CINTA SEORANG PANGERAN

Pindah Kamar



Pindah Kamar

0Ketika malam menjelang. Pangeran Thalal masuk ke kamar pengantinnya dan Ia sangat terkejut melihat seseorang tertidur di ranjang pengantinnya yang penuh mawar. Keningnya berkerut apalagi melihat Cynthia sedang duduk disofa sambil membaca sebuah buku. Kalau Cynthia sedang membaca sambil duduk disofa maka siapa yang sedang tidur di ranjang pengantinnya. Sesaat kemudian Ia menebaknya.     

"Apa itu Kakak Putri Alena?" Tanya Pangeran Thalal dengan suara pelan. Cynthia mengangkat bahunya. "Siapa lagi yang bisa tertidur disembarang tempat seperti itu?"     

"Terus...." Pangeran Thalal jadi kebingungan.     

"Terus apa? Aku sudah berusaha membangunkanya sedari tadi tapi tidak berhasil." Cynthia menatap sebal ke arah Alena yang begitu terlelap. Harusnya Alena menemani dia sampai Pangeran Thalal datang tapi setelah Sholat Isya Ia malah ketiduran di ranjang pengantinnya dan tidak bisa bangun lagi.     

"Jadi bagaimana dengan kita? Apa kita perlu pindah kamar"     

"Kau yang harus pindah kamar. Aku tidak akan meninggalkan Alena sendiri"     

Wajah Pangeran Thalal langsung memerah, Ia menggigit bibirnya sendiri. Masa iya malam pengantinnya harus gagal karena kakak iparnya. Cynthia sendiri bukannya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh suaminya. Ia malah sengaja menggodanya dengan wajah dipasang sedatar mungkin.     

"Tapi Cynthia, Inikan malam pertama kita" Katanya perlahan seakan hal yang sedang dibicarakannya adalah hal yang sangat memalukan. Ia bahkan memastikan kiri kanan agar Ia benar-benar yakin tidak ada satupun yang bisa mendengar suaranya.     

"Memang kenapa kalau ini malam pertama kita." Cynthia malah terus semakin sengaja menggoda suaminya     

"Kita mmm..." Pangeran Thalal jadi serba salah. Ia     

"mmm... apa? Kalau ngomong yang jelas"     

"Kau ini.." Pangeran Thalal jadi gemas Ia mendekati Cynthia lalu memegang lengannya dan menyentakan hingga tubuh Cynthia langsung masuk ke dalam pelukannya. Cynthia terpekik kaget Ia langsung tidak berkutik dijepit oleh dua lengan yang kuat.     

"Kau sangat cantik malam ini.."Kata Pangeran Thalal sambil memegang dagu Cynthia dan lalu berbisik di telinga Cynthia. "Bolehkah Aku menciummu?" mendengar perkataan Pangeran Thalal, Cynthia malah merasa terenyuh. Betapa sopan dan baiknya Pangeran Thalal bahkan setelah Ia menjadi istrinya Ia masih meminta Ijin untuk menciumnya.     

Cynthia tidak menjawab Ia malah memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Tapi baru saja bibir Pangeran Thalal menyentuh bibir Cynthia terdengar pintu diketuk dari luar.     

Pangeran Thalal langsung melepaskan pelukannya, tersenyum kecut melangkah membuka pintu. Tampak Nizam tersenyum kaku. "Istriku?" Tanya Nizam pendek. Pangeran Thalal tidak menjawab malah mengesampingkan tubuhnya agar Nizam bisa melihat Alena yang berbaring di ranjang pengantinnya.     

Wajah Nizam berubah jadi kelam, kesal Ia dengan kelakuan Istrinya yang sembarangan tidur diranjang orang. Mana ranjang pengantin lagi.     

"Apakah Kalian mau ganti kamar? Biar Aku siapkan sekarang juga," Kata Nizam sambil langsung mengangkat handphonenya dan berbicara dengan Arani. Sebenarnya Pangeran Thalal hendak menolak tetapi karena kakaknya sudah mengangkat telpon maka Pangeran Thalal pun menyerah. Ia tidak ingin menambah gusar kakaknya karena tingkah Istrinya.     

Tidak lama kemudian datang Arani dan seorang pelayan hotel mempersilahkan Pangeran Thalal dan Cynthia untuk menuju kamar yang lain.     

"Sekali lagi Aku minta maaf atas nama istriku terhadap Kalian. Semoga Malam kalian tidak akan terganggu setelah peristiwa ini. Dan Kau Pangeran Thalal semoga sukses" Kata Nizam sambil tersenyum penuh arti. Pangeran Thalal cuma melengos pura-pura tidak perduli dengan kata-kata Nizam yang menggodanya.     

Cynthia sendiri pergi sambil menahan tawa. Ia sudah membayangkan pasti Nizam akan ngamuk-ngamuk pada Alena itupun kalau Alena bangun. Pangeran Thalal sendiri tidak masalah Ia malah menggandeng Cynthia dengan semangat pindah ke kamar lain.     

Begitu Cynthia dan Pangeran Thalal pergi Nizam menghampiri Alena. Ia berdiri di depan Istrinya yang terlelap tidur. Tangan Nizam membuka kancing kemejanya perlahan-lahan setelah Ia melepaskan jasnya. Setelah Ia melepaskan semua pakaiannya Ia lalu mempreteli pakaian Alena.     

"Kau tidur di kamar pengantin. Maka malam ini Kau harus menjadi pengantinku juga" Kata Nizam pada Alena, Tapi Alena sama sekali tidak terbangun. Ia tetap terlelap bagai Putri Salju yang makan apel beracun dari ibu tirinya.     

Nizam lalu menggulingkan tubuh Alena yang posisinya miring lalu menepuk-nepuk pipinya.     

"Alena .. bangun...Alena..." Alena masih diam. Nizam lalu mulai mencium bibir yang terkatup rapat. Ia mengigit bibir Alena dengan gemas. Alena malah mengguman tapi tetap terlelap.     

Akhirnya Nizam menyerah Ia melanjutkan permainannya sendiri sampai selesai. Luar biasanya Alena tetap terlelap. Mungkin karena gerakan Nizam yang sangat lembut mengingat memang Alena sedang hamil muda membuat Alena tidak merasa apa-apa. Nizam mengatur nafasnya yang memburu sebelum Ia meraih selimut dan kemudian menutupi tubuh istrinya oleh selimut. "Ya Tuhan Alena.. bagaimana Kau tetap bisa terlelap sementara Aku menidurimu..."     

Nizam berbaring sambil memegang handphonenya disamping Alena. Tubuhnya masih telanjang tapi tertutup selimut. Tangan kanannya membelai rambut Alena dengan lembut sementara tangan kirinya menelpon Pangeran Rasyid.     

"Assalamualaikum Rasyid.."     

"Waalaikumsalam Kakak"     

"Apa kabarmu? "     

"Alhamdulillah baik. Oh ya Kakak selamat yah atas kehamilan kakak Putri Alena. Saya ikut berbahagia"     

"Terimakasih. Oh ya Rasyid" Nizam menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan perkataannya.     

"Waktu dipenjara Azura.. tentang kasus Pangeran Bari. Kamu waktu itu menyebutkan nama Alycia. Apakah Alycia yang kau maksud adalah anaknya Menteri Pertahanan kita"     

Wajah Pangeran Rasyid seketika pucat pasi. Ia terdiam ketakutan. Nizam menjadi semakin penasaran karena Pangeran Rasyid malah terdiam.     

"Rasyid...Aku masih menunggu jawabanmu, dan kau tahu pasti kalau Aku tidak mau dibohongi" Nizam sedikit meradang pada adik sepupunya. Ia langsung mengubah posisi badannya dari berbaring menjadi duduk. Wajahnya serius seketika bahkan Ia memindahkan Handphonenya dari tangan kiri ke tangan kanan.     

"Kakak...Aku..eh saya minta maaf. Mohon ampun.. tolonglah Kakak Nizam. Saya tidak bermaksud untuk mengganggu selir Kakak di dalam Harem. Saya masih ingin hidup"     

"Dasar bodoh. Siapa yang menginginkan nyawamu, Aku hanya ingin tahu. Ada hubungan apa antara Kau dengannya"     

"Tidak ada.. tidak ada... waktu itu Saya cuma bergurau kalau kakak membubarkan Harem Aku ingin bersama Putri Alycia ..eh...Kakak Maafkanlah Saya" Wajah Pangeran Rasyid langsung muram. Mukanya keruh hatinya terasa sakit. Ia menjadi ingat kejadian sebelum Putri Alycia pergi diambil oleh Ratu Sabrina.     

Rasyid adalah seorang jenderal tingkat pemula. Bertahun-tahun mendapatkan pendidikan ketentaraan menjadikan Ia menjadi tangan kanan Panglima tertinggi sekaligus menteri pertahanan Azura. Yaitu Jendral Ghozali. Pangeran Rasyid sering keluar masuk kediaman Jendral Ghozali ketika Ia sering melihat Putri Alycia. Putri itu teramat cantik membuat Pangeran Rasyid sedikit demi sedikit mencintainya.     

Jendral Ghozali sebenarnya kelihatannya tidak keberatan tetapi Ibunya Putri Alycia yang berdarah campuran antara Azura dan Venezuela mewariskan gen kecantikannya pada Putri tunggalnya, menginginkan anaknya untuk menjadi seorang Ratu. Dan Putri Alycia malah menyetujuinya. Bagi Putri Alycia bukan hanya kedudukan ratu saja yang menarik perhatiannya, tetapi wajah tampan dan badan yang atletis Nizamlah yang membuat Ia sangat menginginkan menjadi istri Nizam.     

Alyciapun menolak cintanya mentah-mentah. Pangeran Rasyid sangat terpukul tapi tetap Ia tidak bisa melupakan Putri Alycia sampai-sampai Ia kelepasan akan menikahinya kalau Nizam akan membubarkan Harem. Waktu itu Ia merasa lega karena Nizam tidak memperpanjang nya. Sekarang Nizam bertanya lagi. Pangeran Rasyid menjadi takut dengan kelancangannya. Berani mengganggu wanitanya para Putra Mahkota dan Raja adalah hal yang sangat tabu dilakukan dan taruhannya adalah nyawa.     

"Rasyid... apa kau mencintai Alycia?"     

"Tidak Kakak..."     

"Jawab yang benar!!" Nizam membentak     

Rasyid menjadi gemetar keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.     

"Kakak maafkan Aku"     

"Jawab!!!!" Nizam semakin mengeram     

"Iya...iya...iya...Aku mencintainya. Aku pantas mati...Aku akan mati" Pangeran Rasyid akhirnya berteriak. Tapi kemudian Ia terdiam mendengar suara tawa ditelinganya. Ia menegaskan pendengarannya sekali lagi. Benarkah Nizam malah tertawa.     

"Kakak..."     

"Kau pemuda bodoh yang tidak mau berjuang untuk cinta. Kau tahu Pangeran Thalal saja mau bersiasat untuk mendapatkan Cynthia. Sementara Kau seorang Jenderal yang gagah. yang mampu menerbangkan pesawat tempur dan bisa menjatuhkan sepuluh orang dalam sekali pukul malah kalah sama sarjana psikologi. Payah...." Nizam mengomeli adik sepupunya.     

"Kakak maafkan Aku.."     

"Berhenti meminta maaf, Aku muak mendengarnya"     

1

"Kakak..."     

"Tunggulah Aku pulang ke Azura. Akan ku anugerah kan Putri Alycia untukmu"     

"Kakak..."     

"Jangan khawatir, Aku belum pernah menyentuhnya. Ia akan menjadi milikmu sekarang."     

"Tapi Ia menyukaimu, Ia tidak mencintaiku"     

"Kalau Aku yang memberikannya padamu, Ia bisa apa? Berani dia menjadi selir seorang putra Mahkota atau raja berarti dia harus siap dianugerahkan kepada siapa saja yang Aku kehendaki kecuali dia bosan hidup. Perkara dia tidak mencintaimu. Itu urusanmu. Kau laki-laki. Kau belajar lah cara menaklukkan seorang wanita."     

Rasyid menjadi sangat bersemangat. Benar Ia adalah seorang laki-laki Ia akan berusaha keras untuk mendapatkan cinta dari Putri Alycia.     

"Kakak..Aku sangat berterima kasih kepada mu, Aku akan berusaha agar Putri Alycia mencintaiku, dan berjanji akan menjadi abdimu yang setia. "     

"Aku akan mengingat setiap perkataan mu hari ini. Selamat beristirahat Rasyid. Assalamualaikum"     

"Waalaikumsalam Kakak, Semoga Alloh selalu memberkahi Kakak dan Putri Alena"     

"Aamiin..." Nizam menutup teleponnya. Ia sangat puas dengan pembicaraan hari ini. Ibarat mendayung. Sekali dayung dua pulau terlampaui. Dengan memberikan Putri Alycia pada Rasyid maka Ia akan mendapatkan bantuan dari Rasyid dibidang pertahanan. Jika Rasyid menjadi menantu Jendral Ghozali maka Ia juga akan mendapatkan dukungan dari Jendral itu melalui Pangeran Rasyid tanpa harus mempertahankan Alycia disisi Nizam.     

Satu halangan sudah terlewatkan. Tinggal menyingkirkan putri-putri yang lainnya yang sekiranya akan menjadi bumerang ketika Ia membubarkan Harem     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.