CINTA SEORANG PANGERAN

Karena Aku mencintainya



Karena Aku mencintainya

0Cynthia menunggu diluar dengan hati resah. Ia tadi mendengar kalau bayi Alena dan Nizam baik-baik saja, Tapi Ia masih khawatir kalau-kalau Nizam melakukan hal-hal yang membahayakan Alena lagi. Sehingga tidak dapat dicegah Ia langsung masuk ke dalam ruang perawatan Alena. Dia Ia tercengang melihat Alena dan Nizam yang sedang berciuman.     
0

Cynthia terpaku di depan pintu dengan tangan masih memegang handle pintu. Alena dan Nizam mendengar pintu dibuka dan mereka segera saling melepaskan diri. Cynthia menatap tajam pada Nizam. Nizam jadi penuh perasaan bersalah. Ia tersenyum kaku, ngeri juga melihat wajah Chintya yang begitu tidak enak dilihat.     

"Masuklah Cynthia, Alhamdulillah Aku tidak apa-apa. Bayiku juga baik-baik saja" Kata Alena memecahkan kekakuan diantara Cynthia dan Nizam.     

Nizam menganggukan kepalanya. "Berbicaralah dengan Cynthia, Aku hendak menemui Dokter Desy dulu" Kata Nizam sambil hendak berlalu. "Nizam..." Kata Alena memanggil suaminya.     

Nizam membalikkan badannya.     

"Ya.. kenapa?"     

"Kau bertelanjang dada.." Kata Alena. Nizam refleks memegang dadanya dan Ia langsung merah padam. Bagaikan seorang gadis terbuka dadanya Nizam menelengkupkan kedua tangannya di dada.     

"Pejamkan matamu Cynthia!!" Kata Nizam seraya langsung menyambar selimut rumah sakit dan dipakai menyelimuti tubuh bagian atas. Cynthia pun memejamkan mata sambil mengomel tapi Ia segera membuka matanya. Apa-apaan ini, bukankah sedari tadi Ia memang sudah melihat Nizam bertelanjang dada karena sejak keluar dari mobil Nizam memang tidak mengenakan kemejanya. Hanya memakai celana panjang.     

"Kau dari tadi bertelanjang dada, bahkan para gadis sedari tadi sudah bolak-balik, mondar-mandir menikmati keindahan dadamu.." Kata Cynthia secara tidak sadar menyebutkan bahwa dada Nizam begitu indah. Nizam mengangkat alisnya. "Jadi Kau juga mengakui kalau tubuhku indah..."     

Cynthia melengos kesal, sudah memuji Nizam dari alam bawah sadarnya. Sialan, Cynthia mengumpat-ngumpat dalam hati. Rasa kesalnya sudah mencapai taraf dewa pada Nizam sejak di Cafe tadi, sekarang Nizam malah mengajak bercanda membuat dadanya semakin panas. Apalagi kemudian Ia melihat dengan gusar ketika Nizam mencium pipi Alena dan berpamitan "Aku pergi dulu.."     

Ketika Nizam melangkah dan berpapasan dengan Cynthia. Mata Cynthia seperti hendak merobek-robek tubuh Nizam. Nizam berbisik, "Aku akan berikan penjelasannya.."     

"Tidak usah.." Cynthia menjawab dengan judes.     

"Ingat janjimu..Kau harus ada dipihakku"     

"Dasar Keparat!!!"     

Nizam malah tersenyum mendengar cacian Cynthia Ia tetap melangkah dengan tenang keluar.     

Nizampun keluar dengan mengenakan selimut yang menutupi tubuh atasnya. Para gadis yang sedari tadi mengintip-ngintip ingin melihat lagi menjadi kecewa. Tapi kemudian mereka lalu cukup senang hanya melihat wajah Nizam dan Pangeran Thalal.     

"Kenapa Kakak memakai selimut?" Kata Pangeran Thalal terheran-heran.     

"Ke..Napa? Apa Aku harus pamer badan ke orang-orang. Apa Kamu tidak lihat mereka dari tadi terus menatap kita? Aku jadi gerah"     

"Ah..ha...ha...ha.. mereka pasti mengagumi badan Kakak. Eh gimana dengan Kakak Putri?" Pangeran Thalal bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Dia baik-baik saja. Alhamdulillah.."     

"Kakak.." Pangeran Thalal hendak mengatakan sesuatu tapi kemudian Nizam langsung memotong.     

"Kau ingin bicara?? Nanti saja, Aku mau ke ruangan dokter dulu" Kata Nizam seraya memandang Arani yang sedang berdiri di samping Pangeran Thalal.     

Arani langsung paham. Ia harus mengambil pakaian Nizam. Saking pada paniknya Arani juga lupa Nizam tidak mengenakan pakaian.     

***     

"Alena... mengapa Kamu berciuman dengan Nizam?" Kata Cynthia.     

"Memang kenapa? Diakan suamiku, Sejak kapan suami istri tidak boleh berciuman?" Alena menatap wajah Cynthia dengan heran.     

"Hahhhhh...bukan itu. Kenapa Kamu ini. Nizam sudah melakukan hal yang sangat keterlaluan. Dia..dia.. memperkosa mu" Kata Cynthia dengan muka merah.     

"Aku yang salah?" Kata Alena sambil menyenderkan tubuhnya ke sandaran tepi ranjang. Tubuhnya masih terasa lemas dan ngilu. Nizam benar-benar mengerikan kalau sedang emosi. Ia benar-benar harus mempelajari karakter suaminya dengan baik. Kalau tidak habislah Ia akan jadi bulan-bulanan suaminya. Kalau setiap emosi Nizam menghajarnya ditempat tidur maka sebentar lagi mungkin Ia tidak akan pernah bisa berdiri tegak lagi.     

"Apanya, Kamu yang salah? Sudah jelas dia menghajar Edward, lalu memperkosamu sampai Kamu pendarahan tapi Kamu masih bisa berciuman dengannya, Hati kamu sudah butakah?" Amarah Cynthia meluap-luap. Kalau Ia jadi Alena pasti Ia sudah meminta cerai minimal Ia akan memberikan Nizam pelajaran.     

Alena terdiam sejenak lalu berkata. "Kamu tahu pasti, Aku sangat mencintainya. Aku memimpikan Ia sejak Aku melihatnya di perpustakaan kampus sewaktu daftar jadi anggota pertama kali. Ia merobek hatiku..."     

"Ya dan selanjutnya Ia merobek-robek tubuh mu..."     

"Cynthia.. jangan bicara seperti itu. Kamu kan tahu Nizam tidak selembut Pangeran Thalal mu..."     

Belum selesai Alena bicara Cynthia langsung terbatuk-batuk dengan keras mendengar Alena menyebut Pangeran Thalal lembut. Ia jadi terasa ngilu lagi kalau mengingat bagaimana Ia juga dihajar suaminya tanpa belas kasihan. Jadi lembut apanya....     

Cynthia mengusap keringat dingin yang diam-diam mengalir dipelipisnya. Apa mungkin Pangeran Thalal juga kalau sedang emosi akan melampiaskannya dengan cara seperti Nizam. Ya Tuhan..matilah Ia. Cynthia komat-kamit berdoa sambil menangkupkan kedua lengannya didada meminta perlindungan kepada Tuhannya.     

"Kenapa Kamu malah berdoa?" Alena menatap Cynthia dengan keheranan     

"Ah tidak Alena..Aku hanya mendadak tidak enak perasaan" Kata Cynthia kemudian. Amarahnya yang meluap-luap berubah menjadi rasa kekhawatiran. Cynthia merasa Ia harus menginterogasi suaminya. Ia tidak mau jadi bulan-bulanan suaminya. Ia bukan Alena yang menjadi budak cinta suaminya. Hatinya tidak seluas hati Alena. Kalau sampai Pangeran Thalal memperkosanya Ia akan hajar suaminya sampai tidak bisa bangun lagi.     

"Cynthia Kamu malah termenung seperti itu. Ada apa sih?"     

"Eh.. tidak. Jadi bagaimana dengan si kecil. Sudah berapa usia kandungan mu sekarang?"     

"Aku ga tau.. lupa tadi ga nanya. mungkin satu bulanan atau dua bulan ya? " Alena mencoba ngitung-ngitung tapi lalu Cynthia berkata lagi.     

"Alena..Apa benar Kau tidak apa-apa diperlakukan seperti itu oleh Nizam?"     

"Dia sebenarnya baik hati dan lembut, Hanya saja terkadang dia terlalu posesif dia juga sukar mengendalikan emosinya. Mungkin karena akhir-akhir ini Dia banyak mendapat tekanan" Kata Alena.     

"Yah...kamu memang benar kalau sudah cinta mau bagaimana lagi. Terkadang Aku merasa bersalah padamu"     

"Tapi kenapa?"     

"Yaah..coba waktu itu Aku tidak membantumu menjerat Nizam. Kamu pasti sudah bahagia dengan Edward"     

"Aku tidak mencintai Edward dan tidak akan pernah mencintainya. Kalau Aku tidak menikah dengan Nizam mungkin Aku akan memilih tidak akan menikah selamanya"     

"Alena.. ternyata Kamu begitu keras kepala"     

"Aku akan hidup selamanya dengan dia sampai maut memisahkan kami"     

"Kalau dia nanti menyakiti mu Bagaimana? Misalkan dia selingkuh?"     

"Selingkuh?? Kamukan tahu kalau istri Nizam begitu banyak. Walaupun Ia berjanji padaku akan membubarkan Harem. Aku melihat tidak akan semudah itu. Putri Reina adalah saingan terberatku. Bunda Ratu Sabrina juga terkadang ada dipihaknya. Tidak akan mudah bagi Nizam untuk menyingkirkannya. Kita lihat saja nanti. "     

Cynthia mengucek-ngucek matanya menatap Alena. Hallo.. apa Ia sedang bermimpi, Apa gadis yang ada didepannya ini adalah Alena, temannya yang bodoh itu.     

"Alena.. kenapa dengan otakmu??"     

"Hampir kehilangan anak yang ku kandung membuatku sadar bahwa Aku harus berjuang untuk melindunginya. Tindakan Nizam yang hampir mencelakakannya membuatku membuka mata. Jangankan musuh-musuhku ternyata ayahnya sendiri pun bisa saja mencelakakan anaknya sendiri. Aku harus kuat dan selalu waspada mulai dari sekarang"     

Cynthia terkaget-kaget apa karena ini efek jadi seorang Ibu. Cynthia melihat Alena seperti Seekor Rusa yang akan melindungi anaknya dari sergapan seluruh binatang buas di hutan.     

"Nah Cynthia..katakan padaku. Kau belum cerita pengalamanmu dengan Pangeran Thalal. Apakah benar kau menghajarnya dimalam pertama?" Alena kembali dengan kepolosannya.     

"Duh..kumat lagi begonya..." Kata Cynthia sambil nepok jidat.     

"Biasa saja..tidak ada apa-apa. Malam pertama ku normal-normal saja"     

"Benarkah? Apakah Kau yang menjadikan Pangeran Thalal berteriak kesakitan?"     

"Yaah... begitulah. Ia sebenarnya tidak bisa apa-apa. Aku yang mengajarinya bagaimana melakukan percintaan. Dia sama sekali belum berpengalaman. Kamukan tahu kalau Aku sering melakukannya. Jadi wajarlah kalau Aku yang mengajarinya.."     

"Apa Kamu melakukan sampai Ia merangkak minta ampun??"     

"Kamu pasti tau. Aku segarang Kuda..Dia benar-benar minta ampun kepada...."Cynthia terdiam karena tiba-tiba mendengar suara dibelakangnya.     

"Menarik sekali ceritamu Chyntia...."     

Cynthia memalingkan wajahnya perlahan melihat ke belakang. Ia langsung terloncat bangun dari duduknya bagai melihat hantu disiang bolong.     

Cynthia melihat suaminya berdiri tepat dibelakangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.