CINTA SEORANG PANGERAN

Salah Sangka



Salah Sangka

0Cynthia duduk di kursi dekat dengan tempat tidur Alena. Mata Alena terpejam rapat. Kakinya yang memar sudah diobati. Ia juga diberi suntikan penenang. Dokter mengatakan kalau Alena akan tertidur hingga keesokan harinya.     
0

Cynthia meminum kopinya. Andaikan ini bukan di Istana Azura Ia pasti sudah minta minuman beralkohol untuk menenangkan jiwanya. Atau kalau siang hari mungkin Ia juga sudah pergi ke gereja untuk menenangkan jiwanya yang terasa lelah. Ia tadi sudah browsing menggunakan google map mencari gereja terdekat dengan istana. Ternyata letak nya sekitar 3 km dari istana. Mungkin kalau sempat besok Ia harus kesana untuk sekedar sharing kegalauan hatinya akan nasib sahabatnya.     

Tiba-tiba handphone Alena berbunyi. Ia melirik ke arah layar handphone. Tertera nama Sweetheart. Pasti dari Nizam. Cynthia segera mengangkatnya.     

"Hallo Alena" Terdengar suara Nizam     

"Ini Aku, Cynthia. Istrimu pingsan.." Cynthia menjawab dengan dingin.     

"Apa?? Aku akan ke sana tunggulah." Kata Nizam.     

"Tidak usah ke sini. Dia sedang tertidur. Nanti Kau malah mengganggunya, Lagipula bukankah Kau dilarang ke Harem. "     

"Oh ya Kamu benar." Kata Nizam lagi.     

"Kenapa Kamu pergi meninggalkannya. Dia sangat sedih sekali. Sampai-sampai dia memanggil nama Edward."     

Nizam terkejut. "Tutup mulutmu Cynthia! jangan sembarangan bicara. Kamu harus tahu. Di Azura dinding juga bertelinga. Kamu Tunggulah di situ. Akun akan mengutus orang untuk memanggilmu. Kita akan berbicara di ruanganku" Nizam tampak sedikit panik mendengar Alena menyebut nama Edward. Tanpa meminta persetujuan Cynthia, Nizam langsung menutup teleponnya.     

Cynthia langsung mengomel-ngomel. Ia belum menyetujui untuk berbicara dengan Nizam, handphone sudah ditutup. Mentang-mentang pangeran.     

Tidak berapa lama datang Hatice dan Sanita.     

"Cynthia, Yang Mulia memanggilmu, Mari silahkan ikut kami. " Hatice berkata sambil menatap Cynthia.     

"Tapi Aku sedang menunggui Alena," Cynthia sedikit keberatan.     

"Jangan khawatir ada pelayan dan perawat yang akan menunggunya. Mari silahkan ikut Kami. Sekali Yang Mulia menginginkan seseorang maka Yang Mulia tidak boleh menunggu."     

Cynthia mengerutkan kening. Apa kedua pelayan bodoh ini mengira kalau Nizam memanggilnya untuk disuruh tidur dengannya. Ia mulai meraba-raba. Ia sudah mempelajari kalau di istana Nizam raja atau putra Mahkota akan meminta para istri atau selir atau pelayan yang ada diharem untuk menemani tidur. Kecurigaannya semakin dalam apalagi kemudian dia disuruh mandi dulu dan berganti pakaian. Jelas saja Cynthia menolak untuk dimandikan.     

"Anda tidak bisa menemani yang Mulia dengan penampilan seperti itu. Anda seharusnya merasa beruntung karena baru Andalah pelayan yang dipanggil secara pribadi oleh yang Mulia. Ini adalah kesempatan emas. Kalau sampai nanti Anda memperoleh anak laki-laki, tidak menutup kemungkinan Anda lah yang akan menjadi Ratu."     

"What The Fu*K.. " Cynthia mengumpat benar sudah dugaannya Ia dipesan Nizam dikiranya untuk menemani Nizam tidur. Tidak terbayang Ia harus tidur dengan Nizam. Nizam memang tampan tapi jelas bukan seleranya. Ia juga tidak pernah berminat menikah dengan orang yang berbeda keyakinan. Ia juga tidak berminat untuk jadi istri Raja yang akan membuatnya terasa hidup di tepi jurang api. Lagipula yang terpenting adalah mana mungkin Ia menikung sahabat sendiri. Biar bumi menelannya daripada harus menjadi pagar makan tanaman."     

Tapi Cynthia tidak berdaya ketika Ia dipaksa disuruh mandi tepatnya malah dimandiin sama pelayan. Pake disuruh rendeman air mawar segala. Cynthia terus mengumpat-ngumpat, wajahnya sangat masam ketika Ia harus memakai gaun tidur panjang. Walau gaun itu sangat indah tapi jelas Ia sangat risih. Ia menepiskan tangan pelayan yang hendak menalikan jubah yang menutupi gaun tidurnya.     

"Layanilah Pangeran dengan baik, jangan membuat Beliau kecewa" Kata Hatice.     

"Bangs*t. Pig headed."Kata Cynthia sambil mendengus. Ia lalu berjalan diiringi pelayan lain. Ketika melewati ruangan Aula tengah Ia berpapasan lagi dengan si ular berbisa. Putri Reina sengaja menunggu Cynthia untuk meluapkan emosinya. Ia tahu bahwa Cynthia dipanggil Nizam. Ia kesal kenapa bukan Ia yang diminta untuk menemani tidur Nizam. Bukankah Ia istrinya dan Ia masih belum disentuh. Ia benar-benar marah. Amarahnya meluap-luap. Makanya ketika Ia melihat Cynthia yang telah berdandan begitu cantik. Ia segera berkata sinis.     

"Oow...luar biasa persahabatan kalian. Ketika yang satunya berbaring pingsan maka yang satunya lagi mencoba menaiki ranjang sahabatnya. Untuk meniduri Suaminya" Putri Reina berkata sambil melipat tangannya di dada menatap tajam wajah Cynthia yang terias dengan sempurna.     

Cynthia langsung merah padam karena marah. Ia segera menghampiri Putri Reina dan bersiap mau menampar. Putri Reina malah menyodorkan pipinya.     

"Tamparlah...tampar, Aku tidak keberatan ditampar oleh Kalian. Manusia rendah dari kalangan rakyat jelata" Putri Reina mencoba memprovokasi Cynthia. Tangan Cynthia yang terangkat segera turun kembali. Ia menarik nafas panjang. Ia tidak boleh terpancing amarahnya oleh si ular itu.     

"What ever You Say, Aku kasihan dengan nasibmu. Karena Aku tahu pasti kalau Yang Mulia sangat mencintai sahabatku. Dan Kau... jangankan ada dihatinya, ditelapak kakinyapun tidak" Cynthia memandang Putri Reina dengan angkuh.     

Sekarang Putri Reina yang teramat marah. Ia langsung histeris dan akan mencakar Cynthia tapi dua orang Kasim langsung mencekalnya.     

"Yang Mulia Putri Reina. Pelayan ini sudah dipesan oleh Yang Mulia. Mohon untuk tidak mengganggunya."     

Putri Reina menepiskan tangan Kasim yang memegangnya. "Singkirkan tangan kotor kalian, Aku adalah calon ratu kalian. Kalau nanti Aku sudah jadi Ratu. Aku akan membunuh Kalian. " Putri Reina berkata pedas. Ia lalu berlalu diiringi Fatimah. Cynthia tersenyum puas. Ia merasa lega telah membuat Putri Reina histeris.     

"Tunggulah Wanita Ular. Apa yang Kau lakukan pada Alena, Aku jamin akan mendapatkan balasan yang setimpal" Kata Cynthia sambil berjalan ke luar Harem menuju ruangan Nizam.     

Menyusuri taman-taman istana dimalam hari sedikit menakutkan. Apalagi suara air kolam yang gemericik menambah suasana makin membuat bulu kuduk berdiri.     

Akhirnya Ia sampai juga di ruangan Nizam. Ia berpapasan dengan Ali dan Fuad yang sedang berjaga didepan kamar Nizam. Mereka menatap Cynthia dengan pandangan heran. Mereka tahu kalau Nizam telah memanggil Cynthia tapi melihat penampilan Cynthia yang lain dari biasanya membuat mereka takjub. Cynthia langsung menghardiknya.     

"Jangan sampai kalian mentertawakan Aku, para pelayan di Harem sakit jiwa semuanya. Cepat buka pintunya Aku akan bicara dengan tuanmu."     

Fuad langsung membuka pintu sampai lupa meminta ijin terlebih dahulu. Ia berusaha sekuat tenaga menahan tawa. Ia tahu persis hubungan antara Chyntia dan Nizam. Menyaksikan Cynthia didandani untuk melayani Nizam diatas tempat tidur sungguh membuat perutnya terasa sakit menahan tawa.     

Begitu pintu terbuka Cynthia Melihat Nizam sedang berdiri dekat jendela menatap taman membelakangi pintu tempat mereka masuk.     

"Yang Mulia ini Cynthia sudah datang.."Kata Fuad sambil tetap menahan tawa. Nizam membalikkan tubuhnya. Ia langsung ternganga melihat Cynthia. Matanya melotot hampir keluar bola matanya saking terkejut. Cynthia tampil begitu cantik. Gaun tidur berwarna merah muda berenda-renda tampak terlihat dibalik jubahnya yang berwarna merah keemasan. Bahkan belahan dadanya hampir terlihat.     

Cynthia langsung misruh-misruh dilihat oleh Nizam seperti itu. Ia segera merapatkan jubahnya untuk menghalangi dadanya terekspos keluar.     

"Jangan menatapku seperti itu. Pelayan sialan itu mengira Kau ingin tidur dengan ku. Hati-hati Nizam sekali Kau menyentuhku. Aku bersumpah demi Bunda Maria. Maka Aku akan memotong kedua tanganmu"     

Nizam yang sedang resah langsung tertawa terbahak-bahak. Fuad dan Ali yang sedari tadi menahan tawa melihat majikannya tertawa ikut tertawa terbahak-bahak. Jadilah mereka bertiga tertawa terbahak-bahak.     

Sampai-sampai para pelayan bengong melihat pemandangan yang menurut mereka tidak ada yang aneh. Cynthia berdiri geram memandang tiga makhluk yang sedang mentertawakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.