CINTA SEORANG PANGERAN

Ekspektasi Malam Pertama



Ekspektasi Malam Pertama

0Setelah sholat Ashar berjamaah, Alena lalu mengantar Ayah dan Ibunya pulang di depan parkiran Hotel. Nizam yang berada disampingnya melambaikan tangannya pada mobil yang melaju keluar dari parkiran hotel. Alena masih tetap berdiri menatap mobil Ayahnya, sampai-sampai Nizam yang berdiri disampingnya berdehem. Alena terkejut Ia memandang ke samping lalu tersenyum manis.     
0

"Nizam...Ayo kita bicara!! Kamu punya banyak utang penjelasan padaku" Alena berbicara sambil melotot. Ia memasang wajah galak padahal tadi Ia baru saja tersenyum manis.     

"Penjelasan apa? Kamu benar ingin Aku bicara atau ingin Aku melakukan yang lain?" Nizam berbisik ditelinga Alena.     

" Hal yang lain apa? Apa maksud Kamu?? Aku tidak mengerti?" Alena tidak mengerti.     

"Inikan malam pengantin kita" Nizam berkata sambil mengelus lengan Alena yang sedikit berbulu oleh telunjuknya.     

Alena langsung merinding geli. Ia mengibaskan tangan Nizam dari lengannya sambil bersungut-sungut.     

" Dasar Genit"     

"Lho, memangnya selama ini siapa yang suka genit??" Nizam mendorong pipi Alena oleh telunjuknya. Alena memekik kecil tapi langsung tersipu-sipu karena bukankah selama ini Alena yang suka genit kepadanya.     

Nizam tertawa melihat Alena yang salah tingkah sampai-sampai tidak melihat ada orang yang berdiri dibelakang mereka. Nizam menoleh.     

Tampak seorang wanita cantik mengenakan seragam kantor berwarna hijau muda. Roknya yang selutut tampak jelas memperlihatkan sepasang bentuk kaki yang jenjang dan mulus. Ciri khas badan para pegawai yang melayani orang secara langsung seperti pegawai Bank dibagian teller, Pramugari atau pelayan toko dan restoran.     

Gadis cantik itu memberikan hormat pada Nizam dan Alena. "Maaf Tuan dan Nyonya Nizam. Pak Teguh manager dibagian costumer memberitahukan bahwa kamar pengantin sudah Kami siapkan."     

Wajah Alena langsung memerah. Ia memegang tangan Nizam erat-erat menahan rasa malu. Nizam sendiri sebenarnya tampak salah tingkah dengan kalimat si kepala pelayan itu. Kamar pengantin kesannya seperti vulgar. Jadi teringat di negara sendiri hampir tidak ada orang yang menikmati malam pengantin di negaranya. Bagaimana mana mau menikmati kalau harus menghabiskan malam pengantin ditungguin orang banyak.     

Tapi sebagai laki-laki jelas Ia harus tampil elegan dan jantan. Ia menutupi kegugupannya dengan berkata : "Oh ya baiklah. Kami akan menuju ke sana." Katanya sambil tersenyum antara ada dan tiada.     

Wajahnya juga sedikit merah. Perasaan gugupnya semakin. Langkahnya seperti melayang saking tegangnya. Sama seperti Alena mungkin, Ia sama sekali belum pernah merasakan bercinta. Bukankah waktu dengan Putri Reina Ia sama sekali tidak menyentuhnya.     

"Mari Tuan, Mari saya antarkan." Gadis itu lalu berlalu didepan tapi tetap dengan rasa hormat. Ia diberitahu managernya tadi kalau pria tampan ini baru saja menikah dan akan menghabiskan malam pengantin di kamar dengan tipe deluxe. Nizam memang meminta kamar dengan fasilitas biasa karena memang hanya akan menghabiskan waktu sebentar saja sebelum Ia dan Alena terbang ke Amerika pada pukul sepuluh malam.     

Nizam melangkah diikuti Alena yang juga mendadak jadi gemetar dan degdegan sendiri. Keringat dingin Alena tiba-tiba mengalir disekitar tubuhnya. Ia merasa orang-orang yang berpapasan dengan mereka menatapnya sambil berbisik-bisik. Padahal mereka hanya ingin melihat Nizam.     

Postur tubuh Nizam yang berbeda dengan orang Asia membuat Nizam begitu mempesona. Lama-lama Alena menyadari bahwa orang-orang tidak melihat kecantikannya tetapi lebih tertarik melihat ketampanan suaminya. Diam-diam Ia menjadi sebal maka dicubitnya pinggang Nizam dengan kesal.     

Nizam yang sedang sibuk memikirkan bagaimana menghabiskan malam pengantinnya bersama Alena terpekik karena kaget.     

" Ouch..Alena" Katanya sedikit keras. Kepala pelayan sampai melihat kebelakang. Melihat Nizam yang meringis, Kepala pelayan itu sampai mau ngeces saking irinya sama Alena. Kho bisa ya..ada pria setampan itu di dunia. Andaikan Ia yang jadi Alena mungkin Nizam mau ditutupin karung biar tidak dilihat orang. Habis dengan ketampanan seperti itu bisa membuat wanita dari dunia manapun akan bertekuk lutut.     

"Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba Kau mencubitku. Salah Aku apa?" Nizam cemberut.     

" Apa kamu tidak melihat semua gadis yang berpapasan denganmu semua menatapmu dengan terpesona." Alena berkata sampai manyun-manyun saking kesalnya.     

" Lalu salah Aku apa? Mereka yang melihat Akukan dan bukannya Aku yang melihat mereka" Nizam protes atas ketidakadilan yang diciptakan oleh Alena.     

"Itu bakalan membuatmu besar kepala dan kamu nanti akan tambah genit" Alena tidak mau kalah.     

Haah..Nizam menghembuskan nafasnya. Apanya yang besar kepala, apanya yang genit. Sedikitpun Ia tidak perduli dengan tatapan mereka. Boro-boro besar kepala , isi otaknya saat ini hanya dipenuhi dengan khayalan menyentuh Alena.     

Alena terdiam karena mereka sudah tiba di depan kamar mereka. Kepala pelayan itu membukakan pintu lalu mempersilahkan Nizam dan Alena masuk. Nizam mengucapkan terima kasih. Lalu Ia membuka dompetnya dan menarik beberapa lembar uang dolar senilai 100 perlembarnya dan Ia memberikannya sebanyak 10 lembar. Mata kepala pelayan itu terkejut dan langsung berulangkali mengucapkan terima kasih. Benar-benar Ia mendapatkan rezeki nomplok.     

Setelah pelayan itu pergi Nizam segera mau masuk ke dalam kamar karena Ia melihat Alena sudah masuk menghambur ke dalam.     

Tapi baru saja satu kakinya melangkah masuk entah darimana munculnya, dua penjaganya sudah muncul kehadapannya. Hadeuh.... Nizam langsung illfeel.     

"Maaf yang Mulia tetapi kami mau berjaga di depan pintu kamar. Dan mohon untuk tidak mengunci pintu dari dalam." Ali berkata sambil memberi hormat.     

"Bagaimana bisa Kalian berdiri didepan kamarku?? Ini Indonesia bukannya Azura. Apa yang nanti dikatakan orang-orang melihat ada orang berdiri di depan kamar. " Nizam langsung morang-maring. Mana minta supaya tidak dikunci lagi pintunya. Tidak dikunci artinya adalah kalau sampai ada apa-apa dengan Nizam maka mereka akan bisa langsung masuk kedalamnya.     

"Alena itu istriku, tolong Kalian pengertian sedikit" Nizam menatap tajam pada mereka.     

Ali menggelengkan kepalanya. "Mohon maaf Yang Mulia, ini menyalahi prosedur, tolong untuk tidak selalu mempersulit Kami." Ali menundukkan kepalanya.     

"Fuad.. Bagaimana menurutmu?" Nizam mencoba meminta pendapatnya karena selama ini Fuad hanya mengikuti Ali saja.     

"Menurut hamba, Pendapat Ali sangat benar. Sedang apapun Tuanku ada didalam. Tugas Kami menjaganya, apalagi ini di negara orang lain, yang standar keselamatannya tidak kita ketahui." Fuad memberikan pendapatnya.     

"Kalian berdua sama saja. Terserahlah apapun keinginan kalian" Nizam masuk ke dalam dan tidak mengunci pintunya.     

Begitu masuk Ia melihat Alena terbaring terlentang dengan kedua tangan terentang di ranjang yang mewah. Nizam terkesiap, gadis itu benar-benar hendak menggodanya. Alena seakan menantangnya untuk segera dipeluk.     

"Alena.." Nizam berbisik memanggilnya seraya berjalan mendekat. Tubuh Alena tampak sempurna dalam balutan gaun pengantin yang berwarna putih dengan detail sederhana. Ia melihat mata Alena terpejam. Nizam mendengar nafas Alena mengalun secara teratur. Ia mengernyitkan keningnya.     

"Alena!!" Nizam memanggil lagi dengan suara sedikit keras. Lalu Ia menggoyangkan tubuh Alena. Tetapi Alena malah mengguman membalikkan tubuhnya yang terlentang menjadi miring sambil memeluk guling. Sekarang alunan nafasnya berubah menjadi dengkuran halus.     

Nizam tercengang bagaimana bisa orang tertidur pulas di malam pertamanya. Mengapa Ia tidak seperti gadis lain yang berusaha menarik perhatian suaminya di malam pertama. Mengapa Ia malah tertidur pulas. Nizam mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya. Nafsunya yang tadi serasa sudah diubun-ubun langsung turun ke titik nadir. Ia mengambil selimut hotel lalu menyelimuti tubuh indah itu. Nizam mengecup kening gadis yang begitu Ia cintai. Ia lalu duduk di kursi dekat jendela hotel. Duduk sambil menatap pemandangan Kota Surabaya di sore hari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.