CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Khawatir



Jangan Khawatir

0Perjalanan dari Bali ke Surabaya tidaklah memakan waktu terlalu lama apalagi mereka menggunakan pesawat jet pribadi. Nizam terlihat sangat senang. membuat Pangeran Thalal jadi penasaran.     
0

"Kelihatannya Kakak sedang bahagia" Kata Pangeran Thalal. Nizam hanya tersenyum misterius sambil memeluk Alena yang tertidur dibahunya dengan pulas. "Semuanya berjalan lancar, Aku sama sekali tidak mengira si keparat itu akan terjerumus dalam lubang yang Ia gali sendiri"     

"Apa Kakak sedang berbuat dzolim sama orang?" Tanya Pangeran Thalal.     

"Tadinya mau, untung saja dia terkena azab sendiri." Nizam senyum-senyum penuh kepuasan.     

"Kau tahu Kak..wajahmu lebih menakutkan kalau sedang tersenyum licik begitu."     

"Berani benar Dia hendak mengganggu istriku, masih bagus Ia hanya akan mendekam dipenjara tidak mati" Kata Nizam seraya mencium tangan Alena yang ada dalam pelukannya.     

Cynthia hanya menatap sambil menggelengkan kepalanya melihat Nizam yang sedang gila karena cinta. Herannya semua pria yang mencintai Alena sahabatnya itu berubah jadi gila semua. Ia belum jelas mengetahui apa yang terjadi. Tapi Ia hanya merangkai sepotong-sepotong dari kalimat Nizam yang terpotong-potong.     

"Nizam.. apakah Kau tidak mau berbagi dengan kami?" Tanya Cynthia penasaran.     

Nizam malah mengangkat alisnya lalu menggelengkan kepalanya. "Semua masih belum pasti. Lihat saja nanti" Kata Nizam malah mengangkat bahunya. Ia malah menepuk-nepuk bahu Alena dengan lembut oleh sebelah tangannya. Ia seakan sedang menidukan seorang bayi.     

"Kakak Putri Alena begitu terlelap, Apakah Kakak tidak akan memindahkannya ke Kamar?" Tanya Pangeran Thalal. Dia agak risih melihat Nizam kadang suka lepas kendali kalau lagi sama istrinya. Dia suka lebay merasa dia sendiri di dunia ini yang cuma punya istri. Padahal yang lain aja yang Istrinya lebih dari empat biasa-biasa saja.     

"Tidak, Aku takut nanti dia terbangun." Kata Nizam sambil mempererat pelukannya pada Alena yang tetap tidur bersender dibahunya.     

Cynthia mencibir sambil membuang muka. Mukanya menunjukkan ekspresi sebal. Bilang saja pengen meluk terus. Emangnya Dia ga tau kalau Istrinya tidur kaya bangkai, ga akan bangun semudah itu. Kalau cuma dipindah tidur sih malah kaya diayun-ayun. Alena kalau tidur belum puas tidurnya dibangunkan sambil diguncang-guncang sekuat tenaga juga belum tentu bangun, entahlah kalau guncangannya berkekuatan 7 skala richter.     

"Aku juga sedikit mengantuk tapi sebentar lagi juga sampai. terlelap sekitar 30 menit bagiku cukup" Kata Nizam malah ikut memejamkan matanya.     

Pangeran Thalal lantas melirik ke arah Cynthia. "Kita aja yang ke kamar yu?" Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.     

Cynthia langsung menatap sebal. Ia membuang muka sambil komat-kamit menggerutu.     

Tetapi Pangeran Thalal malah tidak perduli dan menarik Cynthia dengan paksa sambil berkata.     

"Pelajaran pertama dariku untukmu adalah : dalam keyakinan ku, seorang istri yang menolak suaminya akan dilaknat malaikat sampai suaminya kembali ridho kepadanya."     

Cynthia tercengang dan kemudian tidak berdaya ketika ditarik Pangeran Thalal masuk ke dalam kamar. tetapi kemudian Ia malah membuat Pangeran Thalal kewalahan. Kali ini Pangeran Thalal sampai keteteran. Dan Cynthia seakan ingin membalas dendam. Hanya saja pesawat ternyata sudah mau mendarat sehingga Pangeran Thalal merasa terlepas dari beban berat.     

Ia langsung berpakaian tanpa sempat mandi. Cynthia cemberut sambil ikut berpakaian. "Nanti kita lanjutkan di hotel, Kamu jangan marah" Kata Pangeran Thalal sambil mengecup pipi Cynthia. Cynthia yang merasa belum puas mengerutkan bibirnya dengan nafas masih memburu. Badannya masih terasa panas. Ibarat lagi berolahraga, sedang panas-panasnya tiba-tiba disuruh berhenti.     

Mereka akhirnya keluar dari kamar yang ada di pesawat. Ia melihat Nizam dan Alena sudah bangun dan bersiap hendak turun.     

"Darimana Kalian?" Tanya Alena sambil curiga. Cynthia dan Pangeran Thalal cuma tersipu-sipu malu. Nizam menarik Alena sambil tersenyum mengerti.     

"Kalian pasti sudah...mmf..." Nizam membekap mulut Istrinya sambil menariknya turun dari pesawat.     

"Kakak Putri Alena itu mulutnya sangat luar biasa. Lama-lama Kita bisa kehabisan muka dihadapannya" Kata Pangeran Thalal mengeluh.     

Cynthia tertawa kecil,"Kau baru bertemu beberapa kali sudah berkata seperti itu. Apalagi Aku hampir tiap saat ada disampingnya. Tapi Aku tidak mau ambil pusing. Bagiku dia itu hiburan. Setiap ada didekatnya Aku jadi terhibur."     

"Mungkin Kakak Nizam mencintainya karena sifatnya yang polos."     

"Yaah.. mereka berdua perpaduan yang unik. Saling melengkapi." bisik Cynthia. Tapi kemudian mereka terdiam ketika Nizam berbicara ke arah mereka     

"Kalian ke hotel saja duluan, Aku dan Alena akan ke rumah Alena dulu. " Kata Nizam pada Pangeran Thalal dan Cynthia.     

"Apa tidak sebaiknya Kami turut mengucapkan salam ke Orang tua Kakak Putri Alena." Kata Pangeran Thalal.     

Nizam menggelengkan kepalanya. "Tidak!! Ini sudah larut malam. Kita membawa rombongan yang cukup banyak. Sangat merepotkan. besok saja kita bertemu di ruang sidang.     

Tidak lama kemudian mobil meluncur membelah malam menuju kompleks perumahan Alena.     

Alena merasa dadanya berdegup kencang Ia tidak sabar untuk melihat Ayahnya. Tapi melihat Nizam begitu tenang Ia agak tenang juga.     

Akhirnya ketika mobil sudah sampai di rumah orang tua Alena. Alena hampir berlari untuk memeluk Ayahnya. Ayah dan anak itu lalu berpelukan dengan erat. Alena langsung menangis tersedu-sedu     

"Maafkan Aku Ayah, Aku sungguh anak yang tidak berbakti. Bagaimana bisa Aku tidak mengetahui kalau Ayah hendak menjalani suatu persidangan."     

Ayahnya Alena mengelus rambut anaknya dengan lembut. "Yang Mulia Nizam melarangku untuk berbicara tentang ini. Bukankah Kau sedang mengandung. Bagaimana kandunganmu?"     

"Baik Ayah, Nizam menjaganya dengan baik." Kata Alena sambil tersenyum melirik Nizam. Nizam tersenyum kaku. Mendengar Alena menyebutkan bahwa Ia menjaga kandungannya dengan baik membuat Ia jadi sedih. Baik bagaimana kalau ia telah melakukan tindakan konyol yang hampir membuat Ia kehilangan anaknya.     

"Terima kasih, Yang Mulia. Anda begitu baik dengan menjaga anak kami."     

Nizam hanya mengangguk sambil kemudian Ia mencium tangan Ayah mertuanya lalu memeluknya. Tiba-tiba telepon seluler nya berbunyi Nizam melihat handphonenya dan Ia melihat nama Doni yang ada dilayar Handphonenya. Nizam mencium tangan ibunya Alena terlebih dahulu sebelum Ia meminta ijin mengangkat teleponnya.     

Nizam berjalan menjauhi keluarganya Alena. Ia butuh sedikit privacy untuk menjawab teleponnya.     

"Yaah.. hallo?" Kata Nizam     

"Yang Mulia..bisa kita bertemu sekarang?"     

"Ok fine dimana?"     

"Ada cafe di dekat kantor polisi dimana Andre ditahan. Kita ngobrol disana"     

"Hmmm baiklah. oh ya dimana perempuan yang menjebak Andre?"     

"Dia ada di rumah sakit sedang di visum"     

"Bagaimana keadaannya?"     

"Kelihatannya dia baik-baik saja, cuma memang sedikit shock."     

"Aku mamakluminya, yang penting kita tidak pernah memaksanya untuk melakukan hal itu. Ia sendiri yang memaksa kita untuk memfasilitasi dia melakukan balas dendam"     

"Benar Yang Mulia. Andre memang sudah menggali kuburannya sendiri."     

"Tuan Doni, Anda benar-benar luar biasa. Aku sangat bangga padamu"     

"Terimakasih banyak Yang Mulia"     

"Kau kirim orangmu ke alamat istriku untuk menjemputku, Dan jangan lupa kirim penjaga yang banyak untuk menjaga rumah Alena. Aku ingin memastikan keamanan istriku"     

"Siap Yang Mulia"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.