CINTA SEORANG PANGERAN

Sidang Awal



Sidang Awal

0Suasana pagi tampak seperti biasa. Padahal semua orang dalam hatinya merasa sangat gelisah. Setelah sholat subuh Keluarga Alena sarapan bersama. Sidang dijadwalkan pada pukul sepuluh. Sidang perdana hanya tentang memeriksa pihak Ayahnya Alena sebagai tersangka. Jika saksi tidak cukup kuat maka pengadilan tidak akan dilanjutkan. Nizam berulangkali meyakinkan Ayahnya Alena untuk tetap tenang.     
0

Nizam sangat khawatir dengan kondisi Alena. Walau bagaimanapun suasana hati Ayah Alena akan turut mempengaruhi perasaan Alena. Makanya dari kemarin Ia berusaha menyembunyikan kasus ini terhadap Alena. Dan Ia berjuang sekuat tenaga untuk membebaskan Ayah Alena. Tidak terbayangkan betapa sedihnya Alena kalau seandainya Ayah Alena masuk penjara.     

Ia juga belum bisa mengadakan tawar menawar dengan Andre karena memang Niken masih belum bisa ditanya. Ia masih shock dengan kejadian dengan Andre. Dan tentu saja Nizam tidak bisa memaksa nya.     

Tidak berapa lama beberapa mobil sudah meluncur menuju Pengadilan negeri. Diluar sudah banyak wartawan yang menunggu. Ketika mobil datang para wartawan itu langsung menyerbu rombongan Ayahnya Alena. Untungnya para penjaga dan polisi menghalangi mereka. Nizam memeluk Alena erat-erat. Ia takut Alena tersenggol atau terdorong. Matanya sudah melotot tajam ketika para wartawan mendorong-dorong polisi ingin mewawancarai Nizam.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam, tolonglah berikan kami penjelasan tentang kejadian ini" Tanya seorang wartawan sambil menyodorkan alat perekam. Tubuhnya merangsek menuju Nizam.     

"Yang Mulia... Bagaimana bisa mertua Anda terlibat surat izin ilegal dan banyak menimbulkan kerugian pada lingkungan?"     

"Yang Mulia mohon dijawab juga tentang kejadian waktu di Bali?"     

Tanya seorang wartawan lagi sambil ngotot ingin menerjang barisan polisi.     

Beberapa wartawan yang lainnya juga ikut serta bicara membuat suasana sedikit ricuh. Belum lagi cahaya blizt yang menyambar mereka membuat Alena menjadi silau. Bau keringat orang-orang yang memenuhi tempat itu membuat Alena menjadi mual. Keringat mulai menetes membasahi wajahnya yang mulai pucat pasi.     

"Tolong.. mundur sedikit. Saya berjanji akan memberikan penjelasan kepada kalian. Coba lihat istri saya sudah sangat kepayahan." Nizam langsung memijat tekuk Alena ketika Alena tidak bisa berjalan lagi. Ia sangat pusing dan mual hingga tidak dapat ditahan Alena mulai memuntahkan isi perutnya. Nizam segera melepaskan jasnya lalu menggulungnya serampangan. Didekatkannya jas itu ke mulut Alena dan membiarkan menjadi tempat muntahan Alena.     

Melihat kejadian yang begitu manis, sesaat suasana jadi hening. Mereka terpesona melihat Nizam melakukan tindakan yang luar biasa. Setelah puas muntah Alena bersender ke dada suaminya. Nizam langsung meminta Arani sebotol minuman. Arani yang memang selalu membawa air minum untuk Nizam ditasnya, segera memberikan pada Nizam. Nizam memberikan jas yang berisi muntahan Alena ke Arani. Dan lalu memberikan air minum pada Alena.     

"Bisa berjalankah? atau mau Aku bopong?" Kata Nizam. Alena menggelengkan kepalanya.     

"Kau tidak usah masuk ke ruang sidang saja, Bagaimana kalau Kau pergi saja ke Hotel Gardenia bersama Cynthia." Nizam berbisik. Alena menggelengkan kepalanya dengan lemah.     

"Kalau jauh dari Ayah malahan Aku jadi tidak tenang."     

"Ya sudah kita masuk, Permisi Ya.. Mohon Maaf, Nanti setelah sidang saya baru bersedia untuk diwawancarai." Nizam berkata sambil tersenyum. Padahal dalam hatinya Ia sudah ingin menghajar wartawan itu satu persatu. Tapi Ia masih sadar. Kalau Ia sedang ada di Indonesia. Cukup kemarin Ia gelap mata menghajar Edward.     

Jadi sekarang Ia cuma bisa tersenyum munafik. Untungnya para wartawan itu tidak berani merangsek lagi karena melihat Alena yang sudah hampir pingsan. Apalagi mereka tahu kalau Alena memang sedang mengandung.     

Ayah dan Ibu Alena sudah terlebih dahulu memasuki ruang sidang. Mereka tidak terlalu diburu wartawan karena yang paling memiliki daya jual tinggi memang Nizam. Dari awal mereka hanya ingin melihat dan mewawancarai Nizam. Syukur-syukur kalau sekalian memberikan keterangan tentang kejadian waktu di Bali. Ketika Nizam menghajar Vocalis The East sampai babak belur. Dan hebatnya pihak manajemen dari grup itu tidak menuntut. Makanya bagi mereka sebenarnya kasus sidang Ayahnya Alena tidak lah terlalu menarik.     

Jadi sebenarnya mereka menginginkan berita tentang kejadian waktu di Bali. Baik Nizam maupun Edward keduanya langsung hilang bagai ditelan bumi setelah kejadian waktu itu. Bahkan Grup the East langsung pulang ke Amerika. Konser di Bali gagal karena Edward tidak bersedia lagi untuk bernyanyi dan Edward yang membayar semua kerugian pihak panitia dari uang pribadinya.     

***     

Niken membuka matanya perlahan-lahan. Ia lalu bangun dari tempat tidur. Ia duduk di tepi ranjang. Ingatannya melayang pada Andre. Andre sebenarnya sangat tampan. Kenapa hatinya sangat buruk. Ia sebenarnya ingin sekali kakaknya hidup bahagia dengan Andre..Andre menikahi tapi sebenarnya tidak menikahi. Ia hanya menikahi untuk merebut keponakannya. Mereka hanya menikah di atas kertas. Jadi memang rencananya Ia akan balik menekan Andre untuk mengembalikan keponakannya pada Kakaknya agar kakaknya bisa segera sadar. Ia harus kuat dan segera bangkit.     

Tiba-tiba datang seorang dokter ditemani perawat dan polwan.     

"Selamat Siang Nona Niken. Bagaimana kabarmu?" Tanya Dokter sambil tersenyum. Ia mengeluarkan alat stetoskopnya. Dan memeriksa denyut nadi, mata dan wajah Niken. Ketika diraba denyut nadinya normal, mata bersinar seperti biasa dan wajah tidak terlalu murung lagi. Pasien sudah bisa mengontrol emosi nya. Niken menganggukan kepalanya sambil tersenyum.     

"Saya baik Dokter"     

"Syukurlah...Apakah Nona Niken ,Sudah bisa dimintai keterangan?"     

Niken melirik ke arah polwan yang berdiri disamping Dokter.     

"Ya saya siap..."     

"Apakah berkasnya mau dibawa ke sini atau Nona bisa ke kantor polisi"     

"Saya akan ke kantor polisi besok"     

"Nona Niken..."     

Tiba-tiba Dokter itu berkata," Saya tinggal dengan adik saya tidak jauh dari sini. Kalau Anda bersedia Anda bisa tinggal dirumah saya dan besok saya akan minta adik saya mengantar Nona ke kantor polisi.     

Niken memandang Dokter cantik itu dengan pandangan mata yang berkaca-kaca. Ternyata di dunia ini masih ada orang yang begitu baik.     

"Tidak usah Dokter, Tidak perlu. Saya tidak mau merepotkan." Niken menolak.     

"Saya tidak basa-basi. Tolonglah Andakan tinggal sendiri. Saya masih khawatir dengan kondisi Nona. Lagipula..." Dokter itu lalu terdiam memandang Polwan. Polwan itu mengerti arti pandangan Dokter.     

"Dokter Ratih, Saya juga tidak akan melepaskan Nona Niken tinggal sendiri. Ia akan berada dalam perlindungan kami setiap hari selama 24 jam sampai kasusnya selesai dengan baik."     

Niken menatap keduanya, wajahnya berubah sedikit pucat. Ia memahami apa yang dibicarakan oleh keduanya.     

"Apakah maksud Anda berdua adalah bahwa keselamatan saya terancam oleh Andre?"     

"Saya tidak mau menutupinya. Saya lihat Anda adalah orang yang cukup cerdas. Anda tahu Andre adalah anak orang yang sangat berpengaruh. Keluarga Ibunya banyak yang menjadi pejabat di Indonesia. Keluarga Ayahnya banyak yang menjadi pengusaha sukses. Tuan Andre juga memiliki beking yang sangat kuat di kepolisian. Kalau tidak karena bukti yang sangat jelas dan nyata maka sangat sulit menindak dia dengan kasus kejahatan lainnya. Sekarang yang jadi sumber masalahnya adalah Anda. Kami sangat khawatir kalau Andre menekan Anda" Polwan itu memberikan penjelasan.     

Mata Niken menyala-nyala bagai kobaran api. "Saya akan melawan dia sampai titik darah penghabisan"     

"Kami sendiri sudah sangat senang kalau Andre bisa dipenjara. Karena kasus kejahatannya sudah lumayan banyak. Hanya saja Kami selalu kesulitan menangkapnya karena saksi dan barang bukti yang selalu tidak lengkap, Atau pengadilan yang tiba-tiba berpihak pada nya. Ia bagai orang yang tidak bisa disentuh oleh hukum."     

Niken diam Ia sendiri sebenarnya tidak ingin memenjarakan Andre Ia hanya ingin suatu pertukaran tapi kalau ternyata Andre dipenjara itu adalah bonus untuk dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.