dan Aku juga sama sekali tidak menginginkanmu pindah keyakinan hanya karena cinta. Bagiku Cinta tidak harus mengorbankan hak kita yang paling hakiki. Sesuatu yang diawali dengan ketidakbaikan tidak akan berjalan lancar ke depannya." Alena menarik nafas, kemudian melanjutkan perkataanya.     

"Aku memang mencintai Nizam, sangat mencintainya. Tetapi apa yang dilakukan Elsa padamu tidak akan pernah Aku lakukan. Sekalipun itu untuk Nizam. Aku tidak mau kalau sampai mengorbankan nyawaku sendiri. Begitu besar pengorbanan Elsa untukmu, dan ini bukanlah main-main. Dia mengorbankan nyawanya. Suatu pengorbanan yang konyol menurutku. Apakah pintu hatimu tidak terketuk untuk Elsa?"     

Edward terdiam Ia duduk menyender pada dinding. Menunggu Elsa ditangani oleh Dokter membuat waktu terasa berjalan lambat. Ia berusaha mencerna kata-kata Alena dengan baik. Ia mengingat ketika di SMA Ia terlibat kecelakaan motor. Elsa lah yang menungguinya siang dan malam. Ketika Ayah dan ibunya sering sibuk di luar karena urusan pekerjaan Elsa lah yang menemaninya. Elsa yang selalu membuatkan bekal makan siangnya. Elsa yang selalu menghiburnya. Mengapa Aku harus begitu egois. Apa yang dikatakan Alena mungkin benar Aku tidak boleh egois. Edward berkata pada dirinya sendiri.     

"Edward di negaraku ada sebuah peribahasa dalan bahasa Jawa. Witing Tresna Jalaran Saka Kulina. yang artinya cinta akan tumbuh seiring dengan seringnya bertemu. Jika Kamu terus menerus berada di sisi Elsa dan merasa bersyukur atas cinta Elsa yang begitu besar untukmu kenapa Kamu harus menghancurkan dirimu dan keluargamu dengan mencintaiku yang jelas-jelas tidak mencintaimu."     

"Tetapi Alena, bagaimana jika Nizam tidak mencintai mu? " Edward masih bersikeras.     

Alena menatap dinding rumah sakit yang ada di depannya. Bagaimana jika Nizam tidak mencintainya, bagaimana ? Tapi waktu itu di apartemen jelas-jelas Nizam mengatakan bahwa dia mencintainya. Tapi tadi di Bar Edward mengatakan bahwa Nizam meminta Edward untuk menjaga dirinya. Lalu apa artinya bagi Nizam. Alena Menerawang perasaannya sendiri dengan memahami pertanyaan Edward. Lalu menjawab dengan pelan.     

"Seandainya Nizam tidak mencintaiku, Aku tetap tidak akan menjadikanmu sebagai pasangan hidupku. Mungkin Aku akan pulang ke Indonesia dan menikah dengan orang Indonesia."     

Edward memandang Alena melihat ke dalam bola mata hitam yang bagai telaga itu. Mencari kebenaran dalam perkataan Alena.     

"Benarkah Kau tidak akan menikahi salah satu diantara kami?"     

Mata Alena terbelalak. "Apa maksud dari perkataanmu? Aku tidak mengerti."     

"Alena Kamu tahu betapa Aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan tahan kalau kau nanti menikah dengan Justin atau Jonathan atau siapapun itu yang posisinya sama denganku. Aku bisa mati cemburu melihat Kau bersama mereka. Tapi jika Kau menikah dengan orang Indonesia atau bahkan dengan Nizam hatiku tidak terlalu sakit. "     

"Jadi bagaimana keputusanmu?" Alena menatap penuh harap.     

"Baiklah Alena. Demi cintaku padamu, demi persahabatan antara Aku dan Elsa. Demi pengorbanan Elsa yang begitu besar. Aku bersedia mencoba menjalani cinta ini dengan Elsa. "     

"Oh.. Edward, Aku sangat bahagia." Alena memeluk Edward dengan bahagia.     

Tiba-tiba dari belakang ada yang merenggut Alena dari pelukan Edward. Selagi mereka terkejut satu pukulan melayang pada Edward. "Buk.. tepat terkena pipi Edward langsung jatuh menabrak dinding. Alena berteriak kaget.     

"Aakh.. Siapa kamu? Siapa? Kenapa kau memukul Edward?" Alena mencoba menarik tangan orang itu. Tapi tangan Alena ditepiskan dengan kasar. Alena hampir jatuh tersungkur. Melihat Alena hampir jatuh tersungkur maka Edward menjadi kalap.     

"Bajingan Kamu George!!! " Edward langsung melompat ke arah George dan mencoba memukulnya. George mengelak ke samping hingga pukulan Edward mengenai angin. George lalu menendang bokong Edward Edward mau tersungkur tapi Alena langsung menahannya dengan badannya sendiri. Hingga mereka berdua terjatuh ke belakang. George bagai kesetanan. Ia meraih tubuh Edward dari belakang dan melemparnya ke kursi yang tadi diduduki oleh Edward dan Alena. Bruk.. suaranya cukup keras dan oasti itu sangat menyakitkan. Untungnya tak lama kemudian dua orang security berlari-lari ke arah mereka dan langsung memisahkan perkelahian mereka.     

"Heh.. Bung, Kalian pikir ini ring tinju?? Ini adalah rumah sakit. Dan Beraninya kalian berbuat kegaduhan disini. Ayo Ikut kami keluar. " Kata salah seorang dari mereka dan langsung menyeret George keluar. George menepiskan tangan security yang memegangnya tetapi Ia tidak membantah perkataannya malah ia berjalan untuk mengikuti security. Sementara itu Edward juga dibawa sambil digandeng oleh security yang lainnya karena badannya terasa lemah setelah terkena pukulan dari George.     

Alena mengikuti Edward sambil berurai air mata. Ia ikut memegangi tangan Edward.     

***     

Ruang Security     

"Jelaskan kepada Kami, apa yang terjadi?"     

"Ini persoalan pribadi, Pak. Apa boleh kami meminta privacy kepada Bapak agar kami dapat menyelesaikan persoalan kami secara pribadi. " Alena mencoba berbicara. Ia menatap George dan Edward bergantian lalu menatap security di depannya.     

"Apa kau bisa memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan berkelahi lagi?" Tanya seorang security.     

"Aku jamin pak. mereka tidak akan berkelahi lagi. " Alena berkata lagi.     

Kedua security itu kasak-kusuk lalu mereka pergi keluar sehingga diruangan hanya ada Alena, Edward dan George.     

"Ok Guys.. eumm George. Kamu yang bernama George. Yang mencoba untuk memperkosa Aku. Beraninya Kamu berbuat onar disaat Elsa sedang terbaring lemah. " Alena menatap tajam ingin rasanya ia meludahi pria bodoh yang ada di depannya itu."     

"Berani?? berani apa?? Kalian berdua tidak tahu malu. Beraninya bermesraan disaat Elsa sedang berjuang antara hidup dan mati. Dia berbuat seperti itu karena Kau Edward. Kau bajingan yang tidak memiliki perasaan. Bodohnya Elsa telah mencintaimu. Aku sudah berusaha mencegahnya untuk terus menemuimu dan meminta maaf padamu. Tapi kau selalu menolak dan menghinanya. Padahal Aku juga sudah berulang kali berkata bahwa ini semua murni salahku dan bukannya salah Elsa. Kau tetap tak menggubrisnya. Sekarang dia malah mau mengorbankan nyawanya untuk mu. sementara itu kamu malah bermesraan. Pria jahanam macam apa kau ini?? "     

"George... George tenanglah. Tarik nafas... dan dengarkan Aku. " Alena menatap George dalam-dalam. George terdiam di depan wanita yang hampir Ia perkosa itu.     

Lalu dengan perlahan-lahan dan dengan suara yang lembut Alena menjelaskan kejadian yang sebenarnya. George lambat laun mengerti Ia menatap Edward dengan rasa menyesal.     

"Maafkanlah Aku, sungguh Aku merasa sangat terkejut ketika Aku menyusul Elsa ke bar Brother. para pegawai dan pengunjung sedang membicarakan kejadian ini. Aku begitu ketakutan sehingga Aku langsung berlari ke rumah sakit ini. Edward Aku bahagia jika kau mampu membahagiakan Elsa. Aku merestui hubungan kalian. cuma ingat jangan sekali-sekali Kau menyakiti Elsa. Demi cintaku yang begitu Elsa maka Aku akan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri." George memberi ancaman. Alena dan Edward menelan ludah. George ini tipe pria yang berbadan segede gajah tapi otaknya segede semut. Ia mampu melakukan apa saja untuk orang yang dicintainya. Termasuk hendak memperkosa Alena.     

"Oh ya Alena. Kamu sungguh gadis yang baik. Aku menyesal hendak berbuat jahat padamu. sebenarnya Aku tidak keberatan kalau kamu mau menjebloskan Aku ke penjara. Tapi Kamu sungguh berbesar hati. Tidak melaporkan perbuatanku kepenjara. Terima kasih Alena. Alena tersenyum manis. "Never mind George, santai saja. Kau mungkin gelap mata saat itu. Tapi aku percaya kau tidak akan mengulanginya." Kata Alena disambut oleh anggukan kepala George.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.