CINTA SEORANG PANGERAN

Pemeriksaan fisik



Pemeriksaan fisik

0Alena melangkah mengikuti Nizam berjalan dibelakangnya. Langkah Alena pelan-pelan dan harus berjarak sekitar tiga langkah dari Nizam. Sedangkan Cynthia dan para pengawalnya berjalan dibelakang Alena sekitar 10 langkah. Alena juga sudah dibisikkan tadi untuk tidak memanggil nama Nizam kecuali dengan panggilan Yang Mulia Pangeran Nizam. Berjalan anggun, kepala tegak lurus pandangan kedepan. Badan bergerak luwes dan tidak boleh kaku. Pada mulanya Alena berjalan dengan anggun. Tapi lama-lama leher Alena jadi sedikit pegal. Jadi Ia bermaksud mau menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melemaskan lehernya yang terasa kaku.     
0

Ketika Ia menggerakkan lehernya ke kiri tak sengaja matanya melirik ke dinding yang diatasnya tertempel foto-foto Keluarga Nizam menggunakan baju kebesaran kerajaan. Tanpa bisa ditahan Alena terus melihat ke foto-foto itu hingga Ia tidak menyadari kalau Nizam sudah berhenti didepan Keluarga Nizam. Buk... tubuh Alena langsung menubruk badan Nizam dari belakang. Untungnya tubuh Nizam berdiri dengan kuat sehingga Nizam tidak sampai terhuyung ke depan. Alena meringis sambil mundur ke belakang. Untung badannya tidak terpental ke belakang. Cuma kepalanya yang terantuk ke punggung Nizam.     

Ratu Sabrina langsung mengernyitkan kening melihat insiden didepannya. Saudara-saudara Nizam langsung pada menutup mulutnya menahan tawa. Tapi walau ditutup masih ada Suara tawa yang terdengar. Terutama tawa adik perempuan Nizam yang masih pada remaja. Tapi tawa mereka langsung berhenti karena Ratu Sabrina melirik ke belakang dengan tatapan tajam. Cynthia yang melihat kejadian itu dari belakang langsung ngomel-ngomel. Betapa sempurnanya pertemuan pertama Alena dengan keluarga Nizam. Belum apa-apa Alena sudah bertindak konyol. Sementara Nizam terlihat bersikap santai. Ia sendiri sudah menyiapkan mental kalau-kalau ada tingkah istrinya yang diluar dugaan.     

"Ayahanda.. Nizam mencium tangan Ayahnya lalu mencium tangan Ratu Sabrina dilanjutkan dengan tiga ibu tirinya. Nizam lalu memperkenalkan Alena.     

"Ini Alena. Istri hamba dari Indonesia." Nizam memperkenalkan Alena. Wajah Alena sedikit pucat. Kejadian konyol tadi lumayan membuat hatinya makin keder. Dengan kaku Alena membungkukkan badan lalu meraih tangan Baginda Raja dilanjutkan ke Ratu Sabrina. Tangan Ratu Sabrina yang lembut ternyata tidak berbanding lurus dengan tatapan nya yang begitu tajam. Tangan Alena sampai gemetar. Sementara ibu tiri Nizam tampak terpesona melihat kecantikan Alena yang memang lain dibandingkan dengan kecantikan mereka.     

Para pangeran malah tidak bisa menahan pandangan mereka. Mereka seperti baru pertama kali melihat wanita cantik. Bahkan Baginda Raja juga membatin kalau Ia juga dulu bertemu menantunya tidak menutup kemungkinan Ia juga akan menjadikan Alena ratu. Yang dipandang cuma menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Pipi Alena merona merah.     

"Apakah Keadaan Orangtuamu di Indonesia baik??" Tanya Baginda pada Alena.     

"Baik Yang Mulia Alhamdulillah" Alena menjawab pelan.     

"Ananda pasti lelah dan lapar. Istriku Ratu Sabrina mari kita ajak mereka untuk segera bersantap hidangan dari Azura. Mudah-mudahan menantu baru kita ini menyukainya.". Kata Baginda Raja sambil berjalan menuju ruangan makan.     

Ratu Sabrina menganggukkan kepalanya tanda menyetujui. Alena berjalan mengikuti langkah Nizam. Ia sekarang berjalan hati-hati jangan sampai terpeleset atau jatuh. Alena langsung terpesona melihat ruangan makan yang spectacular. Lampu antik yang besar dan indah tergantung ditengah meja makan. Hidangan khas Azura tampak terhidang memenuhi meja makan. Nasi, Roti, buah-buahan, salad dan beraneka lauk pauk yang jenisnya tidak semua Alena kenal. Alena menahan diri untuk tidak menunjukkan kekaguman yang berlebihan. Ia duduk disamping Nizam. Para pelayan berdiri disamping anggota kerajaan yang melayani mereka pada saat bersantap makanan. Setiap orang mendapatkan satu pelayan.     

Untungnya Alena sering makan makanan Arab sehingga lidah Ia tidak terlalu asing. Ia cukup menikmati makanan yang disantapnya. Mereka makan dengan berbincang-bincang menggunakan bahasa Azura. Alena cuma bisa menangkap sebagian karena memang Ia masih belum lancar menggunakan bahasa Azura. Walaupun Ia sudah belajar bahasa Azura di Amerika.     

Setiap pembicaraan yang ditujukan padanya. Alena sering mendapatkan terjemahan dari Nizam. Dan Alena berusaha menjawab dengan hati-hati.     

Ketika Mereka selesai bersantap Alena dan Nizam dipanggil oleh Ratu Sabrina ke suatu ruangan. Ruangan pribadi tempat membicarakan hal yang penting. Nizam mulai merasa hatinya sedikit gundah tapi Ia memang tidak bisa menghindarinya. Ia tahu banyak hal yang harus dipelajari Alena tentang bagaimana bersikap di Istana. Putri Reina sudah mempelajarinya sejak dia dilahirkan dan dinobatkan sebagai calon istrinya sedangkan Alena baru akan mempelajarinya sekarang. Nizam hanya berharap Alena bisa segera mempelajarinya. Dan Ia juga berharap ibunya tidak akan mempersulit Alena.     

Alena menatap ke wajah Nizam seakan minta perlindungan, Nizam menganggukkan kepalanya pada Alena seakan memberikan penguatan.     

***     

Alena duduk di hadapan mertuanya dan Nizam berada disampingnya.     

"Anakku ceritakan padaku tentang istri kedua mu ini dan katakanlah tentang perjanjian yang sudah kita buat kemarin."     

"Tentunya Ibunda Ratu sudah tau siapa Alena" , Nizam terdiam Ia lalu memandang ibunya. Ia tidak percaya ibunya tidak tahu apapun tentang Alena. Mata-mata Ibunya pasti sudah menyelidiki Alena. Ratu Sabrina tersenyum lalu Ia berdiri kemudian Ia meminta Alena untuk berdiri di depan Ratu Sabrina. Dengan sedikit ketakutan Alena berdiri di depan Ratu Sabrina.     

Mata Ratu Sabrina menatap Alena dari atas ke bawah dengan tajam. Kemarin-kemarin Ia hanya bisa menatap Alena melalui foto Sekarang Ia dapat dengan jelas melihat Alena.     

"Kami memiliki standar yang tinggi tentang siapa yang bisa menjadi istri atau selir para raja. Fisik yang bagus dan sehat agar bisa menghasilkan keturunan yang baik." Kata Ratu Sabrina sambil menepuk sambil menekan perut Alena yang ramping dengan telapak tangannya. Alena yang tidak menyangka kalau mertuanya akan menekan perutnya sekeras itu langsung terhuyung ke belakang. Ratu Sabrina langsung menggelengkan kepalanya.     

"Kurang tenaga.." Katanya sambil kembali menatap Alena. Nizam terdiam Ia tampak sedikit terkejut dengan tindakan Ibunya. Apalagi melihat tubuh Alena terhuyung hampir jatuh ke belakang. Nizam kontan hendak bangkit menolong Alena. Tapi tangan ibunya menyuruh Nizam untuk tetap duduk.     

Ratu Sabrina berdiri memutari Alena. Lalu kemudian tiba-tiba tangannya kembali bergerak kali ini Ia menekan sedikit meremas bokong Alena. Alena terpekik kaget.     

"Bokong yang kecil dan tidak kencang akan lemah ketika melahirkan anak." Katanya lagi. Nizam menelan ludah Ia ingin sekali berkata untuk tidak menyamakan bokong Alena dengan gadis Azura. Bukankah Alena orang Asia yang tubuhnya relatif mungil dibandingkan dengan gadis Azura yang tinggi besar.     

Alena membeku dengan perlakuan Mertuanya terhadap dirinya. Ia merasa jadi kambing atau domba yang dilihat dan nilai fisiknya sebelum kemudian dijual untuk dikorbankan.     

Nizam benar-benar tidak menyangka kalau ibunya akan memeriksa Alena sedemikian rupa. Apalagi ketika kemudian tangan Ibunya lalu memegang payudara Alena dan meremas nya perlahan untuk mengetahui apakah ada yang mencurigakan atau tidak. Tangan Alena refleks memegang tangan mertuanya. Ia luar biasa merasa terhina. Matanya langsung berkaca-kaca menatap suaminya. Nizam bangkit dari duduknya tidak dapat dicegah lagi.     

"Mengapa Ibunda memperlakukan Alena seperti seekor hewan?" Nizam memprotes tindakan ibunya.     

"Itulah sebabnya mengapa Ananda tidak diperbolehkan mencari istri sendiri. Karena Istri yang dipilih oleh sendiri belum tentu memenuhi syarat untuk menjadi seorang Ratu. Ananda tidak tahu kami menyiapkan Putri Reina untuk menjadi seorang Ratu Azura sepanjang umur Putri Reina. Kami mempersiapkan pendidikan dan fisiknya agar bisa menjadi seorang Ratu dan ibu yang akan melahirkan para pewaris tahta. Istrimu ini tidak pernah diselidiki secara fisik apakah Ia memenuhi standar itu atau tidak. Wajah harus cantik, Badan sehat dan kuat. Gigi yang putih bersih dan lengkap, Bokong yang besar agar bisa melahirkan anak dengan mudah. Payudara yang besar, sehat dan kencang serta simetris. Pinggang yang ramping dan tidak memiliki lemak yang menunjukkan bahwa yang punyanya terbebas dari lemak.     

Nizam tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Bertahun-tahun Ia tinggal di Istana. Baru kali ini Ia mengetahui cara memilih wanita-wanita yang akan menjadi istri seorang raja. Betul-betul sangat tidak manusiawi walaupun sebenarnya itu masuk diakal. Menjadi istrinya berarti Ia akan melahirkan anak-anak yang akan menjadi calon raja berikutnya. Kalaupun tidak menjadi raja anak-anaknya akan menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Istri yang tidak sehat kemungkinan akan menghasilkan keturunan yang kurang bagus. Tapi Nizam merasa bahwa pemeriksaan ini benar-benar suatu pelecehan terhadap wanita. Nizam mengatupkan mulutnya sementara air mata Alena mulai meleleh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.