CINTA SEORANG PANGERAN

Surprise



Surprise

0Alena duduk di atas pesawat terbang dengan hati yang resah. Sangat jelas di Handphonenya tertulis. Cepat pulang ada hal penting. Demikian isi chatnya. Dikirim oleh ayahnya. Ketika Ia mencoba menelpon tidak ada jawaban dari Ayah atau Ibunya. Alena jadi gelisah entah mengapa hatinya jadi tidak enak. Padahal sebentar lagi perkuliahan akan segera dimulai.     
0

Wajah Ayah dan Ibunya terbayang jelas dipelupuk matanya. Apa yang sebenarnya terjadi. Alena mencoba tertidur. Perjalanan selama hampir 22 jam dari Bendara New York ke Bandara Juanda Surabaya bukanlah perjalanan sebentar apalagi dengan transit terlebih dahulu dibeberapa kota. Alena menenggelamkan badannya ke sandaran kursi yang hangat dan empuk. Ia sama sekali tidak meminum teh atau kopi karena ingin tidur. Wajah Nizam yang menjadi photo wallpaper di Handphonenya cukup menenangkan hatinya. Walaupun hingga kini Nizam masih juga belum menghubunginya.     

Perlahan Mata indah Alena terpejam lalu terkulai di kursinya. Tangannya memeluk bantal dipesawat dengan erat. Selimutnya ia naikkan ke atas tubuhnya hingga kelehernya. Rambutnya yang panjang Ia ikat menggunakan karet rambut. Wajah cantiknya terlihat kuyu karena kelelahan tapi tetap saja terlihat cantik. Sampai-sampai pramugari yang bolak balik melayani keperluan penumpang, terpesona melihat kecantikannya.     

Sesampainya di bandara Ia segera mencari Pak Tarno sopir keluarga sejak Alena kecil dijanjikan Ayahnya akan menjemputnya. Alena tersenyum pada pria berusia hampir 50 tahun itu.     

"Assalamualaikum Nona Alena. Lama tidak berjumpa" Kata Pak Tarno sambil membuka pintu mobilnya. Alena tersenyum seraya mengucapkan baik. Mobil Fortuner itu meluncur membelah jalan raya di Kota Surabaya.     

"Apa Ayah dan Ibu baik?" Tanya Alena.     

"Alhamdulillah baik, Non.." Kata Pak Tarno     

"Apakah mereka sehat?" Tanya Alena lagi.     

"Tentu saja sehat. Bapak dan Ibu tampak sehat walafiat." Pak Tarno tampak heran mendengar pertanyaan majikannya.     

Alena menganggukkan kepalanya, Ia bersyukur, ketakutan bahwa ayah atau ibunya menderita sakit tidak menjadi kenyataan. Ia menarik nafas lega. Dan memejamkan mata mencoba mengusir jetlag yang sedikit dialaminya. Mobil memasuki perumahan mewah di Surabaya. Mahkota Residence. Dimana setiap rumah memiliki kolam renang yang mewah. Mobil masuk ke sebuah rumah bergaya mediterrania. Rumah mewah bercat putih dan coklat serta gading tampak memancarkan pesona renaisans didalam interiornya.     

Rumah itu dirancang oleh Om Arif adik laki-laki dari Ayahnya yang memang seorang arsitek ternama. Alena seakan tidak sabar menunggu Pak Tarno memarkirkan mobilnya didepan pintu yang menjulang tinggi. Ada dua pilar diantara pintu tersebut. Alena segera turun dari mobil dan berteriak.     

"Assalamualaikum Ayah..Ibu..dimana kalian" Teriaknya sambil membuka pintu. Mbok Siyem pengasuhnya sejak kecil membukakan pintu.     

"Oalah..Nona Alena. Tambah tinggi dan cantik" Katanya sambil memeluk anak asuhnya.     

"Kenapa baru pulang Non. Kami semua sangat merindukan Nona."     

"Maafkan Alena, Mbok. Alena sangat sibuk." Kata Alena tersenyum. " Dimana Ayah dan Ibu??" Baru selesai Alena berkata tiba-tiba dari dalam datang seorang wanita berusia 50 tahun dan sangat cantik berteriak.     

"Alena anakku akhirnya kamu datang juga, Ayo kemarilah..Ju!!...Juju!! Siapkan makanan yang hangat untuk Alena " Ibunya menuntun Alena menuju ruang makan.     

"Ibu!!.. Tolong katakan sesuatu, mengapa Aku disuruh pulang. Bukankah Aku sudah mengatakan bahwa liburan tinggal 3 hari lagi. Aku malah disuruh pulang."     

Wajah Ibunya langsung berubah sedikit misterius. Alena Yakin ada persoalan serius yang akan dibicarakan.     

"Nanti akan Kami ceritakan sekarang ayo makan dulu."     

"Aku belum lapar, tadi sudah makan di pesawat. Aku hanya ingin tahu mengapa Aku dipanggil.     

"Itulah sayang.. memang ada sesuatu tetapi yang akan bercerita adalah ayahmu. Sekarang dia kan masih dikantornya. Kalau tidak mau makan, Sekarang tidurlah terlebih dahulu. Kepala mu pasti pusing karena jetlag."     

"Aa..aah, Ibu membuat Alena tambah penasaran." Alena merenggut manja.     

"Huuh...Kamu ini tetap saja manja. Ayo sana mandi dulu terus istirahat."     

Alena mengikuti kata-kata ibunya walaupun Ia tidak sabar. Memasuki kamar yang sama yang hampir satu tahun Ia tinggalkan membuat memori lama melingkar-lingkar dikepalanya. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan mulai berendam di bathtub. Ketika tiba-tiba handphonenya memperdengarkan nada dering.     

Alena tadinya tidak memperdulikan suara handphonenya, tetapi karena handphonenya terus menerus berbunyi maka Iapun akhirnya mengalah. Ia menyambar kimono dan menutupi tubuh telanjangnya lalu mengambil handphone ditas tangannya.     

Ia terkesiap melihat foto profil orang yang menelponnya.     

"Assalamualaikum Nizam.." Alena hampir berteriak saking bahagianya. Ia membawa handphonenya ke kamar mandi dan membuka kimononya sambil tetap memegang handphone. Lalu kembali masuk ke dalam bathtub     

"Alena..Kamu dimana? Aku sedang ada di depan apartemen mu? Mau memberikan surprise untukmu." Nizam memang sedang ada didepan apartemennya membawa sebuah buket bunga mawar yang besar dan ditengah buket itu ada mawar palsu yang ketika dibuka kelopaknya didalam nya terdapat sebuah cincin berlian berukir nama Alena.     

Alena terkejut. " Bagaimana bisa Kamu memberikan kejutan disaat yang tidak tepat. Karena Aku sedang ada di Indonesia."     

Sekarang Nizam yang terkejut mendengar kata-kata Alena.     

"INDONESIA??? Tapi mengapa? Bukankah Kamu bilang kemarin kamu tidak akan pulang?"     

"Iya tadinya Aku tidak akan pulang tapi.. Orangtuaku tiba-tiba menyuruhku pulang."     

Alena kembali menenggelamkan tubuhnya ke dalam bathtub. Air hangat yang penuh dengan busa sabun serta suara Nizam di telinganya membuat Alena merasa hidup begitu sempurna. Tapi tidak bagi Nizam. Otak cerdasnya seketika menganalisis apa yang terjadi dengan Alena.     

"Alena..Aku merasa ada firasat tidak enak dengan pemanggilan dirimu."     

"Firasat??Firasat apa? kedua orang tua ku baik-baik saja. Tadinya Aku kira salah satu dari mereka sakit tapi nyatanya tidak. Sudah tenang saja. Tidak akan terjadi apa-apa."     

Nizam mengeluh sendiri kapan gadis yang dicintainya itu belajar jadi orang cerdas.     

"Alena sayangku, Tunggulah!! Aku akan menyusul mu ke Indonesia sekaligus akan melamarmu. Jangan mengiyakan apabila orang tua meminta kamu untuk menikah."     

"Menikah??? Kamu jangan sok jadi paranormal.. orang tuaku adalah orang tua modern. Mereka tidak akan sembarangan mau menjodohkan anaknya."     

"Alena sweet heart. Syukur kalau tidak. Berikanlah alamat mu. Aku akan memesan tiket ke Indonesia sekarang juga."     

"Kamu jangan bercanda.. Indonesia itu jauh. lebih jauh dari Amerika ke Indonesia daripada Amerika ke Azura. Lagipula kapan kamu datang ke Amerika? terus sekarang mau ke Indonesia? "     

"Alena jangan bicara yang tidak penting, cepat lah kirimkan Aku alamatmu, agar Aku bisa memesan tiketnya sekarang."     

Alena merubah posisinya dalam bathtub dari berbaring menjadi duduk.     

"Apa kamu benar serius?, Nizam..Kamu mau melamarku. Apa kamu sedang dengan orang tua mu sekarang?"     

"Nanti saja Aku jelaskan. Sekarang berikanlah Aku alamatmu."     

"Tapi sekarang Aku lagi mandi, telanjang di bathtub." kata-kata Alena yang terus terang membuat Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Apa perlunya kamu mengatakan kalau kamu sedang mandi."     

"Itu perlu sekali, Agar kamu bisa membayangkan Aku sedang mandi. Andaikan kau ada disini pasti kita akan mandi bareng."     

"Masya Allah Alena." Nizam benar-benar tidak mengerti dengan kelakuan gadis itu.     

"Kenapa Kamu mengatakan hal itu, Itu tidak baik Alena. Bukankah kita belum menikah."     

"Bukankah Kau akan melamar ku berarti kita sebentar lagi akan menikah. Ya Tuhan betapa bahagianya aku." Alena mengusap-usap sabun ke kakinya."     

"Iya..ya.. terserah Kamu. Sekarang berikanlah alamatmu"     

" Yah..ini alamatku, Rekam saja. Aku tidak mau ngetik alamat dengan tangan penuh sabun." Alena lalu menyebutkan alamatnya.     

Nizam langsung merekamnya.     

"Nizam..Aku belum bicara pada orang tuaku tentang dirimu. Aku takut.." Alena seperti akan menangis.     

"Jangan takut Alena. Aku akan datang ke Indonesia untuk menjelaskan pada orang tuamu."     

"Mengapa Kamu hanya menjadikanku istri kedua? Aku takut orang tua ku tidak bisa menerima nya."     

"Alena nanti saja akan Aku jelaskan. sekarang jangan putus asa dulu. Bukankah Orangtuamu belum tentu tidak menyetujui lamaranku. Yang pasti tetap berdoa agar tujuan kita dilancarkan."Nizam berkata tegas. Walaupun sebenarnya dia sendiri juga ketakutan. Takut lamarannya ditolak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.