CINTA SEORANG PANGERAN

Salah Sangka



Salah Sangka

0Tidak membutuhkan waktu berapa lama bagi Alena untuk terlelap walaupun tidur dengan hati dongkol. Nafasnya mengalun lembut bahkan dengkuran halusnya mulai terdengar menandakan Alena sudah terlelap nyenyak. Nizam menyimpan bukunya lalu Ia duduk menyamping memperhatikan wajah istrinya. Mata yang terpejam, hidung yang mancung walaupun tak semancung hidung gadis-gadis Azura. Telunjuk Nizam mengelus kening Alena lalu turun ke hidung dan terakhir dibibir yang sangat menawan. Nizam merasakan panas dalam tubuhnya. Seluruh aliran darahnya mengalirkan asa dengan cepat lalu berkumpul di suatu muara. Muara yang terbendung suatu dinding, yang tidak bisa dilalui untuk saat ini.     
0

Nizam mengelus pipi Alena dengan perlahan. Lalu tidak tahan lagi Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Alena. Nafasnya berhembus berat dan panas, mengamuk bagai topan yang menderu menyapu apapun yang ada dipermukaan bumi. Lidah Nizam terjulur lalu menyapu bibir yang terkatup dengan rapat. Beberapa saat Nizam memuaskan hasrat yang tadi meletup-letup ke permukaan saat Alena menggodanya melalui sapuan lidahnya pada seluruh permukaan wajah Alena.     

Tangan Nizam kemudian secara perlahan membelai pipi Alena yang sudah lembab karena sapuan lidahnya tadi. lalu tangan itu meluncur perlahan menuruni leher Alena yang jenjang dan ketika tangannya akan mulai meluncur menyusuri ke bawah. Ia tersentak karena tiba-tiba Alena merubah posisi tidurnya. Nizam segera menarik tangannya dan memperbaiki duduknya.     

Jangan sampai Alena tau apa yang dilakukannya. Membiarkan Alena tahu bahwa sesungguhnya hasratnya juga besar bahkan lebih besar dari hasrat Alena, akan semakin mengobarkan kegilaan Alena. Nizam tahu pasti bahwa istrinya sangat terobsesi dengan dirinya. Obsesi yang murni berdasarkan cinta dari hati yang terdalam. Cinta yang tidak menuntut apapun selain balasan cinta yang serupa darinya. Alena tidak seperti para gadis yang mengejar-ngejarnya karena kedudukannya sebagai putra mahkota kerajaan pusat. Dan Dia pribadi suka dibuat obsesi oleh istrinya sendiri.     

Para gadis mengincarnya karena hanya menginginkan kedudukan sebagai ratu. Yang nantinya mereka bersaing untuk berebut perhatiannya. Memintanya meniduri mereka hanya sekedar ingin melahirkan pewaris tahta. Dan seorang istri yang memiliki anak yang akan menjadi calon raja selanjutnya dialah istri yang nanti akan paling berkuasa di kerajaan sebagai mana ibunya sekarang.     

Nizam bersyukur Alena masih tidur terlelap dan tidak terbangun. Karena takut Alena terluka oleh ikatan tali yang ia buat maka Nizam berniat membuka tali tersebut. sambil tetap menatap wajah istrinya Ia lalu mulai membuka tali yang mengikat tangan Alena. Ketika Ia sedang melepaskan tali ditangan Alena, tiba-tiba Ia kaget karena Ali sudah ada didepannya. Mata Ali menatap ke tangan Alena yang masih terikat. Ia juga melihat tangan Nizam yang sedang dalam posisi membuka tali tersebut.     

Nizam merasa darahnya membeku. Ia melotot pada Ali dengan pandangan murka. Ali langsung gugup Ia lupa Pangeran Nizam sudah menikah sekarang. Seharusnya Ia menggunakan tata krama yang tidak seperti biasanya ketika Pangeran Nizam masih bujangan.     

"Ma.. maafkan Hamba yang mulia.." Kata Ali sambil melangkah mundur dari depan pangeran Nizam. Pangeran Nizam lalu bertanya tapi suara yang didengar Ali lebih mirip eraman seekor macan terluka. "Ada apa??" Tanya Pangeran Nizam.     

"Ha..hamba mau bertanya apakah besok kita akan ke apartemen yang mulia atau ke apartemen tuan putri?" Suara Ali gemetar.     

"Apa perlu Kau tanyakan itu sekarang?, Dasar bodoh.." Suara Pangeran Nizam menggelegar. Sampai-sampai Alena yang tertidur disampingnya merengek karena merasa terganggu.     

Ali tergagap, " Ma.. maafkan Hamba, Hamba sungguh tidak tahu diri" Ali pucat pasi. Pangeran Nizam melambaikan tangannya menyuruh Ali menyingkir dari hadapannya. Ali langsung melangkah tergesa duduk kembali dikursinya diiringi tatapan Fuad yang meminta penjelasan. Ali menggelengkan kepalanya pada Fuad memberikan isyarat bahwa Ia akan menjelaskan nanti.     

Sambil kembali melanjutkan membuka ikatan tali Alena, Nizam mengomel panjang lebar walau dalam hati. Mengapa penjaganya mendadak seperti orang bodoh. Tiba-tiba muncul di hadapannya tanpa permisi. Pas banget saat ia membuka tali ikatan. Kalau kepergok saat berciuman masih mending. Lah ini terpergok saat kondisi tangan Alena terikat. Jangan-jangan Ali berpikir nanti ia menderita penyakit sadomasokis. Penyakit kelainan seksual yang suka berprilaku sadis pada lawan jenisnya. Ia harus menjelaskan segala sesuatunya sebelum berita ini sampai ke telinga ibunya dan mengakibatkan kerusuhan di Istana.     

Dan apa yang dipikirkan Pangeran Nizam memang benar sedang dipikirkan Ali. Ali mendadak gelisah. Tidak terbayang kalau seorang putra mahkota menderita penyakit sadomasokis. Bagaimana nasib negaranya nanti. Fuad merasakan kegelisahan rekan kerjanya tapi Ia tidak berani meminta penjelasan sekarang. Melihat wajah Ali yang keruh cukup menjelaskan bahwa Ali tidak ingin diganggu sekarang.     

***     

Alena membuka matanya pada pukul 6 pagi. Ia belum sholat subuh. Alena menguap sambil menggeliat. Ia melihat disampingnya Nizam sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca koran. Rupanya tadi saat transit Pramugari membawakan koran terbaru untuk para penumpang eksekutif. Alena tersenyum melihat suaminya sudah bersih dan rapih. Nizam pasti sudah mandi atau minimal sudah berwudlu. Rambutnya sedikit basah.     

"Terima kasih sudah membuka ikatanku" Kata Alena sambil mengusap-usap pergelangan tangannya. Nizam melirik lalu dengan telunjuk nya Ia mendorong kening istrinya.     

" Kamu belum sholat. Dari tadi Aku bangunkan tidak bangun-bangun. Kamu tidur bagaikan seekor bangkai kucing."     

"Ga apa-apa. Aku kan bangkai yang cantik"     

"Walau cantik buat apa kalau sudah jadi bangkai."     

"Maka dari itu, yuk kita bercinta sekarang sebelum Aku jadi bangkai."     

Nizam tersedak kopi yang diminumnya.     

"Jangan mulai Alena. Kamu belum sholat. Ayo sana Ambil wudhu, ini sudah telat sekali."     

Nizam menyuruh Alena segera sholat. Alena tertawa terkikik-kikik. Ia lalu bangkit dan pergi ke toilet. Nizam hanya melihat dari belakang. Alena berjalan masih sedikit pincang karena terkilir kemarin. Andai Dia tahu apa yang Ia lakukan padanya tadi malam. Nizam tersenyum dan kembali melanjutkan membaca koran.     

Pramugari yang melihat Alena terbangun dan sudah selesai melakukan aktivitas sholat segera menghampirinya untuk menawarkan sarapan. Alena menatap pramugari yang menawarinya makanan, lalu memandang Nizam.     

"Apa Kamu sudah sarapan?" Tanyanya pada Nizam karena Ia tidak melihat bekas sarapan. di meja Nizam.     

"Aku menunggumu untuk sarapan bersama." Kata Nizam sambil melipat korannya.     

"Oh you are so sweet my prince" Wajah Alena sumringah. Setiap Ia memandang Nizam Ia selalu merasa Ia tengah bermimpi. Pria yang Ia idam-idamkan selama ini berhasil Ia miliki.     

"Kamu mau makan apa?" Tanya Alena lagi     

"Terserahlah.. Apapun yang Kamu suka aku akan menyukainya" Seharusnya kata-kata romantis seperti itu diucapkan dengan muka manis. Tapi Nizam mengucapkannya dengan wajah datar. Walaupun datar tapi tetap menarik perhatian pramugari. Mata Indah pramugari itu terus saja curi-curi pandang pada Nizam.     

Alena lagi-lagi merasa cemburu. " Bikinkan Kami roti bakar, scramble egg. daging asap, sosis, dan buah potong." Alena memberikan perintah dan menyuruhnya cepat-cepat pergi dari hadapannya. Ia merasa selalu kalah pamor dengan suaminya. Setiap tidak ada Nizam disampingnya Ia selalu menjadi pusat perhatian tetapi jika ada Nizam maka perhatian semua orang beralih pada Nizam.     

"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.