CINTA SEORANG PANGERAN

Menyelinap



Menyelinap

0Nizam berdiri di samping kudanya. Kuda Arab bewarna coklat yang tinggi besar. Surainya lebat dengan postur tubuh yang tinggi. Struktur tulang Kuda tunggangan Nizam terlihat jelas. Kuda yang sangat gagah sebagaimana pemiliknya. Walaupun Kudanya kuda Arab tapi Nizam mendatangkannya dari Australia bukan dari Arab. Karena di sana ada peternakan ras kuda Arab yang dianggap cukup murni.     
0

Kuda ini dibeli dua tahun yang lalu. Kuda yang diberi nama straight oleh Nizam ini berharga 120.000 USD, Kuda tunggangan yang tidak pernah terkalahkan dalam lomba pacuan. Ia selalu berlari kencang dan lurus tanpa ragu mengalahkan semua lawannya jauh di belakang.     

Nizam membelai Surai kudanya yang panjang. Walaupun tangannya membelai Surai kuda tapi mata Nizam tidak fokus. Pikirannya jauh melayang memikirkan Alena. Ia belum pernah merasakan perasaan begini resah. Alena selalu menolak menerima telepon darinya.     

"Kakak!!" Pangeran Thalal memanggil Nizam. Ia sedari tadi memperhatikan tingkah Nizam. Ia merasa fisik Nizam ada di istal kuda tapi jiwanya entah ada dimana. Dari kemarin juga Ia terlihat tidak fokus saat latihan. Beberapa kali anak panahnya meleset dari sasaran. Bahkan lemparan tombaknya yang biasanya tidak pernah meleset dari sasaran kemarin malah melenceng jauh.     

Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya. Ia lalu menyentuh tangan kakak tirinya itu.     

Nizam terkejut     

"Yah...ada apa?" Katanya sedikit tergagap     

"Ada apa Kak? Kakak terlihat tidak konsentrasi."     

Nizam menghela nafas. Ia membuka pintu kandang kudanya lalu mulai menarik kudanya keluar. Seorang pelayan ikut membantu Nizam mengeluarkan Kudanya.     

"Aku memikirkan Alena" Kata Nizam berterus terang.     

"Aku tahu, hubungan kalian sedang tidak bagus. Bukankah ini sudah rahasia umum. Tapi kakak bukankah tiga hari lagi pernikahan kalian diresmikan. Aku yakin Kalian pasti akan baikan dimalam pertama kalian." Pangeran Thalal     

"Otakmu itu isinya hanya seputar tidur dan meniduri. Dasar otak abal-abal" Kata Nizam sambil berlalu. Pangeran Thalal tertawa ngakak. Ia berjalan mengikuti kakaknya.     

"Dulu Aku selalu berpikir hati kakak terbuat dari batu. Sama seperti Ibunda Ratu Sabrina" Sampai disini Pangeran Thalal terdiam karena Nizam langsung melirik tajam. Pangeran Thalal cengar-cengir melihat lirikan mata Nizam yang tajam. Tapi Ia tahu Nizam tidak benar-benar marah.     

"Ha...ha..ha..maaf Kakak. Memang benar Ibunda Ratu Sabrina berhati dingin. Tapi sekarang kalian berdua kalah terhadap seorang gadis yang tidak berdaya. Kakak Putri Alena tidak memiliki dukungan siapapun dikerajaan ini. Ia juga bukan berasal dari Azura. Tapi Ia berhasil membuat hati kalian terperangkap dalam pesonanya."     

"Hmmm..." Nizam hanya mengguman menanggapi pernyataan adiknya. Ia asyik berjalan menuntun kudanya.     

"Aku percaya Alloh menghadirkan Kakak Putri Alena untuk membuat perubahan yang sangat besar bagi kerajaan kita. Tapi Kakak perubahan tidak akan berjalan sebegitu mudahnya tanpa ada hambatan didalamnya. Ibarat Angin berhembus. Tidak selamanya Angin berhembus dipadang pasir yang gersang tanpa ada penghalang sehingga sanggup memindahkan satu gunung pasir berubah tempat dalam sekejap. Terkadang Angin berhembus di pegunungan yang terjal dengan banyak pohon diatasnya. Sehingga hembusan angin memerlukan waktu dan kekuatan yang cukup untuk merubahnya."     

Nizam masih terdiam mendengarkan kata-kata Pangeran Thalal. Diantara semua saudaranya Pangeran Thalal memang yang paling cerdas dan ahli psikologis.     

"Kalau Kakak sekarang begitu galau bagaimana Kakak bisa menguatkan Kakak Putri Alena."     

"Thalal...Apa Kamu pernah jatuh cinta?" Nizam malah bertanya kepada adiknya.     

Pangeran Thalal langsung terdiam. Cinta??Apa itu cinta. Dia tidak pernah jatuh cinta. Ia tidak seberani kakaknya Nizam untuk jatuh cinta pada wanita selain yang sudah dijodohkan dengannya. Pangeran Thalal juga kuliah di Luar negeri tapi cuma mengambil satu gelar. Ia juga menjalani kuliahnya dengan lurus tanpa pernah ada keinginan menjalin cinta dengan teman kuliahnya. Jadi pertanyaan dari Nizam Ia tidak bisa menjawab.     

"Nah.. adikku Pangeran Thalal yang Mulia. Jangan pernah ceramah panjang lebar tentang perasaan orang kalau belum pernah merasakan cinta itu apa. Sekarang bantu Aku untuk menemui Putri Alena. Kecuali kalau kau ingin kerajaan kita kalah dalam pertandingan ini." Nizam memberi ultimatum tiada ampun pada Pangeran Thalal. Pangeran Thalal tersedak mendengar jawaban kakaknya yang begitu menohok hatinya.     

"Kapan Aku bisa mengalahkanmu dalam berargumen? Otak Kamu memang bukan otak orang yang normal." Pangeran Thalal bersungut-sungut kesal. Teorinya yang panjang lebar dimentahkan dengan mudah oleh Nizam.     

"Tunggulah di sini. Aku cari informasi dulu tentang kakak iparku itu, berjanjilah untuk bertanding dengan baik kalau aku bisa mempertemukan kalian."     

"Aku berani bersumpah.." Kata Nizam sambil mengangkat dua jarinya. Nizam lalu menaiki kudanya dan mulai memacunya mengikuti alur lapangan kuda tempat berlatih. Pangeran Thalal segera pergi menuju tempat pusat informasi kegiatan istana yang terletak di istana utama.     

Tidak lama Pangeran Thalal memiliki informasi kalau para wanita Harem akan melihat pertandingan uji ketangkasan lengkap dengan jalur perjalanannya. Mengingat istana sangat luas maka penting untuk mengetahui jalur mana saja yang akan dipergunakan oleh rombongan para penghuni Harem tersebut. Pangeran Thalal lalu menelpon salah satu pelayan wanitanya untuk bersiasat agar Ia bisa menarik Alena keluar dari rombongannya. Setelah mengatur rencana lalu Pangeran Thalal menunggu ditempat yang sekiranya aman. Ia juga menelpon Pangeran Nizam agar menunggunya di taman yang sedikit tersembunyi. Agar Ia bisa menemui Alena walau cuma sebentar.     

***     

Pelayan yang ditugaskan Pangeran Thalal menyelinap masuk kedalam rombongan para penghuni Harem. Ia dapat segera menemukan Alena. Karena memang badan Alena adalah yang paling mungil. Apalagi disampingnya ada gadis bule berambut pirang yang menemaninya. Pelayan itu lalu memberikan sebuah surat pada Cynthia. Cynthia membuka surat itu sambil berjalan. Dan Ia langsung memandang ke arah pelayan Pangeran Thalal. Ia mempelajari dulu raut wajah pelayan. Ia juga melihat tanda tangan Pangeran Thalal. Ia tahu Pangeran Thalal adalah adik tiri dari Nizam. Dan Ia yakin bahwa Pangeran Thalal bermaksud baik.     

Cynthia lalu menyeret Alena keluar dari barisan untuk mengikuti langkah pelayan dari Pangeran Thalal. Alena terkejut dan berusaha menolak ajakan Cynthia. Tapi Cynthia menarik tangannya dengan keras sampai Alena terpaksa menurutinya.     

Tergesa-gesa mereka melangkah mengikuti jalur-jalur tersembunyi hingga akhirnya Ia sampai di taman tempat Nizam. Alena tercekat melihat Nizam berdiri di depannya dengan pakaian berkudanya. Ia mau melarikan diri tapi tangannya keburu dicekal dan Ia Langsung di seret ke sebuah ceruk yang penuh dengan tanaman merambat. Alena mau meronta tapi Nizam menekannya Kedinding ceruk. Tangan kanannya melepas cadar yang menutupi wajah cantik istrinya lalu Ia mulai mencium bibir yang terbuka yang baru saja mau mengeluarkan ucapan protes.     

Bibir Nizam meraup bibir Alena yang basah dan kemudian Ia menghujamkan lidahnya kedalam. Ia menghisap ludah Alena dengan kuat. Tubuh Nizam menekan tubuh Alena yang mulai meronta dan memberontak. Tapi apalah daya tubuhnya yang mungil tidak berdaya melawan tubuh suaminya yang kekar dan perkasa. Akhirnya Alena terdiam membiarkan bibir dan lidah Nizam membuat kekacauan dalam mulutnya. Ciuman yang sangat panjang.     

Ciuman Nizam sangat kasar dan buas bagaikan angin topan yang memporak-porandakan alam sekitar. Hal ini disebabkan karena Alena yang berusaha memberontak tetapi kemudian ciumannya berubah menjadi lembut ketika Alena terdiam dan tidak meronta lagi. Bahkan Ia semakin anteng melumat bibir Alena dan memelintir lidahnya ketika secara spontan Alena membalasnya. Walaupun hati Alena marah atas tindakan Suaminya tapi gesture tubuhnya tidak dapat berdusta. Bahwa setiap persendian ditubuhnya seakan ikut menikmati apa yang dilakukan oleh Nizam kepadanya.     

Setelah puas mencium Alena, Nizam baru melepaskan ciumannya. Tangan kirinya meraih pinggang ramping Alena. Telunjuk ditangan kanannya mengusap-usap bibir basah istrinya yang baru saja dilumatnya.     

"Sayangku sehari rasa seabad tidak berjumpa denganmu, Kamu semakin cantik." Nizam merayu Alena.     

Alena cemberut tidak menjawab.     

"Secemberut apapun kamu, tidak akan pernah bisa membuat layu cintaku kepadamu."     

Pangeran Thalal yang ikut mendengarkan rayuan Nizam pada istrinya hampir saja ngakak berguling-guling. Ia memang tidak melihat tindakan Nizam saat mencium istrinya karena mereka berciuman didalam ceruk yang tersembunyi tapi perkataan Nizam dapat terdengar jelas. Ia tidak mengira isi otak Nizam yang biasanya berisi tentang agama, kenegaraan, perekonomian, manajemen, kepemerintahan sekarang berisi rayuan gombal. Cinta memang sihir terjahat yang pernah ada dimuka bumi ini.     

Alena melengos sambil berusaha melepaskan pelukan Nizam. Nizam malah semakin menekannya lalu Ia berbisik di telinga Alena. "Kalau nanti Aku kalah dalam pertandingan maka Aku akan menyalahkanmu atas semuanya."     

Mata Alena membesar dengan indah. "Bagaimana bisa kalau kamu kalah, Aku yang harus bertanggung jawab" Alena berkata dengan pedas.     

"Itu karena kamu selalu marah kepadaku. Kamu wanita terjahat yang pernah Aku kenal. Kamu datang tidak aku undang, Kamu mencintaiku tanpa aku minta, Sekarang Kamu mau membunuhku oleh cinta itu" Nizam menatap tajam. Tangannya memegang dagu Alena dengan keras. Alena meringis Ia lalu tertunduk.     

"Jangan marah lagi kepadaku" Suara Nizam terdengar mengintimidasi.     

Alena menggelengkan kepalanya. "Aku tidak berani. Tapi Aku masih kesal kepadamu. Berikanlah Aku penjelasan darimu"     

Nizam menarik nafas panjang. Ia memegang bahu Alena dengan lembut. "Kamu tidak perlu marah-marah sampai membuat hatiku kacau balau begini. Kalau ingin penjelasanku, baiklah akan Aku jelaskan."     

"Tapi mengapa Kamu baru mau menjelaskan sekarang, bukannya dari kemarin-kemarin"     

"Sayangku Alena, Bagaimana Aku bisa menjelaskan padamu kalau teleponku saja tidak Kamu angkat." Nizam menggelengkan kepalanya.     

Alena menjawab "Oooh...." sambil tersipu-sipu malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.