CINTA SEORANG PANGERAN

Hati yang Meleleh



Hati yang Meleleh

0

Alena masih terus ngomel-ngomel ketika tubuhnya didorong Nizam untuk masuk ke dalam mobil Nizam. Ia menutup pintu mobilnya. Lalu Nizam menyuruh Ali untuk mengendarai mobilnya sementara dua orang penjaga Alena, Cynthia dan Fuad disuruh naik mobil yang digunakan Alena. Tanpa banyak bicara mereka segera melaksanakan perintah Nizam. Nizam lalu masuk ke dalam mobil. Ia melihat Alena tampak cemberut ketika Ia menutup pintu dan meminta Ali melalui airphone untuk segera pergi menuju apartemen Alena. Mobil Nizam memiliki sekat Antara sopir dan penumpang belakang.

0

"Sudah jangan ngomel-ngomel terus, Aku minta maaf, jangan marah-marah lagi" Kata Nizam sambil menggenggam tangan Alena lalu mencium punggung tangannya dengan lembut. Amarah Alena sedikit hilang apalagi ketika tangan Alena kemudian diusapkan dengan lembut ke bibir Nizam berulang kali.

"Mengapa Kamu menciumku didepan banyak, padahal Kamu pernah bilang untuk jangan memamerkan kemesraan kita." Kata Alena sambil membiarkan Nizam menaikkan ciumannya dari punggung tangan menuju lengan. Alena merinding merasakan betapa lembutnya bibir Nizam dilengannya yang sedikit berbulu.

Nizam kemudian menghentikan kegiatannya tapi masih tetap menggenggam tangan Alena.

"Aku tidak memamerkan kemesraan, Aku sedang memberikan kenyataan pada Edward dan pengakuan secara nyata pada teman-teman di kampus bahwa kau adalah milikku."

"Mengapa harus dengan menciumku? " Alena bertanya lagi

"Edward adalah orang yang berperasaan halus tetapi tidak mudah menyerah. Walau Ia tahu bahwa kau sudah istri ku Ia tidak akan pernah menyerah. Hanya dengan menciummu didepannya akan memberikan dirinya kesadaran yang sesungguhnya bahwa aku adalah suamimu yang sah." Alena menganggukkan kepalanya walaupun Ia masih belum paham.

Sebenarnya teknik ini digunakan oleh para binatang Karnivora seperti kucing,Anjing, Harimau dan lainnya yang menandai wilayah atau teritorial dengan memberikan aroma pada daerah tersebut seperti melalui urin ketika mereka kencing.

Sehingga binatang lain yang sejenis dapat mencium aroma itu dan tidak berani menginjakkan kaki di wilayah tersebut kecuali ingin mati. Nizam merasa bahwa Edward akan sangat gigih dalam mengejar cintanya pada Alena. Berbeda dengan gaya Justin yang bagai orang barbar. Edward ini sangat elegan dan lembut. Edward adalah tipe pria yang mampu meruntuhkan gunung setinggi puncak Everest hanya dengan sekali tatap. Bahkan sikap romantisnya juga kalah jika dibandingkan Edward. Perasaan Edward sangat halus. Nizam merasa bahwa Alena kalau terus-terusan didekati dengan cara seperti itu akhirnya akan luluh juga.

Sehingga satu-satunya jalan adalah mencium Alena didepan Edward untuk menunjukkan bahwa Alena adalah benar-benar miliknya jadi menyingkirlah seperti binatang Karnivora menyingkir ketika mencium aroma binatang lainnya di suatu wilayah. Hati Edward pasti akan terluka menyaksikan Alena diciumnya tapi luka itu akan memberinya kenyataan bahwa Ia tidak bisa memiliki Alena. Dan Alena jelas tidak akan paham hal ini.

"Nizam.." Alena memanggil suaminya dengan lembut.

"Hmm.." Nizam menjawab seraya menyentuh kan hidungnya yang mancung ke pipi Alena. lalu menggesek-gesekan hidungnya itu ke pipi Alena yang ranum bagai apel merah. Sangat lembut dan halus.

"Kenapa Kau tiba-tiba muncul dihadapanku?"

Nizam kembali menghentikan kegiatannya karena harus menjawab pertanyaan Alena.

"Cynthia menelponku, Katanya ada Edward yang mengajakmu bicara, Kebetulan Aku lagi dikampus memberikan bimbingan bab akhir ke dosen pembimbing, Jadi segera ke kantin untuk melihatmu"

"Oooh..." Alena memonyongkan mulutnya lalu ia menolehkan wajahnya pada suaminya. Ketika Nizam mau mencium bibirnya Alena menahan dadanya.

"Aku malu sama teman-teman. Pasti tadi ada yang merekam adegan kita dan menyebarkannya melalui wa."

"Biarkan saja. Bukankah Kita tidak akan tinggal disini. Kita akan tinggal di Azura" Jawab Nizam. Tangannya yang panjang dan runcing itu lalu menyelusup ke dalam rok panjang Alena. Alena terperanjat menyadari bahwa tangan Nizam menelusuri betisnya lalu merayap ke atas mengelus lututnya dengan lembut lalu naik lagi ke pahanya.

Alena segera menahan tangan Nizam Ia berbisik. "A..apa yang Kamu lakukan?"

Nizam malah mengerang. Tubuhnya menggeliat menahan hasrat. "Apa kau masih ingat ketika dipesawat kau mengelus pahaku?"

Wajah Alena memerah Ia mengigit bibirnya.

"Ingat tidak?" Nada Nizam terdengar galak. Alena segera mengangguk.

"Aku sedang melakukan balas dendam sekarang" Kata Nizam sambil melepaskan tangan Alena yang menahan tangannya, Alena memekik ketika Ia merasakan tangan Nizam semakin naik dengan nakal ke atas. Nafas Alena memburu bagai nafas kijang yang dikejar seekor harimau yang akan memangsanya. Gerakan tangan Nizam membuatnya blingsatan

"Nizam jangan...jangan. jangan disini.."Alena menggeliat-geliat. Ia juga merasakan nafas Nizam yang memburu bagai nafas kuda yang sedang berpacu di arena. Tapi kemudian tiba-tiba handphone Alena berbunyi dengan nyaring menyadarkan mereka. memutus semua hasrat yang mendesak bagai nyala api yang terpadam oleh semburan air.

Alena mendorong tubuh Nizam agar menjauh dengan nafas terengah-engah. Nizam tampak sangat tidak suka kenyamanannya terganggu tapi apa boleh buat Ia mengalah. Alena meraih tasnya dan mulai mengeluarkan handphonenya. Alena tertawa ketika menatap nama Cynthia di layar handphonenya.

"Ini Cynthia.." Kata Alena.

"What's a perfect moment." Kata Nizam sambil cemberut.

"Kenapa instingnya sangat tajam? Ia selalu ada setiap kita akan memulai. kita hampir tidak punya privacy dihadapannya" Kata Nizam melanjutkan kata-katanya kepada Alena.

Alena tertawa cekikikan."Bukankah Kamu yang memintanya untuk menjagaku"

"Ya..ya..Aku akui kerjanya sangat bagus, cepatlah jawab teleponnya, Aku tidak tahan mendengar nadanya." Kata Nizam sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi yang lembut lalu memejamkan matanya.

Alena tersenyum Ia lalu mengangkat teleponnya dan mulai berbicara.

"Halo Alena" Terdengar suara Cynthia di telinganya.

"Iya ada apa?"

"Kamu sudah membuka grup wa kampus?"

Alena menjawab tidak seraya menggelengkan kepalanya sebagai tindakan refleks untuk menyatakan ketidaktahuannya walaupun Cynthia tidak dapat melihatnya.

"Video kalian tersebar di grup kampus, termasuk undangan pernikahan yang dikatakan oleh Nizam pada teman-teman plus komentar teman-teman. Semua membicarakan kalian."

" Kata Nizam biarkan saja. Toh kita akan tinggal di Azura"

"Oh begitu, ya sudah. Eh apakah kamu tau kalau Edward langsung left dari grup begitu video kalian tersebar."

Alena terdiam. Diam-diam hatinya sangat iba pada Edward. Edward yang selama ini ada disampingnya. memang benar apa yang ditakutkan oleh Nizam. Di sudut hati terdalam kalau seandainya Nizam tidak mencintainya pasti Ia sudah memilih Edward sebagai pendamping hidupnya. Hatinya hancur melihat penderitaan Edward. Alena melirik ke arah suaminya yang tetap bersandar ke sandaran jok mobil sambil memejamkan mata. Alena memalingkan wajah dari suaminya lalu diam-diam Alena meneteskan air mata. Ia terisak lirih seakan takut terdengar oleh Nizam. Mata Edward yang berwarna hijau bagai zamrud itu seperti menoreh hatinya. Ia tidak mencintai Edward tapi cara Edward yang mencintainya berhasil membuat iba hatinya.

Ia mendengarkan pembicaraan Cynthia di telepon dengan hati yang teringat ke wajah Edward yang penuh derita.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.