CINTA SEORANG PANGERAN

Lomba Ketangkasan 1



Lomba Ketangkasan 1

0Pangeran Thalal kemudian tidak mendengar lagi pembicaraan diantara Alena dan Nizam. Ia sudah menduga apa yang terjadi diantara mereka. Pasti mereka berciuman lagi. Tetapi Ia menyadari waktu berjalan dengan cepat. Lomba akan segera dimulai. Maka Pangeran Thalal berdehem. Nizam langsung menyadari arti deheman saudaranya. Ia melepaskan ciumannya lagi dari Alena. Alena malah seperti tidak ikhlas melepas pelukan suaminya. Ia malah mau ingin dicium Nizam lagi. Nizam tersenyum melihat Alena memejamkan matanya lalu memajukan bibirnya minta cium. Nizam mencium sekilas.     
0

"Tiga hari lagi Alena, Be patient, sweety" Kata Nizam sambil kembali mencium pipi Alena. Alena membuka matanya sambil tersenyum kemerahan. Lalu Nizam memakaikan lagi cadar tipisnya. Ia menarik tangan istrinya keluar dari ceruk.     

"Cynthia segera bawa Alena kembali ke arena pacuan kuda" Perintah Nizam pada Cynthia.     

"Tapi Aku tidak tahu jalannya, rombongan yang tadi pasti sudah jauh", Cynthia menjawab dengan perasaan khawatir.     

"Nanti pelayan Pangeran Thalal akan menunjukkan jalannya"     

"Aku takut, Bagaimana kalau nanti Ratu Sabrina mengetahui lagi?" Cynthia tampak ketakutan. Alena apalagi, wajahnya langsung pucat.     

Nizam malah tersenyum. "Tidak akan terjadi apa-apa, percayalah" Kata Nizam.     

Cynthia mengangguk lalu menuntun Alena mengikuti pelayan Pangeran Thalal menuju Arena Pacuan kuda.     

Pangeran Thalal menatap Nizam. "Apa yang ada dalam otakmu itu kakak? Bagaimana Kau begitu yakin Ibunda Ratu Sabrina tidak akan mengetahui hilangnya Kakak Putri dalam barisan?" Tanya Pangeran Thalal.     

Nizam tidak menjawab malah berjalan meninggalkan Pangeran Thalal.     

"Kakak..jawablah. Bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu pada Kakak Putri? Aku berani bertaruh tidak mungkin Ratu Sabrina tidak tahu. Ia punya mata dan telinga disetiap dinding, atau jangan-jangan Kau kali ini mau mengorbankan Aku. Sialan kenapa tadi Aku mau Kakak suruh" Pangeran Thalal terus mengejar Pangeran Nizam. Nizam hanya tersenyum misterius.     

"Kakak!!" Pangeran Thalal terus mengejar Nizam.     

"Kamu tidak perlu khawatir, tidak akan terjadi apa-apa, Ayo cepat kita harus segera ke Arena Pacuan juga. Apa Kamu pikir Aku akan tega mengorbankan adik sendiri." Pangeran Thalal tidak bertanya lagi. Ia sangat mempercayai kata-kata kakaknya. Ia pun segera mengikuti Nizam menuju Arena pacuan kuda     

***     

Ratu Sabrina baru saja mengenakan mahkotanya ketika seorang pelayan datang memberi hormat lalu berbisik sesuatu pada telinganya. Ratu Sabrina langsung berubah wajahnya. Ia lalu bolak-balik, mondar-mandir dengan wajah yang berkerut. Memikirkan langkah apa yang harus Ia ambil.     

"Maksudmu Kali ini, Pangeran Thalal membantu Yang Mulia Pangeran Nizam untuk membuat Putri Alena keluar dari barisan?" Tanya Ratu Sabrina menegaskan lagi berita yang disampaikan oleh pelayan setianya.     

"Betul Yang Mulia Ratu" Kata pelayan yang baru menyampaikan berita tadi.     

Ratu Sabrina menggelengkan kepalanya. Lalu menarik nafas panjang dan dalam.     

"Anak itu otaknya terlalu pintar. Bahkan Ibunya sendiri dia buat dalam posisi tidak berdaya". Ratu Sabrina berkali-kali mendesah. Para Pelayan menatap Ratu Sabrina dengan pandangan tidak mengerti.     

"Pangeran Nizam tahu kali ini aku tidak akan bisa bertindak apa-apa. Aku tidak bisa menghukumnya atau putri Alena karena pernikahan tinggal 3 hari lagi. Apalagi Putri Alena baru pulih dari traumanya. Dia juga tahu Aku tidak bisa menghukum Pelayan pangeran Thalal apalagi Pangeran Thalal itu sendiri. Pelayan pribadi Pangeran Thalal itu adalah pemberian ku sebagai hadiah ulangtahun Pangeran Thalal. Kalau Aku menghukumnya sama saja dengan menghukum diri sendiri.     

Lalu Aku juga tidak bisa menghukum Pangeran Thalal karena kalau aku menghukum Pangeran Thalal berarti Aku akan membuka konfrontasi dengan Ratu Zenita. Ibunya Pangeran Thalal. "     

Ratu Sabrina menghela nafas panjang lalu melanjutkan perkataannya.     

" Aku kali ini tidak akan berbuat apa-apa. Kalian diam saja. Anggap tidak melihat apapun." Ratu Sabrina berkata seraya melangkah menuju tempat Baginda yang Mulia Al-Walid untuk pergi bersama ke Arena Pacuan kuda.     

***     

Para pangeran sudah bersiap dikudanya masing-masing. Pangeran Nizam duduk dengan Anggun diatas kudanya yang tampan. Dia memakai pakaian berkuda berwarna hitam. Celana ketat putih dan sepatu khusus berkuda salutut bewarna hitam. Pandangannya menatap dingin. Wajah tampannya tampak yang paling berwibawa dari semuanya. Para pangeran lain mencuri pandang pada Pangeran calon pewaris tahta kerajaan sentral ini. Selama bertahun-tahun tidak ada yang bisa mengalahkan pertandingan adu ketangkasan dengan Pangeran Nizam.     

Pertandingan adu ketangkasan ini adalah puncak dari seluruh perlombaan yang paling jujur dari semua pertandingan karena semua peserta harus menembakkan sasaran panah atau tombak sambil memacu kudanya. Peserta yang paling tepat menembak sasaran serta yang tercepat adalah pemenangnya. Pertandingan berkuda ini diikuti oleh seluruh peserta bersamaan. Di mulai dari garis start lalu seluruh kuda berpacu menuju tempat panah. Selanjutnya peserta harus mengambil busur panah serta menembak sasaran Buah apel yang digantung di pohon di ujung Arena.     

Anak panah harus menancap pada buah apel tapi tidak boleh sampai buah apel terjatuh dari pohon kalau sampai jatuh berarti tidak mendapatkan poin. Peserta harus menembak sebanyak enam anak panah dengan tepat. Setiap busur diberi nomor yang sama dengan anak panahnya. Nomor pada anak panah akan menjadi bukti berapa anak panah yang mengenai sasaran.     

Setelah menembakkan anak panah maka Peserta harus memacu kudanya lagi sebanyak dua putaran lalu mengambil tombak yang ada di track sebrang tempat anak panah dan busur tersimpan. Para peserta harus mengambil tombak sambil tetap harus berada di atas kuda. Kemudian mereka membawa tombak dengan tangan kanan lalu harus menembak sasaran berupa batang pohon-pohon palem. Dan harus menembakkan tombak itu menancap tepat di batang pohon palem. Poin yang dihitung adalah ketepatan sasaran dan dalamnya tancapan tombak pada pohon.     

Sungguh lomba yang sulit. Peserta harus memiliki ketrampilan berkuda dan belajar mengendalikan kuda masing-masing. Lalu memanah buah apel dengan menjaga buah apel agar tidak jatuh ke bawah juga terlihat mustahil. Begitu juga dengan menombak. Mengambil tombak dibawah saja sambil tetap berkuda sangatlah sulit apalagi kemudian harus menombak batang pohon palem yang lumayan keras dengan sebuah tombak.     

Bagi seluruh rakyat Azura lomba ini adalah lomba yang biasa diadakan setiap ada acara kenegaraan seperti acara pernikahan atau perayaan kemerdekaan negara Azura. Uniknya kalau lomba ini dianggap ajang prestise bagi pemenangnya. Bahkan jika lomba ini diselenggarakan untuk salah satu hiburan pernikahan maka calon pengantin pria dianjurkan untuk ikut lomba sebagai unjuk kebolehan pada para tamu undangan.     

Alena dan Cynthia baru mengetahui adanya lomba ini. Mereka sangat senang melihat para pangeran tampan duduk di atas kudanya masing-masing. Mereka semua tampak gagah dan kuda-kuda nya semua tampak sehat, kuat dan perkasa. Alena tampak takjub melihat suaminya duduk di atas kuda. Nizam benar-benar terlihat sangat tampan. Baru kali ini Ia melihat Nizam naik kuda. Pakaian berkudanya sangat ketat membungkus tubuhnya sehingga bentuk badan Nizam terlihat semakin membuat para wanita semakin kagum terpesona     

"Alena mereka semua terlihat sangat hot" Cynthia berbisik sambil melotot. Ditangannya terdapat teropong khusu untuk melihat jarak jauh.     

"Coba lihat Alena, Pangeran Thalal tidak kalah tampan dengan kakak nya" Cynthia malah mengarahkan teropongnya pada wajah Pangeran Thalal. Alena mengerutkan kening.     

"Jangan naksir dia Cynthia, Bulan depan Pangeran Thalal akan menikah langsung dengan dua orang putri" Alena tertawa kecil     

Cynthia langsung mendelik. "Aku cuma mengagumi ketampanannya bukan mau minta dinikahi. Lagi pula Aku tidak minat dengan orang Arab."     

"Apa karena mereka tidak seiman denganmu?"     

"Bukan karena itu, Karena banyak diantara mereka yang seagama denganku"     

"Iya benar.. Bukankah di Azura juga ada beberapa gereja, Pasti ada banyak yang seagama denganmu"     

Cynthia mengangguk setuju.     

"Lalu Apa?"     

'Rasakan saja nanti Kau, saat malam pertama dengan Nizammu itu nanti' Cynthia malah berkata dalam hati. Tapi Ia samasekali tidak berani berkata itu sama Alena. Menakut-nakuti Alena yang polos dimalam pertama akan membuat kerusuhan yang tidak terbayangkan.     

Alena kesal Cynthia tidak menjawab pertanyaannya, malah terdiam sambil menatap para pangeran tampan itu melalui teropongnya.     

"Cynthia cepat katakan kenapa Kamu tidak mau menikah dengan orang Arab."     

"Mereka besar-besar Alena."     

"Hah???? Apanya??" Alena bertanya dengan wajah bengong.     

"Mereka besar kemauannya" Cynthia malah mengistilahkan dengan perkataan yang mirip secara ejaan dan penyebutannya.     

"Bukannya bagus kalau mereka besar kemauannya, Itu tandanya mereka berkeinginan untuk maju."     

"Aduuh... cerdasnya Sahabatku Alena, Mari sini Aku peluk. " Cynthia memeluk Alena dengan erat menyembunyikan tawanya yang hampir tersembur. Alena benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud Chyntia.     

"Sudah.. sudah lihat ada rombongan Ratu dan Raja yang baru tiba. Di tribun sebelah sana". Cynthia menunjukkan dagunya ke arah Tribune dimana terdapat para raja dan ratu. Tribun itu terlihat paling dekat dengan arena. Tribun khusus yang paling istimewa karena tempat khusus untuk para tamu undangan yang terdiri dari kepala negara dan raja-raja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.