CINTA SEORANG PANGERAN

Antara Cinta dan Persahabatan



Antara Cinta dan Persahabatan

0Air mata Alena menetes membasahi pipinya. Hatinya terasa sangat sakit. Mata Hijau Edward yang bersinar redup mampu menguras emosi Alena. Wajah Edward yang tampan tampak begitu kuyu. Tidak tahan lagi Alena menangis lirih. Walau Alena menahan Isak tangisnya agar tak terdengar tapi Nizam segera dapat menyadarinya.     
0

"Apakah Kamu menangisi Edward?" Tanya Nizam tanpa melihat ke arah Alena sedikitpun. Bahkan matanya masih terpejam. Alena tersentak, bagaimana suaminya bisa tahu. Padahal Ia menahan Isak tangisnya sekuat tenaga.     

"Nafasmu terdengar tidak beraturan, dan Aku mendengar helaan nafasmu yang berat. Kau menahan Isak tangis. Menangislah Alena, Aku sangat memahami apa yang kau rasakan." Suara Nizam sangat lembut ditelinga Alena. Hingga Alena merasa bahwa Ia tengah bermimpi. Nizam yang begitu marah pada Justin tapi tidak pada Edward. Alena membalikkan tubuhnya lalu menjatuhkan kepalanya di dada Nizam kemudian menangis sejadi-jadinya. Dada Nizam sampai basah.     

"Aku tidak tega melihat wajahnya. Aku belum pernah melihat Edward begitu menderita. Aku sungguh tidak tega. Aku sudah menyakitinya. Selama ini Ia sangat baik padaku. Ia selalu ada ketika Aku membutuhkannya. Ia menemaniku saat aku kesepian. Ia menghiburku Ketika Aku sedih. Aku jahat malah menggunakannya untuk mendapatkanmu. Aku sangat menyakitinya. Mengapa dia harus mencintaiku. Tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman. Tidak adakah persahabatan murni antara pria dan wanita tanpa didasari cinta??" Alena tengadah menatap wajah Nizam. Tapi Nizam belum menjawab masih memejamkan mata.     

Apakah Nizam cemburu mendengar kata-kata Alena? Ya, tentu saja Ia sangat cemburu. Tapi Ia tahu Alena sedang sedih, sangat tidak bijak kalau Ia harus mengumbar rasa cemburu disaat istrinya berduka. Nizam terdiam sambil mengelus rambut Alena. Setelah sesaat hening Nizam lalu berkata.     

"Alena..Kamu tahu? Kalau cinta tidak dapat dipaksakan. Kamu hanya mengasihinya sebagai teman dan Ia mencintai kamu. Sayangnya takdir tidak bisa menyatukan kalian. "     

"Aku tahu itu. Tapi Kau malah sangat menyakitinya dengan menciumku didepannya" , Air mata Alena berhamburan membasahi pipinya. Ia menyalahkan perbuatan Nizam yang sudah menciumnya di depan Edward.     

Nizam menghela nafas. Ia menerima Alena menyalahkan dirinya walaupun sebenarnya Ia bisa saja berargumen. Tapi berargumen dengan Alena apalagi dalam kondisi Alena sedang dalam keadaan emosional sama saja dengan membuka peperangan adu mulut. Yang hasilnya akan seperti memakan buah simalakama. Kalau Alena kalah berdebat Ia pasti akan menjadi histeris dan kalaupun Alena menang Maka Ia akan semakin tertekan. Akhirnya Nizam mengalah dan meminta maaf.     

"Maafkan Aku Alena. sungguh. Apa yang telah aku lakukan tadi memang sangat menyakitinya tapi mudah-mudahan akan menjadi obat bagi dirinya agar bisa melupakanmu"     

Alena terdiam Ia terus terisak-isak dan Nizam tetap membiarkan Alena menangis. Hingga akhirnya Alena merasa sangat letih lalu tertidur dalam dekapan Nizam terlelap dalam Isak tangisnya. Bahkan ketika mobil sampai ke apartemen, Alena masih tertidur. Nizam sampai membopongnya untuk membawanya ke apartemen. Cynthia yang baru turun dari mobil terkejut melihat Alena dibopong Nizam. Nizam memberi isyarat bahwa Ia akan menjelaskan nanti.     

Nizam menidurkan Alena diranjangnya. Ia lalu duduk disampingnya. Jarinya mengusap pipi Alena dengan lembut. Ia tidak bisa marah melihat Alena menangisi Edward. Ia juga tidak bisa membenci Edward. Ia malah sangat bersimpati pada pria itu. Jika Alena ternyata tidak mencintainya dan malah lebih memilih Edward maka nasibnya akan sama dengan nasib Edward saat ini. Merana seumur hidup.     

Bukankah saat itu memang Alena hampir menjadi kekasih Edward kalau dia tidak ada diantara mereka. Nizam teringat saat itu Ia begitu marah ketika menyaksikan Alena dan Edward berbicara di kantin. Lalu saat mereka pergi keluar Dia diam-diam mengikutinya. Lalu Nizam teringat ketika Edward hendak mencium Alena. Ia sengaja berdehem dan menghalanginya dengan pura-pura merasa jalannya dihalangi.     

Walaupun akhirnya Nizam berkata Ia tidak keberatan seandainya Alena menjadi kekasih Edward, saat Edward meminta konfirmasi pada dirinya apakah Ia mencintai Alena atau tidak. Tapi sebenarnya hatinya sangat sakit. Cinta Alena sudah merasukinya sehingga walaupun Ia sudah mengikhlaskan untuk Edward. Ia masih memantau Alena. Dan memang takdir memang berpihak padanya. diluar dugaan George hendak memperkosa Alena hingga akhirnya dia menolong Alena dan jadilah Alena miliknya.     

Nizam menghela nafas panjang. Ia mengambil selimut dan menyelimuti Alena. Lalu Ia melangkah keluar kamar. Dilihatnya Cynthia sedang duduk menunggu dirinya.     

"Apa yang terjadi?" Cynthia bertanya.     

"Dia sangat sedih karena Edward" Nizam menjawab seraya duduk di kursi. lalu bersandar dengan wajah yang muram. Cynthia terkejut.     

"Apakah kamu tidak marah? Kamu tidak cemburu?" Cynthia bertanya dengan hati-hati.     

"Aku sangat marah dan sangat cemburu melihat air mata Alena yang menetes untuk pria lain. Tapi bagaimana mungkin Aku harus marah pada Alena yang begitu sedih. Aku juga merasa tidak dapat marah pada Edward karena sesungguhnya dia hanya korban cinta yang tidak pada tempatnya."     

Cynthia menatap Nizam dan lalu mengakui betapa Nizam sangat berbesar hati. Ia tahu kapan Ia harus marah kapan harus menahan nya.     

"Nizam, Aku tidak tahu harus berkata apa, Edward memang sangat gigih untuk mendapatkan Alena, Ia selalu melakukan apapun untuk membahagiakan Alena. Sekarang Ia memang sangat terpukul tetapi Aku takut Ia tetap tidak akan menyerah."     

"Aku akan membawa Alena ke Azura, Apakah Kau akan berpikir dia akan mengejar Alena sampai ke Azura."     

"Siapa yang tahu? Dia selalu ada untuk Alena selama tiga tahun. Bukan hal yang mustahil Ia akan tetap mengejar Alena kemanapun Ia pergi."     

"Azura adalah wilayah kekuasaanku, dan Alena akan tinggal di Harem. Kamu tau Cynthia, Harem berada ditempat terdalam di Istana. Jangankan untuk masuk ke Harem, masuk ke Istana saja harus melewati penjagaan yang ketat."     

Cynthia tersenyum pada Nizam. "Don't be so naive, Nizam. Kita sedang membicarakan tentang Alena, istrimu yang berasal dari Indonesia bukan dari Azura yang bisa kau kurung dalam sangkar. Apa kamu pikir Alena hanya akan diam saja dalam Harem. Walaupun Ia istrimu Ia akan memaksa pergi kemanapun Ia suka. Aku sudah mengenalnya selama tiga tahun. Ia akan melakukan apapun yang Ia inginkan. Termasuk mendapatkanmu."     

Nizam merasakan badannya terasa lemas menyadari kebenaran kata-kata Cynthia.     

" Kamu benar Cynthia. Aku tidak bisa mengurungnya dalam sangkar emas ku. Ia juga bukan orang yang haus akan harta dan kekuasaan. Ia adalah orang yang cenderung berpikir sederhana dan bertindak apapun yang menurutnya benar. Tapi kalau Aku tidak bisa mencegah Alena. Apa mungkin Aku bisa mencegah Edward?"     

Mata Cynthia terlihat menerawang.     

"Edward juga bukanlah Justin yang tidak memiliki otak. Dia adalah mahasiswa yang hampir tiap semester mendapatkan nilai sempurna. Ayahnya juga pejabat penting di Amerika. Tahukah Kamu Nizam sekarang Dia sedang daftar ke fakultas kepemerintahan atas perintah Ayahnya agar Dia bisa mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang politikus. Jadi selesai di wisuda Ia akan kuliah lagi di kepemerintahan. Kita lihat apa yang akan terjadi kedepannya. Mungkinkah nanti....' Cynthia tiba-tiba menghentikan bicaranya.     

"Mengapa Kamu diam apa yang ada dalam otakmu, Cynthia?"     

Cynthia yang terdiam lalu Ia berdiri seakan ingin meyakinkan otaknya sendiri. Nizam menjadi tidak sabar melihat Cynthia terdiam.     

"Ah sudahlah Nizam, Aku mungkin berpikir terlalu jauh." Cynthia mengibaskan tangannya seakan ingin mengusir isi pikirannya yang sedikit tidak masuk di akal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.