CINTA SEORANG PANGERAN

Mengajak Cynthia Keluar



Mengajak Cynthia Keluar

0"Cynthia ayo kita jalan-jalan, Sore ini cuaca begitu cerah. Dan Kau belum bercerita tentang malam pertama mu." Cynthia menatap deretan tulisan di handphonenya. Dari kemarin Alena terus mengajaknya bertemu. Dan Ia sangat menghindari bertemu Alena. Ia tidak ingin jadi bulan-bulanan sahabatnya yang konyol itu. Cynthia hanya membacanya saja dan tidak membalasnya.     
0

Alena melihat chat-nya hanya tercentang Warna biru dan tidak mendapatkan balasan dari Cynthia menjadi kesal.     

"Kau jangan jadi teman yang tidak tahu diri. Kau ada disepanjang malam pertamaku, tau dengan detail apa yang terjadi. Sedangkan Aku tidak tahu apapun tentang malam pertama mu. Sahabat macam apa itu?" Alena mengirim lagi chat-nya pada Cynthia.     

Cynthia menggigit bibirnya. Ia meluruskan kakinya. Sudah dua hari berlalu. Ia sebenarnya masih merasakan ngilu pada tubuhnya sehingga Ia tidak berminat pergi kemana-mana. Setiap hari Ia hanya berbaring membaca buku, menonton TV, menonton film streaming dan main handphone.     

Untungnya Pangeran Thalal tidak berani menyentuhnya. Setiap kali Pangeran Thalal mendekat, Cynthia langsung melotot sambil pasang badan siap berkelahi. Membuat Pangeran Thalal hanya bisa cemberut. Enak saja mendekat, badan masih ngilu gini jangan sampai kena terjang lagi. Masih untung kemarin tidak robek juga, seperti yang dialami Alena sampai harus dijahit.     

Alena menatap lagi layar handphonenya. Chatnya masih hanya di-read saja. Ia jadi kesal lalu Ia bangkit dari duduknya, Nizam yang sedang bekerja di sampingnya menjadi heran. "Mau kemana?"     

"Aku tidak tahan lagi, Aku mau menemui sahabatku. Kenapa dia hanya diam saja dikamarnya. Apakah Pangeran Thalal menahannya?"     

Nizam memegang lengan Alena menyuruhnya duduk lagi.     

"Alena cantik, temanmu itu sedang honey moon. Masa mau Kau ganggu juga, duduklah temani Aku saja."     

"Aku bosan. Ingin jalan-jalan. Nizam... anakmu ini ingin jalan-jalan. Ayolah" Alena duduk dengan manja dipangkuan Nizam. Tangannya merangkul leher Nizam. Nizam terdiam kalau Alena sudah menyebutkan anaknya Ia langsung baper. dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Nizam membereskan pekerjaannya.     

Alena tersenyum penuh kemenangan tangannya mengelus perutnya yang masih datar. Alena pun bicara dalam hati, 'Aku punya senjata ampuh sekarang..he...he..he... ' Alena tersenyum licik. Nizam sesaat bengong melihat wajah polos Istrinya berubah menjadi ekspresi menakutkan seperti wajah hantu wanita yang bertaring. Tapi kemudian Nizam menggelengkan kepalanya mengusir ilusi optik pada matanya. Istrinya tidak mungkin berwajah licik.     

Nizam tahu pasti kalau Pangeran Thalal tidak sedang ngapa-ngapain dengan Cynthia karena Ia sedang berdiskusi dengan James di Cafe bawah. Sehingga ketika Alena memaksa untuk menemui Cynthia. Nizam menyetujuinya     

"Ya.. baiklah Aku akan menelpon Pangeran Thalal dulu."     

"Mengapa Kamu menelpon Pangeran Thalal Aku ingin mengajak Cynthia bukannya Pangeran Thalal" Alena memprotes Nizam.     

Nizam memijit hidung Alena, "Honey... Cynthia sekarang Istrinya Pangeran Thalal, Dia tidak bisa pergi kemana-mana tanpa seijin suaminya"     

"Kenapa begitu? Aku kemana-mana tidak pernah minta ijin darimu."     

"Memangnya kapan Kau pergi sendiri? Kau selalu ada di sisiku"     

"Eh..he...he...he. Iya juga."     

Lalu Alena mendengar Nizam menelpon Pangeran Thalal.     

"Assalamualaikum Thalal, Apakah Kamu sudah selesai berdiskusi dengan James?"     

"Ya Kakak Ini baru saja selesai"     

"Baguslah Kalau begitu, Aku dan Alena Ingin mengajak Kalian berjalan-jalan."     

Pangeran Thalal terdiam, seingatnya Cynthia masih kesakitan dibagian tubuhnya. Jalannya masih belum tegak sempurna. Tapi kalau Ia berterus terang hal ini pada Nizam tentu saja sangat memalukan. Ugh..apa yang harus dia katakan.     

"Thalal..Hallo..Aku masih menunggu jawabanmu. Alena sangat ingin bertemu istri mu"     

"Oh ya...ya... baiklah baik. Aku ke sana sekarang. Dimana posisi Kalian?"     

"Kita akan menunggu di Loby"     

"Baiklah." Pangeran Thalal menutup telpon setelah mengucapkan salam.     

Ia lalu berpamitan pada James dan segera membereskan laptopnya lalu memberikannya kepada pengawalnya sebelum kemudian berlalu diikuti para pengawalnya.     

Pangeran Thalal berjalan sambil berdoa semoga Istrinya cukup kuat untuk bisa berjalan-jalan menemani kakak iparnya. Para gadis yang berpapasan dengan Pangeran Thalal tampak berbisik-bisik penuh kekaguman. Kho ada pria semanis dan setampan Pangeran Thalal. Badannya begitu ramping bagaikan seorang peragawan profesional. Dia benar-benar pria metroseksual, seandainya cambangnya dicukur habis agaknya akan lebih cantik Pangeran Thalal dibandingkan dengan Cynthia.     

Begitu didepan pintu kamarnya Pengawalnya membukakan pintu. Pangeran Thalal melihat Cynthia sedang duduk bersila di atas ranjang. Buku, handphone, tablet, earphone bertebaran di atas ranjang. Pelayan Cynthia tampak memberi hormat pada Pangeran Thalal. Pangeran Thalal menyuruh mereka pergi.     

Chyntia menatap suaminya yang duduk disampingnya.     

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Pangeran Thalal sambil meraih tangan Cynthia lalu menciumnya dengan lembut.     

Cynthia keheranan dengan pertanyaan suaminya. Bukankah tadi pagi mereka bertemu dan semalaman tidur bersama.     

"Ada apa? pertanyaanmu aneh?"     

"Kakak Putri Alena..." Pangeran Thalal tidak melanjutkan perkataannya. Ia kebingungan.     

"Apa?? Alena..Uh pasti dia mengajakku pergi berjalan-jalan. Gadis itu memang tidak pernah menyerah" Cynthia mengomel-ngomel.     

"Apa??" Pangeran Thalal kebingungan     

"Tidak, ayo kita pergi. Alena tidak akan pernah berhenti jika Ia menginginkan sesuatu. Aku juga pusing dia mengirim chat-nya terus menerus. Ia memang gigih. Termasuk untuk mendapatkan kakakmu. Air matanya adalah senjata ampuh nya. Ia menangis berjam-jam membuat Aku tidak tahan hingga mengatur strategi untuk mendapatkan kakakmu"     

"Wah...cerita yang menarik, ceritakan lagi" Kata Pangeran Thalal semangat. Selama ini jadi misteri terbesar di negara Azura kenapa Pangeran Nizam yang berhati batu dan sedingin salju bisa jatuh ke pelukan Alena.     

"Nanti malam saja Aku ceritakan, Aku mau berpakaian dulu nanti mereka menunggu terlalu lama"     

Cynthia yang memang tidak terlalu suka berdandan sedetil Alena hanya membutuhkan sedikit waktu untuk berpakaian sampai siap pergi. Cynthia memakai rok panjang warna hitam bermotif bunga-bunga kecil dan blus hitam polos. Ia juga mengikat rambutnya dan memakai pasmina untuk menutupi rambut pirangnya. Walau bagaimanapun Ia harus menghormati suaminya.     

Sebenarnya Cynthia sudah tidak merasa sakit hanya terkadang masih perih dan ngilu sedikit. Pangeran Thalal memperhatikan jalan Cynthia yang terlihat tidak seleluasa sebelumnya.     

"Apakah masih sakit?" Tanya Pangeran Thalal sambil memperhatikan Cynthia tepat dibagian yang Ia sakiti. Wajah Cynthia memerah     

"Sudah tidak"     

"Oh ya Alhamdulillah.. Berarti nanti malam Aku bisa mmm.." Pangeran Thalal tersenyum genit. Cynthia langsung mencubit lengan suaminya sekuat tenaga sampai Pangeran Thalal menjerit kesakitan. "Jangan harap Kau bisa menyentuhku sampai rasa sakitnya hilang sempurna."     

"Lama..." Pangeran Thalal mengeluh     

"Sabar..." Cynthia jadi kasihan juga.     

"Baiklah Aku akan tetap bersabar, tapi nanti malam bisa kan? sedikiiiiit saja" Pangeran Thalal mencoba bernegosiasi.     

Cynthia mencibir sebal. Pangeran Thalal jadi merajuk seumpama anak kecil yang meminta mainan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.