CINTA SEORANG PANGERAN

Aku bukanlah Apa-apa dihadapan mu.



Aku bukanlah Apa-apa dihadapan mu.

0Alena terbangun ketika Nizam datang dari luar. Alena tampak terkejut melihat Kamar yang berbeda dengan yang biasanya.     
0

"Mengapa ranjang ini penuh bunga, dan sangat harum?, Aku ada dimana?" Kata Alena dengan mata masih setengah terpejam. Nizam menggelengkan kepalanya dengan gemas. Ia menghampiri Alena lalu memegang kedua pipinya oleh telapak tangannya.     

"Kau... tidak ingat semalam tidur dimana?" Tanya Nizam pada Istrinya. Alena menggelengkan kepalanya.     

"Kau tidur di kamar pengantin sahabatmu dan adik iparmu sendiri. Dasar tidak tahu malu" Kata Nizam sambil kemudian mencium Alena dengan sangat kuat seakan ingin menghancurkan seluruh isi mulut Alena. Alena jadi merasa tercekik Ia mencengkram tangan Nizam dengan erat dan meronta.     

"Aaduuuh.... mengapa Aku sampai tertidur di kamar ini. Kasihan mereka, sekarang dimana mereka?"     

"Sudah Aku pindahkan ke kamar yang lain"Kata Nizam sambil mencium Alena lagi. Alena meronta, Iakan baru bangun tidur.     

Ketika Alena berusaha melepaskan diri dari suaminya. "Iih...sana..Aku belum mandi, Aku bau. " Alena mendorong dada suaminya. Nizam malah membopong tubuh Alena dan membawanya ke kamar mandi.     

"Aku akan memandikanmu, agar otakmu sedikit cerdas dan berhenti bertindak konyol dan serampangan lagi."     

"Tidak usah.. tidak perlu. Aku bisa mandi sendiri. Ngomong-ngomong Nizam mengapa Aku telanjang? Bukankah semalam Aku tidur dengan pakaian lengkap?" Kata Alena keheranan sebelum tubuhnya dimasukan ke dalam bathtub.     

"Aaargh... Alena. Kamu benar-benar membuat orang menjadi murka" Kata Nizam. Siapa suruh tidur bagai orang mati sehingga dia tiduripun Alena tidak sadar dan Nizam lupa memakaikan kembali pakaian Alena.     

Nizam lalu menyalakan kran air dan memutar posisi kran agar air hangat keluar mengalir kedalam bathtub. Air hangat segera meluncur memasuki bathtub besar dan mewah bewarna putih. Bathtub kualitas terbaik yang menjanjikan kenyamanan di dalamnya.     

Alena tercengang melihat Nizam ikut membuka pakaiannya. "Mengapa Kamu ikut melepaskan pakaian? Apa Kamu mau mandi juga? Kamu kelihatannya sudah mandi" Alena masih berceloteh.     

"Tutup mulutmu, berisik!!!" Kata Nizam sambil menarik tubuh Alena agar tidak bersandar di bathtub. Nizam memasukkan tubuhnya ke dalam bak dan memindahkan posisi Alena menjadi di atas tubuhnya. Ia sekarang berbaring di bathtub dengan tubuh Alena memunggungi tubuhnya. Tangan Nizam memeluk erat pinggangnya melingkari perut Alena. Matanya terpejam rapat menikmati lembutnya tubuh Alena menyentuh kulitnya. Air hangat seakan membelai lembut seluruh tubuhnya.     

"Nizam..." Alena memanggil suaminya yang sedang terpejam.     

"Apa Kamu tidak kasian sama adikmu??"     

Mata Nizam seketika terbuka, duduknya menjadi sedikit tegak.     

"Memang kenapa dia?"     

"Kamu memang Kakak yang payah, tidak perhatian" Alena mengomeli suaminya. Nizam semakin tidak mengerti, Ia menganalisa maksud perkataan Istrinya tapi otaknya nge blank.     

"Jelaskan maksudmu, Aku tidak mengerti"     

"Huh.. ternyata Kamu bodoh juga, mmmmf.." Nizam yang kesal dengan umpatan Istrinya langsung membungkam mulut Alena dengan kesal dan gemas. Tubuh Alena mengejang didalam bathtub, Kakinya berkecipak dalam air.     

Nizam membalikkan tubuh Alena sehingga sekarang mereka duduk berhadapan dengan posisi tubuh Alena tetap diatas tubuhnya. Tangan Nizam mengusap kepala Alena dengan lembut. Ia lalu melepaskan ciumannya setelah nafasnya terasa sesak.     

"Aku memang selalu bodoh dihadapan mu, Aku Nizam.. Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Azura hanya takluk di kaki yang Mulia Putri Alena. Bahkan kecerdasanku sering tidak mempan menghadapimu. Aku selalu jadi orang bodoh dan selamanya akan jadi orang bodoh dihadapanmu," Nizam berkata serius diiringi tawa Alena. Mendengar tawanya, Nizam merasa semua masalahnya menguap hilang ditelan tawa Alena.     

"Iih..ih..geli..jangan.." Alena menggelinjang ketika mulut Nizam mempermainkan leher Alena yang jenjang.     

"Katakan Alena, mengapa Kamu kasihan pada Pangeran Thalal??" tanya Nizam akhirnya, karena Ia menjadi sangat penasaran.     

"Kamu tahu tidak? Cynthia itu sudah pernah melakukan hubungan dengan orang lain, Sedangkan Pangeran Thalal kan belum pernah. Maka Cynthia pasti akan menyiksa Pangeran Thalal sebagaimana dulu kau menyiksa ku, Adikmu pasti akan kesakitan. Bukankah waktu kita pertama kali melakukan kau sudah pernah melakukan dengan Putri Reina sedangkan Aku belum pernah melakukan dengan siapapun. Makanya Aku yang kesakitan dan Kau tidak."     

Alena mengemukakan pendapatnya. Nizam menatap Alena dengan mulut terbuka lebar. Hilang sudah wajah wibawanya berubah jadi wajah culun karena teori brilian Istrinya.     

"Ya Tuhan Alena, mengapa Kamu begitu cerdas, mari sini Aku hadiahi ciuman yang dalam." Kata Nizam sambil menghujamkan mulutnya ke mulut Alena. Lalu menciumnya dengan lembut,mesra dan lama. Nizam seakan ingin mengusir kegilaan yang akan muncul karena teori Istrinya.     

Alena tersenyum dengan penuh kebanggaan dipuji suaminya. "Aku lebih pintar darimukan?". Kata Alena dengan mata sayu karena Nizam mulai memposisikan tubuhnya ke tubuh Alena.     

"Iya...sayang Kau seribu kali lebih cerdas dari Aku, Aku mencintaimu... sangat mencintaimu.." Kata Nizam sambil mulai mengerang dan mendesah. Tapi kemudian Nizam terkejut. "Kau belum sholat subuh, Alena." Katanya bagai kebakaran jenggot. Alena jadi mandi tergesa-gesa.     

***     

Kamar Cynthia dan Pangeran Thalal.     

Cynthia turun dari atas ranjang dengan     

kepala terasa pusing. Kakinya gemetar menopang tubuhnya yang terasa lemas bagai tak bertulang. Rasa nyeri mendera sekujur tubuhnya. Pangeran Thalal memperhatikan Istrinya yang berjalan tertatih-tatih. Sesekali Pangeran Thalal mendengar Istrinya merintih.     

Pangeran Thalal jadi merasa bersalah sudah menyakiti Istrinya bahkan tanpa memperdulikan kalau Ia masih dalam keadaan tidak berpakaian Ia segera bangkit dan memangku tubuh istrinya. Cynthia memekik kaget. "Ka..kau " Cynthia tergagap dalam pangkuan suaminya. "Kau pasti mau ke kamar mandi. Ayo Aku antar" Katanya sambil membawa Cynthia ke kamar mandi.     

Beberapa saat kemudian setelah Cynthia mandi dan duduk bersama suaminya memakan sarapannya yang telat.     

"Maafkan Aku Cynthia, Kau pasti sangat kesakitan" Kata Pangeran Thalal sambil menatap Cynthia yang sedang memakan rotinya. Cynthia tidak menjawab Ia hanya terus mengunyah makanannya.     

Pangeran Thalal menyodorkan segelas jus ke tangan Cynthia ketika terlihat Cynthia mencari air minum. Cynthia membuang muka sedikitpun Ia tidak memperdulikan suaminya. Wajah tampannya sekarang tampak menyebalkan. Cynthia mengambil gelas minumannya yang lain.     

Pangeran Thalal tersenyum sambil memanyunkan bibirnya seakan menantang para gadis yang menatapnya untuk mengigitnya. Cynthia pun meliriknya penuh minat melihat bibir tipis itu manyun menggemaskan. Tapi Ia masih kesal dengan kelakuan suaminya tadi malam. Makanya Ia pura-pura tidak peduli. Pangeran Thalal lalu meminum sendiri jus yang tadinya akan diberikan pada Cynthia.     

"Jangan marah terus, bukannya Kau semalam berjanji tidak akan marah padaku" Kata Pangeran Thalal sambil mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Cynthia. Tapi Cynthia malah menepiskan tangan itu.     

"Cynthia..." Pangeran Thalal menjadi gusar, matanya melotot ke arah wajah Cynthia. Cynthia melengos sambil merutuki dirinya yang tidak berdaya harus mengakui betapa menariknya Pangeran Thalal walaupun sedang melotot gusar. Ia jadi ingin mengunyahnya. Tapi mau dikemanakan harga dirinya kalau Ia menunjukkan betapa Ia sebenarnya sangat menginginkan suaminya.     

"Aku tidak mengira sakitnya seperti itu" Mata Cynthia jadi berkaca-kaca mengingat betapa menyakitkan kejadian tadi malam. Pangeran Thalal tidak memperdulikan teriakan kesakitannya.     

"Aku juga tidak mengerti rasa sakitnya seperti apa"     

"Apa Kamu tidak melihat betapa Aku sangat menderita. Mengapa Kamu begitu tega"     

"Tapi kakakku bilang Aku harus tega dan berani"     

"Itulah makanya Kau jangan konsultasi dengan dia" Cynthia benar-benar kesal dengan Nizam. Beraninya Ia merubah Pangeran Thalalnya yang begitu baik hati bagai malaikat menjadi iblis haus darah hanya dalam sekian menit.     

"Cynthia jangan marah lagi, Aku berjanji akan lebih hati-hati kalau kita bercinta lagi"     

Cynthia cemberut. Ia mengambil roti keduanya lalu memasukkan sekaligus ke mulutnya lalu mengunyahnya dengan kuat. Pangeran Thalal tersenyum geli, tangannya kembali terhulur menyentuh lengan Cynthia lalu mengelusnya. Kali ini Cynthia membiarkannya. Pangeran Thalal menjadi lega, diamnya Cynthia menunjukkan bahwa amarah Cynthia sudah ter-reduce.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.