CINTA SEORANG PANGERAN

Kasus yang Tertunda



Kasus yang Tertunda

0Tiba-tiba handphone Alena berbunyi. Alena mengangkatnya setelah Ia melihat nama yang tertera di handphonenya. "Ayah.." Kata Alena pada Nizam. Nizam mengerutkan keningnya, Ia memang akan menghubungi mertuanya itu berkaitan dengan kasus yang waktu itu. Hanya saja Ia masih perlu banyak mengumpulkan bukti.     
0

Kenyataan bahwa Nizam belum terlalu menguasai kondisi dan situasi di Indonesia membuat Ia sedikit kesulitan untuk mendapatkan semua data yang Ia inginkan. Hari ini Ia sedang menunggu seseorang yang akan menyerahkan bukti tentang kasus yang sedang dialami oleh Ayah Alena.     

"Assalamualaikum Ayah. Apa Kabarmu? Maaf belum sempat pulang, Nizam masih ada urusan yang belum selesai"     

"Waalaikumsalam, Ayah baik-baik saja Alena, Hanya saja besok adalah sidang pertama Ayah, Ayah mau minta doanya agar di beri kelancaran."     

Alena sangat terkejut, Ia langsung memegang perutnya. Nizam seketika ketakutan melihat Alena memegang perutnya.     

"Sweety..Kau kenapa? Apa ada berita buruk? bicaralah!! Kemarikan teleponnya. Biarkan aku yang berbicara dengan Ayahmu!!" Nizam dengan panik mengambil alih handphone Alena. Alena malah mencucurkan air matanya.     

Nizam memeluknya dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya lagi Ia gunakan untuk mengangkat telepon.     

"Assalamualaikum Ayah, It's me Nizam" Nizam mulai berbicara.     

"Waalaikumsalam Nizam, Besok adalah sidang perdana kasus Ayah, Ayah hanya meminta doa dari Alena." Ayahnya Alena jadi sedikit gugup. Dari awal Nizam sudah memberitahunya untuk tidak bercerita kepada Alena tentang semua hal yang terjadi. Ia tahu anaknya sedang mengandung.     

Itu juga yang menyebabkan Ia menahan Istrinya untuk tidak mengunjungi Alena di Bali. Ia khawatir kalau Istrinya sampai kelepasan bicara. Maklum perempuan mulutnya sukar dijaga. Tapi kenyataan bahwa hari ini Ia akan disidang membuat Ia sedikit emosi hingga akhirnya menelpon Alena.     

"Ooh Ya, Saya sudah mengetahuinya, memang rencananya sore atau besok Kita akan ke Surabaya. Hanya saja Alena sedikit kurang sehat. Ayah.. tidak usah khawatir semua akan berjalan lancar. Pengacara yang Saya sediakan adalah pengacara terbaik di Indonesia. Ayah pastinya sudah mengetahuinya."     

"Ya..Ayah Tahu dan sangat berterimakasih. Maafkan Ayah, Ayah tidak bisa menahan diri untuk menelpon Alena. Bagaimana sekarang dengan Alena? Berapa usia kandungannya?" Tiba-tiba Pak Gatot jadi sedikit khawatir.     

"Usia kandungan Alena sekitar dua bulan. Ia sedikit kaget dengan berita ini. Tapi jangan khawatir Ayah. Ia akan baik-baik saja" Nizam berkata sambil mengelus lengan Alena. Alena tengadah menatap wajah Nizam. Ia menuntut penjelasan apa yang disembunyikan oleh suaminya.     

Tetapi Nizam malah mencium bibir Alena sekilas lalu mendengar Ayahnya Alena berbicara lagi mungkin sekalian curhat berbagi perasaan dengan menantunya. Nizam mendengarkan dengan seksama. Ia sangat menghormati dan menghargai mertuanya.     

Ketika Nizam menutup teleponnya tanda pembicaraan telah selesai. Tidak dapat ditahan lagi Alena langsung bertanya. "Apa yang Kau dan Ayah sembunyikan dariku? Bukankah kasus Ayah sudah selesai. Mengapa Ayah hendak di sidang? Katakanlah mengapa?"     

Nizam memegang kedua pipi Alena dengan penuh kasih. Ia menundukkan kepalanya lalu dengan penuh kelembutan Ia mencium Alena seakan ingin menenangkan pemilik bibir yang begitu memikatnya itu untuk tetap tenang.     

Dan memang Nizam tidak salah. Menerima ciuman yang begitu lembut dari suaminya Alena menjadi sedikit tenang. Melihat Alena sudah tenang Nizam mulai berbicara.     

"Pak Hartono ternyata tidak sebaik yang Ayahmu kira, Kau membatalkan pernikahan dengan anaknya. Membuat dia jadi gelap mata. Sehingga dia lalu mengumpulkan bukti baru. Dan dia berhasil menyeret Ayah ke sidang"     

Mata Alena langsung berkilat-kilat karena marah.     

"Bukankah Ayah sudah melunasi seluruh hutangnya kepada dia? Apalagi yang Dia inginkan."     

"Alena... cobalah untuk bersikap tenang. Kalau kau emosi Aku jadi tidak ingin bicara. Ingat kandunganmu" Nizam memegang perut Alena dengan lembut.     

Alena lalu mengatur nafasnya dan berkata,"Katakanlah Nizam!! Karena kalau Kau tidak bicara Kau akan membuat Aku menjadi tambah stress."     

"Aku cium lagi ya, Biar tidak stress" Kata Nizam sambil kembali hendak mencium Alena. Alena menahan wajah suaminya dengan kedua tangannya lalu ngomel. "Bisa serius ga?? Aku lagi tegang nih.."     

"Kalau Kau tegang, tandanya Kau tidak percaya dengan kemampuan suamimu"     

Wajah Alena berubah menjadi lebih rileks mendengar perkataan Nizam. Ia memeluk Nizam dengan erat.     

"Aku mempercayaimu sangat mempercayaimu, hanya saja Aku takut ada apa-apa dengan Ayahku"     

"Aku tidak tahu pasti mengapa Pak Hartono malah semakin gelap mata dan menekan Ayahmu padahal seluruh hutang Ayahmu sudah Aku lunasi. Bukankah Pak Hartono adalah pengusaha besar yang sangat profesional. Hanya ada satu kemungkinan yang membuat Ia begitu tertekan. Yaitu anaknya. Ya setelah Aku analisa Kemungkinan ini ada kaitannya dengan Andre.     

Alena terkejut, "Andre!!"     

"Kau pasti ingat terakhir bertemu dengannya adalah di restoran waktu itu. Kau memutuskan untuk tidak menikahinya dan Sisca bicara bahwa Dia hamil oleh Andre"     

"Iya..dan mungkin sekarang mereka sudah menikah. Lalu apa lagi?"     

"Setelah dari kemarin Aku menyelidiki, Ternyata dia sama sekali tidak menikah dengan Sisca"     

"Astaghfirullah...Andre, Jahatnya Kamu" Alena langsung teringat nasib Sisca. Walau bagaimanapun Sisca adalah sahabatnya di SMA. Alangkah malangnya nasib dia. Kalau dia harus melahirkan tanpa seorang suami. Bagaimana dia bisa melewati masa kehamilannya tanpa suami. Ia saja yang dijaga Nizam setiap saat masih terasa repot. Kemungkinan Sisca sudah melahirkan sekarang. Alena jadi semakin ingin segera ke Surabaya untuk melihatnya.     

"Andre pasti menekan Ayahnya untuk terus memperkarakan kasus Ayahmu. Dia rupanya sangat kesal karena tidak mendapatkanmu dan bahkan Ia merasa dipermalukan olehmu dan Sisca"     

"Nizam..Aku tidak mengira Andre begitu jahat"     

"Itulah kekuatan Cinta Alena. Kelihatannya Andre tidak tinggal diam. Dia terus menyusun rencana untuk membalas perbuatanmu. Kau harus lebih berhati-hati sekarang. Urusan Edward saja belum selesai. " Nizam terdiam menghela nafas.     

"Kau begitu cantik dan sangat mempesona hingga dikelilingi orang-orang yang nekad melakukan apapun untuk mendapatkan mu, Dan mungkin Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau kau memilih yang lain"     

Alena cemberut mendengar perkataan Nizam. "Memangnya Kau mau ngapain kalau Aku misal memilih Edward?"     

"Aku akan menculikmu di hari pernikahanmu. Aku bunuh pengantin prianya dan kutiduri pengantin wanitanya"     

"Kau sakit jiwa. Kau gila     

melebihi Justin, Edward dan Andre"     

"Aku memang sakit jiwa kalau menyangkut semua tentang mu. Dari awal Aku sudah mengira kalau Kau memang racun dunia. Yang membuat gila semua orang yang terkena racunmu. Kau menghancurkan hidup semua pria yang jatuh cinta padamu..ck..ck..ck.. Luar biasa pesonamu Nyonya Nizam. Pesona Apa sebenarnya yang kau miliki, hingga membuat semua laki-laki yang memandangmu jadi gila?" Nizam memegang dagu istrinya lalu menatapnya dalam-dalam.     

"Jangan terlalu didramatisir Nizam. Aku biasa-biasa saja. Kaliannya saja yang terlalu berlebih-lebihan." Alena bersungut-sungut kesal. Katanya laki-laki memiliki logika yang lebih baik dari wanita tapi kalau menyangkut cinta ternyata sama saja. Pada bebal semua otaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.